Kronologi Pembantaian Satu Keluarga di Serang oleh 2 Pelaku Bertopeng
"(Pelaku) dua orang. Menggunakan topeng kupluk. Kemungkinan jam 2 pagi. Pintu diketok (pelaku), (pintu) dibuka (Siti Sa'idah), pisaunya langsung mengenai bibir korban istrinya," terangnya.
Misteri pembunuhan berencana terhadap satu keluarga di Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringin Kurung, Kabupaten Serang, Banten sedikit terungkap. Pelaku diketahui berjumlah dua orang dengan menggunakan topeng hitam.
Hal itu berdasarkan pengakuan saksi kunci, Siti Sa'idah yang merupakan korban selamat dalam peristiwa sadis tersebut. Dia berhasil melewati masa kritis dan mendapatkan perawatan intensif di RSUD Kota Cilegon, Banten.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Bagaimana dampak buruk sadfishing bagi pelaku? Pada akhirnya orang lain akan memberikan stigma negatif terhadap kondisi orang yang melakukan sadfishing.
-
Bagaimana sukrosa dibentuk? Sukrosa artinya sama dengan gula pasir. Jenis gula ini merupakan karbohidrat sederhana yang dibentuk dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dapat ditemukan secara alami di berbagai jenis buah maupun sayuran, tapi sebagian besar sukrosa terbentuk dari 80% tebu dan 20% gula bit.
-
Apa yang dibakar oleh pelaku? Pria tersebut membakar bendera Merah Putih, mobil dan warung warga.
-
Apa motif pelaku melakukan pembunuhan? Dia sedang pusing mencari uang untuk membiayai kuliah adiknya beserta biaya kebutuhan hidup untuk orangtuanya.
-
Apa yang dirusak oleh pelaku? Partai Amanat Nasional (PAN) mencatat ada 24 APK berupa baliho dan spanduk calegnya yang dirusak.
Siti mengalami luka robek di mulut dan tiga luka tusuk di punggungnya. Sementara suaminya bernama Rustiadi (33) dan anaknya berinisial A (4) meregang nyawa dalam peristiwa itu.
"Menurut saksi korban, istrinya itu, sempat berbicara sedikit, menyampaikan bahwa pelaku yang mengetuk pintu depan sudah menggunakan penutup muka, sehingga sudah dipastikan ini pembunuhan berencana," kata Kapolres Serang, AKBP Firman Affandi, Banten, Selasa 13 Agustus 2019.
Jika kedua pelaku berhasil ditangkap dan terbukti melakukan pembunuhan berencana, maka akan dikenakan Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Menurut Siti, peristiwa terjadi pada Selasa 13 Agustus 2019 sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Saat kondisi perkampungan sepi, dua orang misterius itu langsung menyerang korban.
©2019 Merdeka.com/Dwi Prasetya
"(Pelaku) dua orang. Menggunakan topeng kupluk. Kemungkinan jam 2 pagi. Pintu diketok (pelaku), (pintu) dibuka (Siti Sa'idah), pisaunya langsung mengenai bibir korban istrinya," terangnya.
Siti kemudian berteriak hingga suaminya, Rustiadi terbangun. Salah satu pelaku menusukkan tiga kali pisaunya ke punggung Siti. Sedangkan sang anak yang diduga menangis, dihabisi nyawanya oleh pelaku. Begitu pula kepada Rustiadi.
Dugaan sementara, Rustiadi dan Siti sempat membela diri dan bertarung dengan kedua pelaku. Salah satu pelaku pun diduga terluka. Hal ini terlihat dengan adanya jejak darah di luar rumah korban.
"Menurut saksi, sempat terjadi pertarungan. Di dalam rumah terdapat kotoran tinja, itu kemungkinan milik korban. Kemungkinan dicekik. Ada bercak darah di luar rumah, kemungkinan darah pelaku," jelasnya.
Guna mempercepat pencarian kedua pelaku, Polres Serang Kota dibantu oleh Polda Banten menerjunkan anjing pelacak ke lokasi kejadian. Anjing pelacak mencari jejak terduga pelaku pembunuhan berencana ke beberapa lokasi hingga ke persawahan.
"Anjing pelacak mencari jejak pelaku, masih terus mencari dilaksanakan pencarian jejak. Mudah-mudahan bisa terungkap pelaku," ujarnya
Korban Sosok Pendiam dan Pekerja Keras
Asgari (50), orang yang pertama kali menemukan satu keluarga terbantai di dalam rumah, sekitar pukul 07.30 WIB pada Selasa, 13 Agustua 2019. Dia bercerita pertama kali menemukan jenazah Rustandi saat akan mengambil perkakas tukang bangunan yang ada di bagian samping rumah korban.
"Mau ngambil alat saya tuh, ketok-ketok dulu di pintu. Alat saya bawa keluar, saya masuk lagi lihat darah udah pingsan saya. Posisi pintu ngebuka, masuk dari pintu," kata Asgari di Mapolsek Waringin Kurung, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (13/08/2019).
Rustandi dikenal sebagai pribadi yang baik, pendiam dan tidak pernah berperilaku yang aneh-aneh. Korban pun kepala rumah tangga pekerja keras.
"Baik orangnya, (Rustandi) ponakan saya itu. Orangnya diem. Enggak ada masalah dia. Alatnya ada di luar. Sadarnya anak saya manggil," terangnya.
Rustandi sudah menikah dua kali. Pernikahan pertamanya bersama istri Munawaroh kandas di tengah jalan dan memiliki anak berinisial Z yang kini telah duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD).
Pernikahan keduanya bersama Siti Sa'idah dikaruniai seorang anak berinisial A (4), yang ikut menjadi korban pembantaian di rumah korban.
"Dulu nikah sama anak saya, terus cerai. Ini anaknya, mukanya persis sama bapaknya," kata Ahyanah, mantan mertua Rustandi saat membawa cucunya ke rumah korban, Selasa (13/8).
Ahyanah bercerita saat Idul Adha, Rustandi mendatangi anaknya Z di rumah mantan mertuanya di Desa Krapcak, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Namun ada hal berbeda saat perjumpaan itu, Rustandi hanya mengusap kepala sang anak dan tidak berkata apapun.
"Cuma dateng, ngasih uang, ngusap kepalanya, terus pulang. Itu pas hari Minggu kemarinnya," ujarnya.
Reporter: Yandhi Deslatama
(mdk/rhm)