Mengenang Mbah Gotho, manusia tertua asal Sragen wafat di usia 146
Mengenang Mbah Gotho, manusia tertua asal Sragen wafat di usia 146. Manusia tertua di dunia Suparman (146) alias Sodimejo alias Mbah Gotho asal Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen meninggal dunia, Minggu (30/4) petang. Kabar meninggalnya Mbah Gotho disampaikan salah satu cucunya, Suwarni.
Manusia tertua di dunia Suparman (146) alias Sodimejo alias Mbah Gotho asal Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen meninggal dunia, Minggu (30/4) petang. Kabar meninggalnya Mbah Gotho disampaikan salah satu cucunya, Suwarni.
"Mbah Gotho sudah (meninggal). Tadi setelah magrib, sekitar jam enam (18.00 WIB). Senin akan dimakamkan jam 11.00," ujar Suwarni kepada merdeka.com.
Suwarni menjelaskan, eyangnya akan dikebumikan di pemakaman desa dengan upacara secara nasrani. Pesan yang disampaikan Mbah Gotho adalah ingin meninggal di rumah.
"Si mbah tidak pesan apa-apa. Hanya ingin meninggal di rumah. Peti jenazahnya yang sudah disiapkan kalau sudah tidak bisa digunakan juga disuruh beli," ujar Suwarni.
Keinginan Mbah Gotho tutup usia sudah lama bahkan puluhan tahun lalu. Dia merasa sudah tidak memiliki teman lagi di dunia ini.
"Rencang kulo pun mboten wonten kabeh, pingine mung mati kula niki (teman saya sudah tidak ada semua, inginnya mati saja)," ujar Mbah Gotho 2016 silam.
Keinginan untuk meninggal tersebut dia buktikan dengan menyiapkan sebuah batu nisan berwarna krem bertuliskan Sodimejo. Batu nisan itu dia beli dan ditaruh di teras rumah sejak 30 tahun lalu. Kemudian papan kayu sebagai bahan peti mati juga sudah Mbah Gotho beli. Demikian juga sebuah kapling tanah di pemakaman desa sudah disiapkan sejak lama.
Sodimejo mengaku menyiapkan semuanya sendiri. Dia tak ingin merepotkan anak cucunya, saat dipanggil Yang Kuasa nanti.
"Empun kula siapke kabeh candi niku, kayu terbelo, kalih nggen ten kuburan mrika. (Sudah saya siapkan semua batu nisan, kayu peti mati, dan tempat di kuburan sana)," tuturnya.
Ada kisah unik tentang Mbah Gotho. Mbah Gotho mengaku pernah menikahi 4 wanita. Namun dari keempat wanita yang diperistri secara resmi tersebut, tak semua nama diingatnya. Saat merdeka.com menanyakan nama-nama istrinya, bahkan ia menyebut nama lain sebagai istri terakhirnya.
Seperti diberitakan sejumlah media sebelumnya, nama istri terakhir Mbah Gotho bernama Rayem, yang saat ini juga sudah meninggal. Mbah Gotho sendiri saat ini hidup bersama keturunan hasil pernikahannya dengan Rayem.
"Bojoku nomer siji jenenge Parinem, nomer loro jenenge Rumbiyah, nomer telu (lama mengingat), embuh lali sopo jenenge. (Istriku nomer satu namanya Parinem, nomor dua Rumbiyah, nomor tiga lupa). Nomer papat Rayem, sing pungkasan jenenge Pariyem (nomor empat Rayem, terakhir Pariyem)," ujar Mbah Gotho.
Sejumlah tetangga Mbah Gotho mengaku terkejut mendengar nama Pariyem, yang disebut sebagai istri terakhir. Karena selama ini mereka tak pernah mendengar nama itu.
"Wah Pariyem kui bojo resmi opo dudu mbah, wah nakal iki (wah Pariyem itu istri resmi apa bukan mbah)," seloroh Parno (59) ketua RT setempat.
