Kapal Bocor dan Karam, Dua Nelayan Terombang Ambing di Selat Makassar
Setelah yakin kapal sudah tak bisa diselamatkan, Sahabuddin dan Ali meminta pertolongan lewat radio sambil menyiapkan rakit penyelamat.
Dua nelayan asal Samarinda, Sahabuddin (55) dan Muhammad Ali (43), diselamatkan oleh awak kapal tugboat setelah terombang-ambing di Selat Makassar selama sekitar sembilan jam karena kapal mereka bocor dan karam pada Selasa (3/3) sekitar pukul 08.30 WITA.
Sahabuddin menceritakan peristiwa itu di Balikpapan, Kamis, ia dan temannya Ali berangkat dari Mamuju, Sulawesi Selatan menuju Samarinda, Kalimantan Timur menggunakan kapal penangkap ikan KM Melia berkapasitas 23 Gross Tonnage (GT). Setelah separuh perjalanan atau lebih kurang 70 mil dari Mamuju, kapal sepanjang 20 meter itu mengalami kebocoran.
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
-
Kapan bangkai kapal itu diperkirakan tenggelam? Kapal berusia 3.300 tahun dan muatannya yang terdiri dari ratusan amphorae (bejana penyimpanan) yang masih utuh itu ditemukan di dasar laut Mediterania, seperti yang dilaporkan dalam siaran pers bersama hari ini dari Otoritas Purbakala Israel (IAA) dan Energean.
-
Kapan bangkai kapal tersebut tenggelam? Para arkeolog mengatakan, temuan unik ini berasal dari periode Romawi dan Mamluk sekitar 1.700 dan 600 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan di lokasi dugaan Kapal Nabi Nuh? Sampel tanah dari puncak tertinggi di Turki mengungkap aktivitas manusia dan material laut.
Sahabuddin adalah pemilik KM Melia dan menambahkan bahwa perjalanan tetap diteruskan dan yakin bisa tiba di Samarinda dengan selamat sekiranya pompa terus berfungsi baik.
"Kami gunakan pompa untuk mengeluarkan air dari kapal," kata Sahabuddin dilansir Antara, Kamis (5/3).
Setelah beberapa jam, pompa air juga mengalami kerusakan. Sejak tengah malam, air yang masuk ke dalam kapal tak terbendung lagi dan mulai merendam mesin kapal. Setelah yakin kapal sudah tak bisa diselamatkan, Sahabuddin dan Ali meminta pertolongan lewat radio sambil menyiapkan rakit penyelamat.
Pesan itu didengar radio pantai 'Poso Radio' di Sulawesi Barat dan terus disiarkan ke perairan Selat Makassar. Tak berapa lama, permintaan bantuan pertama direspons oleh Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Madani, namun saat itu KM Melia sudah karam dan kedua awak sudah bertahan di rakit.
Karena terlalu jauh dari lokasi, KMP Madani terus menyiarkan permintaan pertolongan dua awak KM Amelia kepada siapa saja yang melintas di sekitar titik koordinat 02 07’ 16” Lintang Selatan–117 57’ 41” Bujur Timur.
Sahabuddin dan Ali tidak putus asa. Sambil terus meminta pertolongan dengan radio kapal yang mereka selamatkan dari kapal, mereka sabar menunggu di atas rakit.
Rakit kedua nelayan pun perlahan dibawa arus laut ke arah Pulau Balag-balagan, kepulauan di depan Kabupaten Paser atau di tenggara Balikpapan.
"Selat Makassar perairan yang ramai dan banyak kapal lalu lalang, jadi kami terus berusaha sambil terus berdoa,” tutur Sahabuddin.
Kepala Kantor Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Balikpapan Gusti Mulyadi, karena rakit kedua korban terbawa arus, maka Kapal Negara (KN) SAR Wisanggeni yang melalukan pencarian, tidak mendapati mereka di titik koordinat tempat KM Amelia karam.
Akhirnya, pada pukul 08.20 Rabu (4/3) KN Wisanggeni mendapat laporan dari awak Tug Boat (TB) Surya 17 bahwa kedua nelayan telah diselamatkan oleh TB PSL Frank pada pukul 17.00 Selasa 3 Maret 2020.
"Awak PSL Frank mendapati mereka pada posisi 0226.318' Lintang Selatan 11805.073' Bujur Timur, kata Mulyadi. Kedua nelayan hanyut ke selatan-tenggara.
Pada saat menerima laporan dari TB Surya 17, posisi KN Wisanggeni ternyata hanya lebih kurang 8 mil arah tenggara dari posisi PSL Frank yang sedang meneruskan perjalanan ke Muara Jawa, Kaltim. Karena itu pada pukul 10.00 Wita hari Rabu (4/3), KN Wisanggeni menjemput kedua korban dari PSL Frank.
Alhamduillah, kami berdua selamat, dan sehat, kata Sahabuddin di Kantor SAR Balikpapan.
Keduanya pun dijemput keluarga masing-masing.
(mdk/ray)