Menanam 5 Pohon Tiap Tahun Demi Melestarikan Hutan di Kalimantan Timur
Kampung Bidukbiduk merupakan salah satu dari 38 kampung di Berau, Kalimantan Timur, terpilih sebagai kampung iklim untuk menurunkan emisi karbon, karena dikelilingi hutan yang masih sangat luas. Menjaga kelestarian hutan, sudah jadi kebiasaan warga kampung setempat.
Kampung Bidukbiduk merupakan salah satu dari 38 kampung di Berau, Kalimantan Timur, terpilih sebagai kampung iklim untuk menurunkan emisi karbon, karena dikelilingi hutan yang masih sangat luas. Menjaga kelestarian hutan, sudah jadi kebiasaan warga kampung setempat.
merdeka.com berkesempatan mengunjungi kampung Bidukbiduk, berjarak sekitar 235 kilometer dari Tanjung Redeb, pusat pemerintahan Kabupaten Berau.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Di mana letak Hutan Punti Kayu? Letaknya berada di tengah Kota Palembang tepatnya Jalan Kol. H. Burlian km 6,5.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Apa yang ditemukan di hutan belantara Meksiko? Jauh di dalam hutan belantara Meksiko, arkeolog menemukan kota peradaban bangsa Maya yang hilang.
-
Apa yang ditemukan di hutan purba tersebut? Ratusan fosil batang pohon dan bagian lain dari pohon ditemukan di hutan purba ini.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
Benar saja. Kampung Bidukbiduk yang berada di pesisir pantai, memang masih memiliki hutan yang cukup luas. Pepohonan menjulang tinggi khas hutan tropis, bisa terlihat dari kejauhan.
"Terpilihnya kampung Bidukbiduk sebagai kampung iklim, karena sebagai destinasi wisata, masih punya hutan bagus. Kita punya areal hutan lindung sekitar 2 ribu hektare, masih alami," kata Kepala Kampung Bidukbiduk Abdul Rakhman, di kantornya, Rabu (6/11).
Rakhman menerangkan, menjaga hutan, sudah menjadi kewajiban, sekaligus kebiasaan warga kampung. Bahkan, pemerintah kampung mengeluarkan aturan larangan merambah hutan.
"Aturan kami, lahan yang tidak digarap, diwajibkan kepada pemiliknya menanam 1 orang minimal 5 pohon. Kami juga siapkan bibit pohonnya. Juga, kami wajibkan menanam pohon karet," ujar Rakhman.
Komitmen Melestarikan Alam
Kewajiban menanam pohon itu lanjut Rakhman, diterapkan bagi warga kampung setiap tahunnya. Komitmen warga setempat untuk menjaga dan melestarikan total kawasan bentangan alam seluas 14 ribu hektare, dilaksanakan dengan baik.
"Kampung Bidukbiduk ini, dihuni sekitar 600 kepala keluarga, sekitar 1.800 jiwa. Yang kami hadapi sekarang ini, bukan ancaman perambahan hutan. Tapi, ancaman abrasi pantai yang perlu mendapatkan perhatian," ungkap Rakhman.
"Untuk abrasi, perlu dapat kajian serius dari banyak pihak. Gelombang laut sampai ke pesisir ini, cukup besar. Utamanya, di pesisir utara Bidukbiduk. Meski memang itu musiman," tambahnya.
Setiap kejadian gelombang besar, sekitar 20-30 pohon kelapa di bibir pantai tumbang. "Kalau sementara dipasang beton (pemecah gelombang), justru mengurangi keindahan bibir pantai. Kan pantai indah yang kita jual kepada wisatawan," terangnya.
Di sisi lain, beragam suku hidup berdampingan dengan sangat baik di Bidukbiduk. Seperti suku Bugis, Bajau dan Mandar. "Sementara 60 persen masyarakat kami, merupakan nelayan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat," kata dia.
(mdk/gil)