Perludem: Sejak Pilkada 2015 hingga 2020, Minim Isu Perempuan dan Anak
Titi Anggraini menilai pada penyelenggaraan Pilkada 2024, belum banyak yang mengusung kebutuhan maupun peran perempuan.
Yayasan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mencatat bahwa calon kepala daerah (cakada) yang mengangkat isu perempuan dan anak dalam visi misinya, jumlahnya kurang dari 18 persen.
"Narasi perempuan dan anak itu minim sekali. Riset Perludem di Pilkada 2015, 2017, 2018, dan 2020, para calon itu dalam membuat visi, misi, program kurang dari 18 persen yang mengangkat isu perempuan dan anak," kata Pembina Perludem Titi Anggraini dalam media talk di Jakarta, Senin.
Titi Anggraini menilai pada penyelenggaraan Pilkada 2024, belum banyak yang mengusung kebutuhan maupun peran perempuan dalam visi, misi, dan program calon kepala daerah, baik cakada laki-laki maupun perempuan.
Padahal, tingkat partisipasi pemilih perempuan, baik dalam Pilkada, Pemilihan Presiden (Pilpres), hingga Pemilihan Legislatif (Pileg), jauh lebih tinggi daripada pemilih laki-laki.
"Di Pemilu yang lalu, data KPU -Komisi Pemilihan Umum- itu partisipasi laki-laki 48 persenan. Nah, kalau begitu perempuan itu 51 persenan. Jadi selisihnya itu hampir empat persen. Jadi lebih tinggi perempuan yang menggunakan hak pilih daripada laki-laki, itu konsisten," kata Titi Anggraini.
Perempuan juga cenderung lebih loyal dalam menggunakan hak pilih.
"Karena kan perempuan lebih banyak di rumah. Sementara TPS -Tempat Pemungutan Suara- itu kan di dekat rumah. Nah, jadi itu juga yang membuat mereka lebih tertib untuk datang ke TPS," kata Titi Anggraini.