Meski mempunyai 4 istri, namun Mbah Gotho mengaku mereka tak pernah menjadi satu atau tinggal serumah. Bahkan pernikahan Mbah Gotho dengan Istri pertama, kedua dan ketiga harus berakhir sebelum pernikahannya yang keempat. Semua berakhir dengan perpisahan.
Perpisahan tersebut, kata Mbah Gotho, lebih dikarenakan soal prinsip atau sikap dalam hidup sehari-hari. Bagi dia seorang istri haruslah tinggal di rumah, sedangkan beban ekonomi menjadi tanggung jawab suami.
"Wong wadon kui yo kudune neng omah wae, nek ora gelem ora manut yo uwis (istri itu harusnya di rumah saja, kalau nggak mau ya sudah). Jaman saiki malah walikkane. Wong wedok malah sing nyambut gawe (sekarang kebalikan, istri yang malah bekerja)," pungkasnya.
Tak hanya itu, Mbah Gotho sering dianggap sebagai orang yang mempunyai kelebihan. Tak jarang tetangga dekat maupun jauh yang datang minta didoakan.
Menurut Mbah Gotho, mereka datang untuk didoakan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Ada yang minta kesembuhan dan ada juga yang minta didoakan lancar jodoh dan rezki.
"Enten sing njaluk jodo, nggih kula dongakke (ada yang minta jodoh ya saya doakan). Enten sing loro nggih kula dongakke kabeh, nyuwun dateng Gusti murih kasembadan sedyanipun (ada yang sakit ya saya doakan semua, minta kepada Tuhan agar keturutan yang diinginkan)," ujarnya.
Suparno (59) ketua RT setempat membenarkan hal tersebut. Beberapa tahun lalu salah satu anaknya sempat menderita sakit. Kendati sudah pergi ke dokter namun tak kunjung sembuh.
"Anak saya yang kecil itu sakit sudah 3 tahun tidak kunjung sembuh. Saya bawa ke sini (Mbah Gotho) untuk dimintakan obat," ujarnya.
Setelah itu lantas Mbah Gotho berjalan ke tengah halaman rumah untuk berdoa. "Duh Gusti nyuwun tombo, kangge lare meniko," ucap Parno menirukan Mbah Gotho.
Usai berdoa, Mbah Gotho mengusap dahi anak tersebut dan meminumkan segelas air putih yang sudah didoakan. Tak lama kemudian, bocah tersebut berangsur membaik.
"Doanya itu kadang menggunakan cara Kristen kadang juga dengan cara Islam," katanya.
Baca juga:
Sebelum meninggal, Mbah Gotho manusia tertua minta diikhlaskan
Mbah Gotho, manusia tertua asal Sragen meninggal dunia
Takut disuntik, Mbah Gotho minta dibuang ke Bengawan Solo
Dua dokter AS tes DNA untuk buktikan Mbah Gotho tertua di dunia
Ogah makan 3 hari, manusia tertua di dunia dilarikan ke rumah sakit
Mbah Gotho manusia tertua asal Sragen senang bisa mendengar lagi
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Di mana lokasi Sego Tempong Mbok Wah? Salah satu warung nasi tempong legendaris di bumi Blambangan ialah Sego Tempong Mbok Wah di Desa Bakungan, Kecamatan Glagah.
-
Siapa yang menemukan Goa Garunggang? Ditemukan tidak sengaja oleh petani Menurut Uca, dulunya gua-gua di sini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani. Ketika itu dirinya mengejar hewan yang jadi hama bagi tanamannya.
-
Apa yang dilakukan Mbah Putih di Desa Kayen? Mbah Putih mengenalkan diri sebagai warga biasa dengan nama Sumodruno.
-
Kapan Sego Tempong Mbok Wah didirikan? Warung Sego Tempong Mbok Wah sudah ada sejak tahun 1990-an.
-
Di mana petilasan Mbah Joget berada? Di kawasan perbukitan Kota Semarang, tepatnya di daerah Klipang, Semarang Timur terdapat sebuah petilasan bersejarah. Warga menyebutnya petilasan Mbah Joget.