Merawat Jejak Kiai Dahlan dan Perjalanan Panjang Muhammadiyah
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Widyastuti menjelaskan, berbagai dokumen dan prasasti bersejarah yang mengiringi perjalanan Muhammadiyah. Mulai dari foto dokumentasi pergerakan Muhammadiyah, lagu-lagu yang selalu diputar di setiap Muktamar, dan benda bersejarah lainnya.
Satu per satu artefak dan dokumen yang merekam sejarah panjang perjalanan Kiai Ahmad Dahlan dan organisasi keagamaan Muhammadiyah dikumpulkan. Diperoleh dari keluarga dan ahli waris tokoh Muhammadiyah yang ada di daerah seluruh Indonesia. Kepingan sejarah itu akan dikumpulkan di dalam Museum Muhammadiyah yang rencananya mulai dibuka tahun 2022.
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Widyastuti menjelaskan, berbagai dokumen dan prasasti bersejarah yang mengiringi perjalanan Muhammadiyah. Mulai dari foto dokumentasi pergerakan Muhammadiyah, lagu-lagu yang selalu diputar di setiap Muktamar, dan benda bersejarah lainnya.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Bagaimana Masjid Ar Rahman di Mojokerto didanai? Mnegutip laman NU Online Mojokeryo, dana yang dihabiskan terbilang besar karena digunakan untuk membuat bangunan, menata interior di dalam bangunan, dan fasilitas penunjang lainnya.
-
Apa yang menjadi landasan dasar Bacaan Sholat Muhammadiyah? Kebijakan bacaan sholat Muhammadiyah sendiri didasarkan pada sumber-sumber yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis, serta berpedoman pada Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
-
Kapan Masjid Nur Abdillah diresmikan? Menurut kanal Youtube Traveling All In, masjid ini baru diresmikan pada 2021 lalu. Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 2019 lalu, hingga kini menjadi ikon wisata religi di Kabupaten Serang, Banten.
-
Dimana Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman berada? Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman merupakan masjid terbesar di Pontianak dan masjid yang pertama kali berdiri di Provinsi Kalimantan Barat.
-
Mengapa Masjid At Taqwa Cirebon diganti namanya? Alasan renovasi juga karena posisinya sudah cukup melenceng dari arah kiblat, sehingga perlu diluruskan. Setelahnya, Koordinator Urusan Agama Cirebon, R. M. Arhatha, menginisiasi pergantian nama masjid agar tidak lagi menggunakan kata “Agung”. Ini karena saat itu sudah ada masjid bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang ada di Alun-Alun Kasepuhan dan menjadi salah satu masjid kuno paling tua yang ada di sana.
“Ada kursi keluarga Kiai Dahlan dan tokoh lain. Kursi sekolah di Kudus yang jadi saksi berdirinya sekolah Muhammadiyah sejak 1920. Ada pula hibah perangko yang diterbitkan Hindia Belanda tahun 1942,” ujar Widyastuti saat konferensi pers di kantor KLY, Kamis (30/9).
Benda bersejarah ini diperoleh dari hibah. Pemberian keluarga dan ahli waris tokoh Muhammadiyah. Salah satunya KH Yunus Anis, Ketua Muhammadiyah yang juga pengikut awal KH Ahmad Dahlan.
Sejak awal mencetuskan ide pendirian museum, pengurus pusat Muhammadiyah sudah melakukan sosialisasi ke seluruh daerah. Agar barang berharga yang jadi saksi bisu perjalanan Muhammadiyah, bisa dikumpulkan. Ada tim yang terdiri dari arkeolog dan ahli sejarah. Untuk memastikan barang tersebut bernilai sejarah, mereka biasanya berbincang dan menggali informasi dari pihak keluarga atau tokoh Muhammadiyah.
Dia mencontohkan, adanya sebuah foto lawas saat Kongres Muhammadiyah. Dalam foto itu tergambar sekelompok orang yang membawa makanan. Setelah ditelusuri dari berbagai literasi, termasuk catatan yang ditulis oleh murid Kiai Ahmad Dahlan, ada cerita sejarah di balik foto itu.
