Kasus ISPA Meningkat, Ini Saran Guru Besar Kedokteran UI
Kasus ISPA tersebut tercatat mencapai sekitar 14 ribu per hari.
Kasus ISPA tersebut tercatat mencapai sekitar 14 ribu per hari.
Kasus ISPA Meningkat, Ini Saran Guru Besar Kedokteran UI
Polusi udara di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) mengakibatkan meningkatnya kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kasus ISPA tersebut tercatat mencapai sekitar 14 ribu per hari.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi.
"Masyarakat juga harus selalu meningkatkan kesehatan tubuh, makan makanan yang bergizi dan sehat. Jangan merokok itu yang harus dilakukan," kata Tjandra saat dikonformasi merdeka.com, Jumat (22/9).
Tjandra juga mengatakan, faktor penyebab ISPA bukan hanya karena polusi udara, namun bisa juga karena faktor lain.
"ISPA itu kan inpeksi saluran pernapasan yang disebabkan virus atau bakteri. Tapi virus atau bakteri itu lebih mudah menyerang ketika sekarang misalnya ada polusi udara, tapi kan faktornya bukan semata-mata karena polusi udara tapi bisa juga karena daya tahan tubuh turun mugkin karena udara panas sekarang," ujarnya.
Menurutnya, kasus melonjaknya angka ISPA ini merupakan tanggung jawab bersama dalam mengatasi polusi udara dan menjaga kesehatan tubuh.
"Semuanya harus bertanggung jawab yang jelas kalau bicara polusi udara, sumber polusi udara harus segera ditemukan dan dihentikan. Sementara untuk masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan dirinya agar daya tahan tubuh lebih baik," ucap Tjandra.
Dia juga menjelaskan, hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat agar terhindar dari ISPA. "Nomor satu harapannya sumber polusi udara harus dihentikan, karena kalau tidak polusi udara masih ada maka orang terpaksa menghirup polusi udara. Nah tu yang jadi masalah, Yang kedua memang untuk masyarakat juga harus selalu meningkatkan kesehatan tubuh makan makanan yang bergizi, perilaku hidup yang bersih dan sehat jangan merokok. Itu yang harus dilakukan," lanjut Tjandra.
"Dan yang ketiga yang mudah disebutkan tapi tidak mudah diucapkan adalah mengurangi aktivitas fisik di luar rumah kalau polusi sedang tinggi. Masalahnya kan orang mau enggak mau harus keluar rumah juga. Jadi diatur saja bagaimana cara hidupnya supaya tidak terlalu kena polusi," sambungnya.
Tjandra menilai peningkatan angka ISPA tersebut bisa juga disebabkan karena banyak masyarakat yang memang sudah menderita ISPA namun baru memeriksakan diri.
"Angka yang naik itu pastikan apakah memang angka yg benar-benar naik, yang kedua apakah justru karena berbagai berita maka orang yang ISPA yang tadinya enggak berobat jadi berobat jadi datanya seakan-akan meningkat, ketiga apakah karena kepekaan sistem pencatatan saat ini lebih bagus jadi sekarang orang-orang rajin melapor," pungkasnya.