Kutip Socrates, Wapres Ma'ruf: Ada Empat Hal yang Mesti Dimiliki Hakim
Sejak zaman kuno hingga modern, definisi mulia yang disematkan pada hakim tidak pernah berubah.
Sejak zaman kuno hingga modern, definisi mulia yang disematkan pada hakim tidak pernah berubah.
- Perbedaan Filosofis Urap, Gudangan, dan Trancam, Hidangan Tradisional dalam Upacara Slametan yang Sarat Makna
- Tak Hanya Khas Jawa Tengah, Intip 6 Keunikan Kue Lupis Betawi yang Kini Mulai Langka
- Menarik Pakaian yang Dikenakan Ganjar dan Mahfud MD Terbuat dari Kapas, Begini Filosofinya Bikin Bengong
- Mengenal Socrates dan Kata-Kata Bijaknya tentang Kehidupan
Kutip Socrates, Wapres Ma'ruf: Ada Empat Hal yang Mesti Dimiliki Hakim
Wakil Presiden (Wapres) Ma'aruf Amin mengatakan, ada empat hal yang harus dimiliki oleh hakim. Apa yang disampaikannya ini dikutip dari Socrates.
"Saya ingin membuka pidato saya dengan mengutip Socrates, ada empat hal yang mesti dimiliki hakim, yaitu mendengarkan dengan santun, menjawab dengan bijak, mempertimbangkan dengan sadar, dan memutuskan tanpa memihak," kata Ma'ruf Amin di Kantor Komisi Yudisial (KY), Jakarta, Selasa (2/4).
Ia menjelaskan, sejak zaman kuno hingga modern, definisi mulia yang disematkan pada hakim tidak pernah berubah. Kemudian, dalam bahasa Indonesia, hakim diartikan sebagai orang yang pandai, berbudi dan bijak.
"Prinsip moral mendasar dalam diri seorang hakim juga difirmankan dalam kitab suci. Dalam Al Quran, surat Shad ayat 26 berbunyi 'Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah'," jelasnya.
"Alkitab juga menegaskan bahwa hakim adalah orang yang takut Tuhan, orang yang benar, dan tidak mengikuti hawa nafsu," sambung Ma'ruf.
Kemuliaan yang dituntut dari hakim disebutnya sudah sewajarnya, karena jaminan tegaknya keadilan berada pada genggaman hakim.
Lalu, integritas hakim juga dikatakannya sebagai penjaga keadilan yang akan melahirkan rasa aman dan ketertiban dalam masyarakat. Integritas hakim adalah penjaga kokohnya rajutan Nusantara.
"Saya menyadari, tidak ada manusia tanpa cela karena manusia adalah makhluk yang lemah. Oleh sebab itu, saya mengajak kita semua yang hadir di sini, untuk terus memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, dalam melaksanakan tugas dan amanah rakyat di bidang peradilan dan kehakiman agar sesuai dengan nilai-nilai suci yang difirmankan Allah, konstitusi, dan peraturan perundang-undangan," pungkasnya.