“Dalam perhelatan kongres, orang-orang datang ke Yogya dan membantu pelaksanaan dengan membawa bahan makanan. Murid Kiai Dahlan punya tulisan yang korelasi dengan dokumen saat itu,” katanya.
Tim arkeolog yang dilibatkan PP Muhammadiyah, selalu mempelajari catatan sejarah sekaligus merawat barang bersejarah yang rentan. Perlahan, puzzle sejarah Muhammadiyah mulai terkumpul di salah satu ruangan di kampus Universitas Ahmad Dahlan.
“Keselamatan barang ini bisa dipertanggungjawabkan. Perawatan baik dan suhu udara terjamin. Arsip yang ada, bisa kami jamin keasliannya.”
Menurutnya, benda bersejarah mengenai perjalanan Muhammadiyah banyak tersebar di berbagai daerah. Berangkat dari situ, museum Muhammadiyah secara periodik akan memamerkan barang dari berbagai daerah. Pada tahap awal dimulai dari Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Barat.
Museum Muhammadiyah akan berlokasi di Kampus IV, Universitas Ahmad Dahlan, Ring Road Selatan, Yogyakarta. Bukan tanpa alasan memilih lokasi tersebut. Ini merupakan kebijakan pengurus pusat. Pertimbangan pertama, demi keberlanjutan masa depan museum. Sehingga ada lembaga resmi yang mengelola dan bertanggung jawab.
Alasan kedua, museum harus terletak di lokasi strategis. Akses menuju museum tidak menyulitkan pengunjung. “Kalau di Kauman atau gedung dakwah tidak memungkinkan. Akan sangar crowded karena ribuan orang bisa datang ke museum. Jadi pertimbangan akses untuk pengunjung,” jelasnya.
Pengunjung museum ini nantinya akan dikenakan tarif. Menurutnya, ini sebagai bentuk penghargaan terhadap kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Merekam Sejarah
Tak hanya menghadirkan Museum Sejarah, PP Muhammadiyah juga memiliki cara lain dalam merekam sejarah panjang sejak 1912. Salah satunya dengan menggelar Kongres Sejarawan Muhammadiyah pada November 2021. Menghadirkan sejarawan dari kalangan kader Muhammadiyah, dan juga sejarawan umum yang memiliki ketertarikan terhadap Muhammadiyah.
“Dinamika yang terjadi sejak 1912 sangat luar biasa dan belum banyak yang ditulis secara tuntas baik sejarawan muhammadiyah atau orang yang tertarik bicara sejarah Muhammadiyah,” imbuh Widyastuti.
Menurutnya, cukup banyak catatan sejarah Muhammadiyah yang tidak ditulis sejarawan melainkan pengurus pimpinan di masing wilayah. Karena itu, PP Muhammadiyah merasa perlu mengumpulkan puzzle catatan sejarah.
Sejak Juli 2021, sudah mulai rangkaian dengan bedah karya Muhammadiyah. Bicara mengenai sayap organisasi Muhammadiyah. Pada Bulan Agustus diskusi tentang peran kebangsaan para tokoh Muhammadiyah. Pada Bulan September, diskusi mengenai hidup kebangsaan.
“Kita juga gelar workshop penulisan sejarah dan wisata religi. Kita ingin situs Muhammadiyah sebagai media pembelajaran dan kebudayaan,” tutupnya.
Baca juga:
Muhammadiyah Ajak Masyarakat Hentikan Polemik Soal G30 S/PKI
LHKP PP Muhammadiyah Sebut Kemunculan Buzzer Efek Samping dari Proses Demokratisasi
Sekjen Gerindra Bertemu Ketum Muhammadiyah Bahas Amandemen UUD hingga Nasib UMKM
Kontroversi Diaz Hendropriyono-Deddy Corbuzier: Hormati Sikap Santri, Jangan Mengolok
Jokowi Tinjau Infrastruktur di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta