Musala Kiai Damar adalah makam penyiar agama Islam di era Wali Songo
Di belakang musala itu terdapat makam seorang penyiar agama Islam di era Wali Songo bernama Kiai Damar.
Musala Kiai Damar yang selamat meski dikepung oleh semburan api yang membakar Pasar Johar dan Pasar Yaik namun tidak ikut terbakar ternyata menyimpan rahasia sejarah. Di belakang musala itu terdapat makam seorang penyiar agama Islam di era Wali Songo.
Di belakang musala terdapat tiga buah makam yang salah satunya merupakan makam Kiai Damar. Jaraknya sekitar 5 sampai 7 meter di belakang musala.
"Kalau makam ini, yang dipucuk batu nisannya lancip (tajam) ini makam Kiai Damar. Sedangkan dua batu nisan yang tidak lancip atau tumpul di tengah makam Nyai Damar (sang istri) dan keponakan Kiai Damar," ungkap Mbah Hardi Susanto yang merupakan juru kunci makam dan marbot musala Kiai Damar di Kampung Sumeneban, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah Minggu (10/5) siang tadi.
Selain makam Kiai Damar, sang istri dan keponakan, awalnya juga ada makam warga lainnya. Saat penjajahan Jepang dan Belanda, jika warga Kota Semarang akan dimakamkan di pemakaman umum Bergota, Kota Semarang di Jalan Kiai Saleh selalu dihadang oleh penjajah.
"Semua keranda yang melintasi Lawang Sewu yang menjadi markas dan tempat penyiksaan warga Indonesia digeledah. Karena sang penjajah Belanda maupun Jepang saat itu khawatir di dalam keranda ada senjata. Sehingga warga jika meninggal dikuburkan di sekitar makam Kiai Damar," ucapnya.
Namun saat ini, atas izin ahli waris makam warga langsung ditutup dengan lantai tanpa diberi batu nisan satu pun kecuali makam Kiai Damar, Nyai Damar dan sang keponakan.
Uniknya, selain musala dan makam Kiai Damar yang tidak terbakar saat tragedi kebakaran Pasar Johar dan Pasar Yaik kemarin, sejumlah rumah di perkampungan di Kampung Sumeneban, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah juga ikut tidak terbakar.
-
Apa yang ditemukan di dalam kotak misterius di museum? Kejutan besar bagi semua orang, kotak tersebut ternyata berisi 54 kerangka Neanderthal yang mewakili setidaknya tiga individu berbeda. Ini adalah koleksi kerangka Neanderthal yang paling signifikan di Catalonia dan salah satu yang terpenting di Semenanjung Iberia.
-
Di mana terdapat Pos Pondok Sumur yang menyimpan kisah mistis? Pos ini menyimpan kisah mistis yang memperkaya nuansa Gunung Raung. Menurut legenda masyarakat setempat, di pos ini dahulu terdapat sebuah sumur yang sangat dalam, menjadi tempat pertapaan bagi orang-orang sakti yang mencari kedalaman spiritual.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Di mana saja lokasi yang dikunjungi dalam acara Jelajah Histori? Tempat pertama yang akan dikunjungi adalah Museum Jenderal Ahmad Yani dan Museum Jenderal Besar AH Nasution.Setelah itu disambung acara diskusi di Kantor KLY, Jl RP Soeroso, Jakarta Pusat. Kegiatan akan berlanjut mengunjungi Museum Lubang Buaya dan Monumen Pancasila Sakti di Jakarta Timur.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
"Kiai Damar nampaknya ikut melindungi warga di sini," selorohnya.
Nama Kiai Damar, konon menurut Mbah Hardi Susanto, adalah utusan Wali Songo dari kerajaan Demak. Kiai Damar bernama asli Raden Dipo Pamulyo ini adalah keturunan atau masih keturunan raja Demak saat itu.
Sesudah kepemimpinan Wali Songo berganti, R Dipo Pamulyo inilah yang mendapat titah atau perintah dari keturunan Wali Songo untuk menghidupkan 'sentir' atau 'damar' (dalam bahasa indonesia berarti lampu) untuk menerangi beberapa musala, masjid dan surau.
"Tak tanggung-tanggung menghidupkan damar atau sentirnya banyak musala, masjid dan surau sepanjang mulai dari Demak sampai di Ungaran, Kabupaten Semarang," ungkapnya.
Menyulut damar-nya tidak dalam waktu berhari-hari. Namun, dalam hitungan detik semua damar atau lampu penerangan berupa sentir di semua masjid, musala dan surau sepanjang jalan atau kawasan Demak hingga Ungaran bisa menyala bersamaan.
"Kalau begitu kan Kiai Damar itu mempunyai ilmu kanuragan yang ampuh. Bayangkan, dalam waktu sekian detik semua masjid, musala dan surau menyala bersamaan," ungkapnya sambil terheran-heran.
Para perangkat desa setempat zaman Belanda dan Jepang lalu mendirikan musala itu untuk mengabadikan Mbah Damar yang makamnya ada di tempat itu. Makam sang istri dan ponakannya juga disandingkan di dekat musala tersebut.
Sampai kini mengapa perkampungan Damaran, musala dan makam Kiai Damar beserta istri dan keponakannya tidak ikut terbakar menjadi buah bibir di sekitar Kampung Damaran yang berada di sekitar Kawasan Pasar Johar dan Pasar Yaik yang terbakar.