Mattojang, ayunan tradisional pemacu adrenaline dari Sulsel
Mattojang adalah main ayunan dengan tinggi yang tidak biasa. Yang kerap kita temui tiang ayunan hanyalah setinggi dua hingga tiga meter, kali ini tingginya sampai 11 meter. Agar bisa berayun-ayun di udara, untuk menekannya juga pakai tali yang dikendalikan dua orang yang memegang masing-masing ujung tali.
Uji nyali di atas ketinggian tidak harus dengan permainan modern seperti yang ada di wahana-wahana permainan indoor yang banyak tersedia di kota-kota besar. Dari permainan tradisional, uji nyali juga bisa.
Dengan permainan mattojang misalnya. Mattojang adalah main ayunan dengan tinggi yang tidak biasa. Yang kerap kita temui tiang ayunan hanyalah setinggi dua hingga tiga meter, kali ini tingginya sampai 11 meter. Agar bisa berayun-ayun di udara, untuk menekannya juga pakai tali yang dikendalikan dua orang yang memegang masing-masing ujung tali.
Ayunan tradisional ini sudah tidak banyak dikenal, utamanya bagi generasi sekarang yang bermukim di perkotaan. Ayunan tradisional ini bisa dijumpai di desa-desa yang masih mempertahankan tradisi pesta panen.
Di pesta panen inilah, budaya permainan mattojang dihadirkan. Biasanya diiringi permainan pencak silat dan mappadendang atau tumbuk lesung, yang melahirkan irama tertentu sehingga pesta panen pun kian meriah.
Di sela-sela perayaan HUT Sulsel ke-348 di rumah jabatan Gubernur Sulsel, mattojang, pencak silat dan mappadendang turut meramaikan. Selain oleh para pemain mattojang yang mengenakan busana adat yakni sarung sutra dan baju bodo (baju khas Bugis Makassar), mattojang ini juga ramai dimainkan oleh para undangan. Mereka rupanya juga mau uji nyali main ayunan di ketinggian 11 meter. Permainan mattojang ini didatangkan dari Kabupaten Sidrap.
Ayunan tradisional ini berdiri di atas empat tiang kayu jati putih setinggi 11 meter. Tempat duduk ayunan tingginya dari permukaan 1,20 meter. Satu persatu pemain mattojang bergantian naik ke ayunan. Setelah ikat pinggang pengaman terpasang, yang duduk di ayunan itu kemudian didorong kemudian ditarik dengan menggunakan tali yang dipegang dua orang di masing-masing ujungnya. Ketinggian tergantung tekanan tali.
Muhammad Arsyad (46), Kepala Desa Maddenra, Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap, saat ditemui di sela-sela perayaan HUT beberapa hari lalu mengatakan, rombongan permainan mattojang, pencak silat dan mappadendang ini sengaja didatangkan dari beberapa desa di Kecamatan Kulo ke Makassar oleh panitia.
Khusus di desanya, kata Muhammad Arsyad, tradisi mattojang ini masih terpelihara karena setiap tahun mereka menggelar pesta panen. Dalam acara pesta panen ini, warga berkumpul, bergembira dan menikmati tontonan mattojang, pencak silat dan mappadendang.
"Di antara warga yang berkumpul ini ada tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan petani. Mereka melakukan urung rembug bagaimana menghadapi musim tanam berikutnya, agar hasilnya bisa sama dengan panen tahun ini. Sementara warga lain hanyut dalam suasa pesta menikmati sajian aktraksi mattojang, pencak silat dan mappadendang," kata Muhammad Arsyad, Jumat (20/10).
Menurutnya Kades Maddenra ini, tradisi-tradisi itu sudah ada sejak dia belum lahir karena memang warisan zaman kerajaan. Diakui kalau saat ini tidak banyak desa yang masih melestarikan budaya ini. Untuk melestarikannya, kata Muhamamd Arsyad, butuh campur tangan pemerintah.
"Pemerintah harus memperhatikan budaya lokal seperti ini agar tetap lestari karena banyak mengandung hal positif. Aktraksi-aktraksi budaya ini memancing warga dari berbagai elemen untuk berkumpul. Saat berkumpul itulah, dilakukan tudang sipulung atau urung rembug membahas mengenai panen yang baru dinikmati dan bagaimana supaya panen berikutnya bisa berhasil," kata Muhamamd Arsyad.
Nilma, salah seorang pelajar yang bermukim di Makassar saat ditemui di tengah-tengah penampilan budaya mattojang ini mengaku baru tahu yang namanya Mattojang.
"Awalnya takut tapi mau coba. Ada sensasinya," ujar Nilma usai mencoba berayun di atas ketinggian 11 meter itu.
Baca juga:
Tradisi bedah sumber di Mojokerto, ribuan warga berebut tangkap ikan
Menengok ramalan setahun ke depan dengan membuka kain kafan Cupu Kiai Panjolo
Makna hari pernikahan Kahiyang Ayu menurut penanggalan Jawa
Meriahnya kirab Grebeg Pasar dari Beringharjo hingga Ngasem
Melihat serunya tradisi Perang Tipat di Bali
Tradisi di Sulsel, belanja alat rumah tangga dianggap berkah saat hari asyura
Mengikuti Tradisi Ma'nene, ritual mengganti pakaian mayat leluhur di Tana Toraja
Kerukunan warga Kaliori dalam wajah Seribu Hanoman
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Apa makna dari tema "Nusantara Baru, Indonesia Maju"? Makna dari tema ini adalah bahwa tahun 2024, yang bertepatan dengan HUT ke-79 Kemerdekaan RI akan menjadi momen pembuka bagi beberapa transisi besar di Indonesia.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Apa tujuan utama Ekspedisi Atap Bumi Bersujud yang dilakukan oleh Mapala Kapakata Instiper Yogyakarta? Ekspedisi yang dilakukan di Tebing Baturaya, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan itu dilakukan guna merintis jalur panjat menuju puncak tebing tersebut.
-
Apa makna budaya dari bubur candil bagi masyarakat Indonesia? Bubur candil memiliki makna budaya yang dalam dalam masyarakat Indonesia. Selain sebagai hidangan penutup yang lezat, bubur candil juga memiliki makna filosofis yang melambangkan harmonisasi kehidupan yang berbeda.