Kemenkes: Penularan Cacar Monyet Lewat Droplet
Syahril menyebut masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 sampai 16 hari, tetapi dapat mencapai 5 sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada 1 sampai 3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Kementerian Kesehatan menjelaskan proses penularan cacar monyet (monkeypox). Penyakit itu dapat bertransmisi melalui kontak erat dengan hewan, manusia atau benda yang terkontaminasi virus monkeypox.
"Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, Selasa (24/5).
-
Apa yang dikatakan oleh dokter Jerman Wolfgang Wodarg tentang cacar monyet? Dokter Jerman Wolfgang Wodarg menawarkan pandangan alternatif mengenai cacar monyet lebih dari dua tahun yang lalu. Apa yang dianggap sebagai cacar monyet, dalam banyak kasus, sebenarnya adalah herpes zoster, salah satu efek samping yang diketahui dari vaksin COVID-19," tulis keterangan video yang diunggah di Facebook pada tanggal 28 Agustus.
-
Siapa saja yang bisa terkena cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia.
-
Kapan ruam cacar monyet muncul? Gejala Cacar MonyetRuam: Ruam cacar monyet muncul setelah demam, dalam waktu 1-3 hari. Jenis ruamnya lebih bervariasi, termasuk makula, papula, vesikel, pustula, dan krusta. Ruam ini dapat muncul di area yang berbeda, termasuk wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya, dan dapat berlangsung lebih lama, hingga 2-4 minggu.
-
Di mana saja di Indonesia yang sudah ditemukan kasus cacar monyet? Berdasarkan data Kemenkes RI, kasus cacar monyet di Indonesia hingga kini baru ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
-
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena cacar monyet? Selain faktor risiko yang disebutkan di atas, anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak dengan penyakit kronis, orang tua yang memiliki penyakit kulit, atau mereka yang mengalami kelelahan dan stres yang berat juga dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi Cacar Monyet.
-
Bagaimana cara tenaga medis memeriksa pasien yang dicurigai cacar monyet? Ini melibatkan tindakan pemeriksaan awal, termasuk wawancara tentang perkembangan penyakit, pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap (PF), serta pemeriksaan swab yang melibatkan pengambilan cairan dari lenting/keropeng/kelainan kulit.
Syahril menyebut masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 sampai 16 hari, tetapi dapat mencapai 5 sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada 1 sampai 3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Pada fase erupsi atau fase paling infeksius terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening (blister), lepuh berisi nanah (pustule), kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.
"Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok," ucap Syahril.
Menurutnya, cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis. Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970.
Belum Terdeteksi di Indonesia
Syahril menegaskan kasus cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia. Namun, pemerintah tetap waspada dengan mencegah terjadinya penularan.
Kementerian Kesehatan melakukan kewaspadaan dengan memperbarui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkeypox yang dapat diunduh melalui https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.
Kemenkes juga menyiapkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit. Revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet pun dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), khususnya mengenai surveilans, tatalaksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium.
Sementara bagi masyarakat, jika mengalami gejala demam dan ruam segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Masyarakat juga diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
Syahril mengatakan WHO menetapkan cacar monyet saat ini menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global, karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis.
"Sebagian kasus berhubungan dengan adanya keikutsertaan pada pertemuan besar yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi," tutur Syahril.
Penjelasan WHO
WHO mendapatkan laporan penyakit cacar monyet pada 7 Mei 2022. Kasus cacar monyet terkonfirmasi pada seseorang yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Nigeria sejak akhir April hingga awal Mei 2022.
Sebelum penyakit ini merebak lebih luas ke berbagai negara di dunia, WHO menyampaikan cara mencegah dan menangani cacar monyet. WHO mengatakan setiap orang yang mengalami sakit selama perjalanan atau setelah kembali dari daerah endemik harus dilaporkan ke tenaga kesehatan, termasuk informasi tentang semua perjalanan dan riwayat imunisasi terakhir.
Penduduk dan pelancong ke negara-negara endemik harus menghindari kontak dengan hewan sakit (mati atau hidup) yang dapat menampung virus monkeypox (tikus, marsupial, primata) dan harus menahan diri dari makan atau menangani hewan buruan (daging semak).
