Mahasiswa UB ciptakan mesin pengawet ikan pengganti cold storage
Cuma butuh waktu tak lebih tiga detik untuk membuat ikan tahan lama.
Hasil tangkapan ikan nelayan para nelayan dapat bertahan lebih lama dengan menggunakan Blue Machine Technology (BMT). Alat ini merupakan inovasi karya mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB).
Alat tersebut diciptakan oleh Dewi Wulandari, Nur Hamidatus Sa'adah, Berliana Restyanova dan Farouq Syahrondhi Mawalid. Alat mereka bertegangan tinggi sebesar 2.500 voltage.
"Dengan kejut listrik bertegangan 2.500 voltage bisa membunuh bakteri ikan sebesar 97,125 persen. Sehingga bisa mengawetkan ikan dalam jangka cukup waktu lama," kata Dewi, Jumat (21/8).
Para nelayan, ditambahkan Dewi, biasanya menggunakan 90 balok es untuk mengawetkan ikan. Tetapi dengan menggunakan BMT, hanya membutuhkan 45 balok es untuk membuat ikan tetap segar.
"Selain lebih efisien dari segi ekonomis, dengan menggunakan BMT kualitas ikan menjadi lebih bagus dan masih segar, tidak lembek, tidak bau anyir. Selain itu mata ikan juga masih segar," kata Nur Hamidatus Sa'adah.
BMT yang berbentuk tabung dengan ujung memanjang ini diinstalasikan di kapal nelayan. Sehingga saat melaut, ikan hasil tangkapan bisa langsung diawetkan dengan alat tersebut.
"Saat ini BMT masuk pada tahap pengujian alat. Objek sasarannya adalah hasil tangkapan nelayan di Sendang Biru (daerah Pantai Selatan Kabupaten Malang) dengan mayoritas hasil tangkapan adalah ikan tuna," kata Dewi
BMT yang saat ini diciptakan masih dikhususkan untuk ikan tuna. Karena berdasar hasil tangkapan terbanyak para nelayan Sendang Biru.
"Kami sengaja membuat alat kejut untuk ikan tuna karena mayoritas hasil tangkapan nelayan di Sendang Biru adalah tuna. Antara ikan tuna satu dengan yang lain mempunyai frekuensi kejutan yang berbeda-beda tergantung ukurannya," kata Nur.
BMT sendiri dilengkapi dengan layar LCD dengan tingkatan-tingkatan frekuensi kejutan yang disesuaikan dengan ukuran dan berat ikan tuna yang dimasukkan ke dalam tabung BMT. Satu kali kejutan, membutuhkan waktu 2,4 detik.
"Dengan BMT nelayan bisa mengawetkan 25 kuintal ikan yang biasa mereka peroleh dalam satu kali perjalanan melaut," kata Berliana.
Dewi bersama teman-temannya berharap bahwa dengan dibuatnya BMT bisa lebih memaksimalkan hasil tangkapan nelayan Sendang Biru. Selama ini nelayan Sendang Biru tidak mempunyai tempat pendingin untuk mengawetkan. Sehingga ikan-ikan tuna hasil tangkapan yang melimpah dengan penanganan yang kurang dapat menyebabkan kualitas yang kurang maksimal.
Saat ini, kata Dewi, penelitiannya masih terus dilakukan untuk menyempurnakan alat BMT sehingga bisa dipasarkan di masyarakat. Satu kali produksi alat BMT, dibutuhkan dana kurang lebih Rp 6 juta.
"Sehingga kami berharap untuk ke depannya dapat bekerja sama dengan mitra kerja untuk membuat BMT. Kami saat ini juga sedang mengurus untuk patennya," kata Dewi.