Kekerasan Terhadap Perempuan Paling Banyak Ditemukan di Perguruan Tinggi
Alimatul mengatakan di urutan kedua pesantren, disusul SMA/SMK di posisi ketiga.
Anggota Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah mengatakan kekerasan berbasis gender terhadap perempuan di lembaga pendidikan paling banyak terjadi di perguruan tinggi. Alimatul mengatakan di urutan kedua pesantren, disusul SMA/SMK di posisi ketiga. Temuan ini berdasarkan catatan tahunan (Catahu) Komnas Perempuan selama 2015 hingga 2021.
"Bahwa kekerasan yang terjadi di perguruan tinggi itu yang paling dominan. Itu catatan Komnas Perempuan itu sehingga menjadi sangat penting untuk memperhatikan persoalan-persoalan keamanan dan pengembangan potensi civitas akademika di kampus dengan baik," kata Alimatul Qibtiyah di Jakarta dilansir Antara, Selasa (22/3).
-
Bagaimana rangsangan payudara memengaruhi gairah seksual wanita? Sebuah penelitian oleh Roy Levin dari University of Sheffield dan Cindy Meston dari University of Texas menemukan bahwa merangsang payudara atau puting payudara meningkatkan gairah seksual sekitar 82 persen dari wanita yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan seksual? Korban penyandang disabilitas tidak bisa berteriak atau menolak. Dia merasa takut dan ketergantungan," katanya.
-
Dimana kekerasan seksual itu terjadi? Tersangka melakukan kekerasan seksual di sekitar rumah dan di kebun.
-
Mengapa pelaku melakukan kekerasan seksual? Modusnya, memanfaatkan kondisi korban yang rentan.
-
Bagaimana cara penularan penyakit menular seksual? Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur, atau parasit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk hubungan seksual vaginal, anal, atau oral.
-
Kenapa robekan vagina bisa terjadi saat berhubungan seksual? Robekan vagina sering dikaitkan dengan persalinan, tetapi hal ini juga dapat terjadi selama hubungan seksual, terutama jika kekurangan pelumas atau ada penetrasi yang terlalu kasar.
Dari sejumlah bentuk kekerasan berbasis gender terhadap perempuan di lembaga pendidikan, kata dia, kekerasan seksual menempati urutan pertama yakni 87,91 persen dengan korban pada umumnya merupakan perempuan peserta didik dan atau berusia anak yang memiliki kerentanan berlapis.
Sementara, pelaku umumnya adalah laki-laki, guru, dosen, ustadz dan yang berusia dewasa. Menurut dia, dampak pada korban kekerasan seksual diantaranya merasa tidak aman, merasa bersalah, tidak percaya diri, mendapatkan label negatif, kesulitan membangun hubungan sosial, merasa malu, merasa takut, merasa terisolasi, marah dan banyak trauma lainnya.
Berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan yang sama, jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan kepada lembaga layanan maupun Komnas Perempuan hampir mencapai 50.000 kasus.
"Angka tersebut merupakan puncak gunung es dari kenyataan kekerasan seksual yang terjadi sebenarnya," katanya.
Baca juga:
Tipu Daya Dukun di Bandung Lecehkan Dua Gadis di Bawah Umur, Modusnya Obati Guna-Guna
Lipsus Kasus Pelecehan Seksual di IAIN Ambon Berujung Pembekuan Pers Kampus
Alami Pendarahan, Balita di Sulsel Diduga jadi Korban Kekerasan Seksual
Fakta Ustaz di Ponorogo Perkosa 6 Santri di Masjid, Semua Korban di Bawah Umur
Cabuli Pelajar SMA di Tanjung Balai, Pemuda Asal Riau Dibekuk Polisi