"Pentingnya kebersihan tangan menggunakan sabun dan air, atau pembersih berbasis alkohol harus ditekankan," kata WHO dikutip dari laman who.it, Jumat (20/5).
Dalam penangananya, pasien dengan cacar monyet harus diisolasi dan diberikan perawatan suportif selama periode infeksi. Pelacakan kontak harus dilakukan tepat waktu.
Kemudian tindakan pengawasan dan peningkatan kesadaran terhadap penyakit baru di penyedia layanan kesehatan sangat penting. Untuk mencegah kasus sekunder cacar monyet meluas lebih lanjut, diperlukan manajemen yang efektif.
Menurut WHO, petugas kesehatan yang merawat pasien suspek atau terkonfirmasi cacar monyet harus menerapkan kewaspadaan pengendalian infeksi standar, kontak, dan droplet.
"Ini termasuk semua pekerja seperti petugas kebersihan dan penatu yang mungkin terpapar dengan pengaturan perawatan pasien, tempat tidur, handuk, atau barang-barang pribadi," jelasnya.
Sementara sampel yang diambil dari orang atau hewan diduga terinfeksi virus cacar monyet harus ditangani oleh staf terlatih yang bekerja di laboratorium dan dilengkapi peralatan sesuai.
Vaksin dan obat untuk cacar monyet memang sudah tersedia. Namun WHO menyebut belum tersedia secara luas.
Hingga saat ini, WHO tidak merekomendasikan pembatasan apa pun untuk perjalanan dan perdagangan dengan Nigeria atau Inggris meskipun ditemukan penyakit cacar monyet.
Penularan Cacar Monyet
Sejumlah negara diduga sudah mendeteksi adanya kasus cacar monyet, di antaranya Kanada, Amerika Serikat (AS), Inggris, Portugal, Spanyol, dan Singapura.
WHO mencatat, kasus pertama yang dilaporkan kepada organisasinya mengalami ruam pada 29 April 2022. Dia meninggalkan Nigeria pada 3 Mei dan tiba di Inggris 4 Mei. Di hari yang sama, kasus dibawa ke rumah sakit. Berdasarkan riwayat perjalanan dan penyakit ruam, dia diduga terpapar cacar monyet dan segera diisolasi.
Pada 11 Mei, pelacakan kontak ekstensif telah dilakukan untuk mengidentifikasi kontak yang terpapar di fasilitas perawatan kesehatan, komunitas, dan penerbangan internasional.
WHO menjelaskan cacar monyet adalah zoonosis sylvatic dengan infeksi manusia insidental yang biasanya terjadi secara sporadis di bagian hutan Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam famili orthopoxvirus.
Cacar monyet dapat ditularkan melalui kontak dan paparan droplet yang diembuskan. Masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari. Penyakit ini sering sembuh sendiri dalam waktu 14 hingga 21 hari. Gejalanya bisa ringan atau parah, dan lesi bisa sangat gatal atau nyeri.
"Reservoir hewan tetap tidak diketahui, meskipun kemungkinan berada di antara hewan pengerat. Kontak dengan hewan hidup dan mati melalui perburuan dan konsumsi hewan liar atau daging semak dikenal sebagai faktor risiko," jelas WHO.
Ada dua clades atau kelompok taksonomi virus cacar monyet, yakni dari Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Meskipun infeksi virus cacar monyet di Afrika Barat kadang-kadang menyebabkan kondisi parah pada beberapa individu, penyakit biasanya sembuh sendiri.
Rasio kasus fatalitas untuk clade Afrika Barat telah didokumentasikan menjadi sekitar 1 persen, sedangkan untuk clade Congo Basin kemungkinan 10 persen. Anak-anak juga berisiko lebih tinggi terpapar penyakit ini.
Cacar monyet yang menjangkiti ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi, bayi ikut terpapar cacar monyet atau lahir mati.
"Kasus cacar monyet yang lebih ringan mungkin tidak terdeteksi dan menunjukkan risiko penularan dari orang ke orang," tulis WHO.
(mdk/fik)