Nasib Tragis Para Hewan Akibat Kebakaran Hutan Ulah Manusia
Mirisnya, hewan-hewan ini harus mati mengenaskan dan menderita sakit karena terjebak api dan asap dari kebakaran.
Kebakaran hutan sudah masuk dalam taraf membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Tak hanya manusia, hewan pun ikut menderita akibat habitatnya terbakar.
Berbagai cara dan upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kebakaran hutan. Nyatanya upaya itu belum maksimal. Mirisnya, hewan-hewan ini harus mati mengenaskan dan menderita sakit karena terjebak api dan asap dari kebakaran. Ini nasib tragis hewan akibat kebakaran hutan di Indonesia:
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Mengapa kawasan sekolah hutan untuk orang utan di KHDTK Labanan terancam? Namun kini kawasan sekolah hutan tersebut terancam akibat adanya kegiatan pertambangan yang berada di sekitarnya. Mirisnya, kawasan KHDTK pun juga sudah semakin dekat untuk tambang batu bara ilegal.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
Orangutan di Kalteng Idap ISPA
Kebakaran hutan Kalimantan Tengah menyebabkan puluhan Orangutan terjangkit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA akibat kabut asap yang ditimbulkan kebakaran hutan.
"Kejadian itu tidak mengendurkan semangat kami, terus bekerja melindungi Orangutan Kalimantan, dan habitatnya. Kami terus patroli, dan pengawasan ketat kemungkinan munculnya kembali titik api, di seluruh wilayah kerja kami. Sebanyak 37 orangutan muda, ditengarai telah terjangkit infeksi saluran pernapasan ringan," kata CEO Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite, Selasa (17/9).
Jamartin merinci, 80 hektare itu tersebar di daerah Sei Daha dekat pusat penelitian Tuanan seluas 20 hektare, dan 60 hektare di Sei Mentangai. Di mana, kedua kawasan itu, masuk wilayah kabupaten Kapuas, di Kalimantan Tengah.
"Sejauh ini, total sekitar 80 hektare hutan gambut di wilayah kerja kami terbakar," tutur dia.
"Tapi tim kami di program Konservasi Mawas, bekerjasama dengan masyarakat sekitar, dan tim di Pusat Penelitian Tuanan mengendalikan, mengisolasi, dan memadamkan kebakaran," tambah dia.
Kendati demikian, sampai hari ini, semua tim pegiat satwa orangutan belum melakukan penyelamatan, atau evakuasi Orangutan yang terancam kebakaran hutan dan lahan.
Orangutan Masuk ke Kebun Warga di Kalteng
Akibat habitatnya terbakar, Orangutan terpaksa masuk ke kebun warga untuk menyelamatkan diri sekaligus mencari makanan. Laporan pertama diterima pada Senin (16/9) lalu dari seorang warga bernama Yayan. Dia melaporkan kemunculan orangutan berukuran besar di ruas jalan lingkar utara dekat gardu listrik Kelurahan Baamang Barat Kecamatan Baamang. Kawasan itu berupa semak belukar dan kebun kelapa sawit.
Kebakaran lahan yang terjadi di kawasan itu diduga menjadi penyebab satwa dilindungi tersebut masuk ke kebun warga. Hasil pemeriksaan, tim hanya menemukan tiga sarang kelas 2. Orangutan diperkirakan dewasa berjumlah satu ekor berjenis kelamin jantan.
Laporan kedua pada Kamis (12/9) di ruas jalan lingkar utara arah Desa Kandan. Kawasan itu berupa semak, kebun karet dan kelapa sawit. Saat pemeriksaan, tim hanya menemukan dua sarang kelas 1 dan 2. Orangutan diperkirakan berjumlah satu ekor usia anak atau remaja.
"Di sekitar lokasi pengecekan, kami juga menemukan jejak satwa liar lainnya yang cukup besar. Diperkirakan, jejak beruang madu," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit seperti dikutip Antara, Rabu (18/9).
Kebakaran yang masih terjadi dikhawatirkan akan membuat semakin banyak satwa yang masuk ke kebun warga. Tidak ada pilihan bagi satwa selain mengungsi ke tempat yang aman dari kebakaran lahan.
Banyak Ular Mati Terbakar
Selain Orangutan yang terkena dampak dari kebakaran hutan, satwa lainnya juga berdampak. Salah satunya ular piton raksasa penghuni hutan Kalimantan yang hangus terbakar. Matinya ular raksasa yang dijuluki raja ular oleh orang Suku Dayak menghebohkan publik.
"Walau sering diceritakan secara lisan dari suku Dayak di pedalaman Hutan Kalimantan dan ternyata benar-benar masih ada dan terlihat bentuk fisik legenda ular jenis Phyton yang diceritakan raksasa ular Tangkalaluk ada kemiripan dengan Anaconda yang ada di Belantara HUTAN TROPIS Amazon (NEGARA BRAZIL). Dan sekarang kita menyaksikan semua bahwa Tangkalaluk MATI MENGENASKAN AKIBAT HUTAN KALIMANTAN DIBAKAR", tulis akun Facebook Johan Michael Median Pasha.
Bukan hanya ular piton yang mati, ada juga tiga ular king cobra, yang akhirnya mati kepanasan. Akmaludin, salah seorang relawan Balakar Mugirejo mengatakan, lokasi titik api berada di dekat bangunan kandang ayam. Oleh penjaga saat itu, tim gabungan diminta untuk mewaspadai kemunculan ular king Cobra dengan panjang sekitar 6 meter. Mengingat, lokasi pemadaman minim penerangan.
"Itu habitatnya, dari sepanjang yang saya amati. Bukan piton, tapi memang Cobra. Dua saya lihat sudah mati kepanasan. Satu lagi, saya lihat kepalanya tegak, badannya seperti sudah terbakar, langsung saya tendang," kata Akmaludin, salah seorang relawan Balakar Mugirejo, dalam perbincangan bersama merdeka.com, Senin (16/9).
Upaya Pemerintah Atas Kebakaran Hutan
Banyaknya warga yang terjangkit penyakit, sampai ada hewan yang mati mengenaskan akibat kebakaran hutan. Pemerintah tidak tinggal diam. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan, pemerintah telah mempersiapkan sejumlah cara untuk menangani kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.
Wiranto meminta adanya penguatan manggala agni atau pasukan pemadam kebakaran. Sehingga diperlukan pula penambahan alat-alat dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran hutan.
"Ini sudah diketahui, sudah dicatat dan akan segera dilaksanakan. Alat pemadam maksudnya," kata Wiranto di gedung Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat.
Cara lainnya yakni memanfaatkan peluang adanya hujan buatan. Sebab berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim hujan baru akan turun pada pertengahan Oktober.
(mdk/dan)