Kasus Mayat Bayi Diseret Biawak, Ini Pengakuan Tersangka Sekaligus Ibu Korban
Tersangka merasakan sakit diperutnya dan merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam perutnya seperti menendang-nendang.
Kasus mayat bayi laki-laki yang ditarik seekor biawak di Desa Pemutaran, Kabupaten Buleleng, Bali, pada Minggu (7/6) lalu pukul 14.00 Wita. Akhirnya, tersangka berinisial KFSK (17) yang merupakan ibunya sendiri memberikan keterangan kepada pihak kepolisian.
Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu Gede Sumarjaya menyampaikan, dari hasil pemeriksaan tersangka bahwa awalnya pada Rabu tanggal 3 Juni 2020 sekira pukul 23.00 Wita, tersangka sedang tidur di rumahnya.
-
Apa penemuan utama di makam raja Maya? Para arkeolog menemukan kotak batu berbentuk peti mati, kerangka yang sebagian besar sudah membusuk, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh National Geographic . Persembahan tersebut termasuk sebuah pot, koleksi cangkang tiram besar, beberapa tulang manusia yang diukir dan dihias dari individu yang terpisah, dan sejumlah potongan batu giok, yang menurut para peneliti merupakan topeng yang rumit.
-
Kapan mayat pria tersebut ditemukan? Seorang pria paruh baya ditemukan meninggal dunia di dalam unit apartemen kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Senin (22/4) malam.
-
Kapan suku Maya mulai memprediksi gerhana? Montero García memperkirakan bahwa suku Maya telah mampu memprediksi sekitar 55 persen gerhana, angka yang cukup fantastis mengingat ketidakadaan peralatan modern.
-
Bagaimana Mayang mendapatkan penampilan barunya? Hasil Operasi Hidung yang Ke dua Ternyata, Mayang masih kurang puas dengan hasil operasinya yang pertama. Dia pengen hidungnya lebih mancung nih sebelum operasi lagi.
-
Di mana mayat pria itu ditemukan? Seorang pria paruh baya ditemukan meninggal dunia di dalam unit apartemen kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Senin (22/4) malam.
-
Bagaimana topeng batu giok dari makam raja Maya ditemukan? Para arkeolog menemukan kotak batu berbentuk peti mati, kerangka yang sebagian besar sudah membusuk, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh National Geographic . Persembahan tersebut termasuk sebuah pot, koleksi cangkang tiram besar, beberapa tulang manusia yang diukir dan dihias dari individu yang terpisah, dan sejumlah potongan batu giok, yang menurut para peneliti merupakan topeng yang rumit.
Kemudian, merasakan sakit diperutnya dan merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam perutnya seperti menendang-nendang.
Selanjutnya, tersangka merasakan ada keluar cairan bening disertai darah dan pada saat itu tersangka merasa sakit. Seperti, hendak buang air besar sehingga tersangka sempat mengejan sebanyak tiga kali dan pada saat tersangka mengejan terakhir kali itulah merasakan bahwa dari kemaluannya mengeluarkan sesuatu.
"Sehingga, tersangka kemudian melepas celana dan celana dalamnya dan pada saat itu tersangka melihat keluarnya sesosok bayi dari kemaluannya," kata Sumarjaya, Selasa (7/7).
Kemudian, setelah bayi itu keluar dan berada di atas kasur barulah tersangka memegangnya. Dimana, pada saat itu tersangka merasa takut dan bingung jika ada orang lain yang mengetahui tentang peristiwa itu.
Dalam keadaan seperti itu, tersangka kemudian membungkus bayi itu dengan kain berwarna ungu yang biasanya tersangka gunakan untuk sebagai selimut dan membawanya ke kamar mandi yang jaraknya kurang lebih tiga meter dari kamar tidurnya.
Selanjutnya, di dalam kamar mandi itu tersangka meletakkan bayinya di lantai dan memotong plasenta.
"Kemudian tersangka melihat bayi tersebut bergerak dengan posisi telungkup. Karena, tersangka takut bayi itu menangis dan didengar oleh keluarganya. Kemudian tersangka menutup mulut dan hidung bayi tersebut sekira dua menit hingga bayi tersebut tidak bergerak lagi," imbuh Sumarjaya.
Setelah itu, tersangka mengeluarkan ari-ari dari kemaluannya dan tersangka membersihkan dirinya kemudian mengenakan celananya. Setelah itu, tersangka mengambil kardus air mineral yang berada di atas sumur di depan kamar mandi. Kemudian, tersangka membawa kardus air mineral tersebut ke kamar mandi dan memasukkan bayi, ari-ari, dan kain warna ungu itu ke dalam kardus.
Selanjutnya, tersangka membawa kardus tersebut ke halaman rumah dan mengambil sepeda motornya dan membawa kardus itu menuju ke arah barat melewati Pura Pulaki dan berbelok ke arah kanan melalui jalan setapak dan berhenti.
"Kemudian tersangka turun dari sepeda motor dan mengambil kardus yang ditaruh di bagian depan sepeda motor. Lalu tersangka meletakkan kardus tersebut yang berisi bayi, ari-ari, serta kain tersebut di atas tanah di TKP dan kemudian tersangka kembali pulang ke rumahnya," jelas Sumarjaya.
Sumarjaya juga menerangkan, untuk langkah-langkah mengenai kasus ini. Penyidik, telah memeriksa saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti, melakukan pemeriksaan visum otopsi di RSUD Kabupaten Buleleng.
Selain itu, juga melakukan penelitian dari Balai Pemasyarakatan Klas I A Denpasar dan melakukan konseling psikolog terhadap tersangka. Kemudian, melakukan rekontruksi sebanyak 23 adegan dan pada saat adegan ke 12 tersangka KFSK membekap mulut dan hidung bayi tersebut sekira dua menit hingga bayi tersebut tidak bergerak lagi atau meninggal dunia.
"Langkah selanjutnya, melakukan pemeriksaan secara laboratoris kriminalistik terhadap satu ruas tulang dari jenazah bayi dan mengambil dua buah cotton swab tersangka untuk mengetahui DNA dari bayi tersebut," ungkap Sumarjaya.
Sementara untuk barang bukti yang telah diamankan, 1 potong baju kaos warna merah, 1 potong celana pendek warna merah putih motif garis-garis, 1 lembar sprei warna merah muda, 1 kain warna ungu yang sebagian sudah terbakar, 1 buah gunting berwarna hitam merah, 1 unit sepeda motor merk honda supra warna hitam
"Terhadap tersangka, disangka telah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 341 KUHP yang berbunyi seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena makar mati terhadap anak dengan ancaman hukuman 7 tahun," ujar Sumarjaya.
(mdk/rhm)