Para mahasiswa ini bisa ubah ekstrak buah & tumbuhan jadi obat
Mahasiswa ini berhasil menemukan obat untuk mencegah penyakit dari yang ringan hingga mematikan sekaligus.
Membanggakan jika muda-mudi di tanah air mampu menghasilkan penemuan luar biasa untuk membantu pemerintah dalam bidang kesehatan. Dari beberapa mahasiswa yang tersebar di Universitas seluruh Indonesia ini berhasil melakukan eksperimen dari buah-buahan dan tumbuhan menjadi obat.
Hebatnya lagi, mereka yang masih duduk di bangku perkuliahan ini tidak kalah dengan para ilmuwan yang sudah lebih dulu melakukan penelitian dan berhasil menciptakan penemuan hebat. Mereka mampu menemukan obat untuk mencegah penyakit dari yang ringan hingga mematikan sekaligus.
Siapa sajakah mereka? Berikut para mahasiswa bisa ubah ekstrak buah dan tumbuhan jadi obat:
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Bagaimana cara pantun ini menghibur mahasiswa? Pantun mahasiswa lucu ini bisa jadi pelepas stres di tengah sibuknya kuliah.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
Mahasiswa UGM jadikan ekstrak kaktus sebagai obat luka
Lima mahasiswa kedokteran UGM membuat kaktus centong yang tumbuh liar di pantai Samas, Bantul menjadi gel penyembuh luka. Dari penelitian yang mereka lakukan sejak satu tahun lalu, kaktus centong terbukti bisa mempercepat proses penyembuhan luka terbuka.
Percobaan hasil temuannya itu dilakukan pada seekor tikus. Dari uji coba yang mereka lakukan proses penyembuhan luka ternyata lebih cepat dari biasanya. "Kami uji pada tikus, kami amati perkembangan sel dengan mikroskop dan ternyata proses regenerasi sel fibroblast lebih cepat, sehingga luka pada tikus cepat sembuh," ujarnya.
Hingga saat ini Ruli mengatakan masih terus melakukan penelitian lebih lanjut. Hasil dari konsultasi dengan salah seorang dosennya, selain mempercepat penyembuhan luka, ekstrak kaktus centong juga berpotensi menjadi kosmetik karena kandungan vitaminnya yang tinggi.
"Kami berharap ini bisa diteruskan, saat ini kami mencoba menggali nilai ekonomis produk ini. Selain penyembuhan luka, juga potensi untuk kosmetik juga ada," jelasnya.
Ekstrak kulit pisang bisa dibuat permen antikolesterol
Tiga mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menciptakan permen antihiperkolesterol dari limbah kulit pisang.
Ketua tim penelitian Lukman Azis, mengatakan penelitian tersebut memanfaatkan limbah kulit pisang sekaligus sebagai solusi bagi penderita kolesterol dengan cara yang mudah, murah, praktis, dan efisien.
"Kulit pisang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, ternyata mampu menurunkan kolesterol dalam darah. Limbah kulit pisang ini kami buat seperti permen atau 'soft candy' yang kami beri nama 'Marshmallow'," ucapnya, seperti diberitakan Antara, Rabu (16/07).
Ia mengatakan di Indonesia banyak sekali industri pisang, sehingga perlu ada penanganan khusus bagi limbah kulitnya secara tepat dan bermanfaat secara luas.
Vaksin Flu Burung Organik dari ekstrak buah Mahkota Dewa
Artina Prastiwi, mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil menemukan vaksin penghambat virus H5N1 (flu burung). Vaksin yang berhasil dibuatnya itu bukan berasal dari bahan kimia, melainkan dari bahan organik atau herbal dari ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa).
"Ekstrak buah Mahkota Dewa itu mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung," kata Artina.
Ekstrak buah Mahkota Dewa mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung. Menurut dia, jika senyawa itu digunakan dalam dosis yang tepat bisa menghambat virus mencapai 87 persen. Setelah melewati beberapa kali penelitian, akhirnya ditemukan dosis yang tepat untuk menghambat virus tersebut secara efektif dalam diri unggas. "Dari hasil penelitian saya, dosis yang tepat adalah 10 persen," katanya.
Dia mengharapkan vaksin flu burung organik bisa diproduksi secara massal. Sebab, vaksin yang beredar saat ini selain mengandung bahan kimia yang juga memberikan efek samping negatif pada unggas harganya cukup mahal.
Ekstrak kulit jeruk dapat mencegah imunosupresi
Sebelum berhasil dengan ekstrak kaktus, mahasiswa Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Herwandani Putri berhasil melakukan penemuan luar biasa dari kulit jeruk purut yang dapat mencegah imunosupresi. Menurut dia, kulit jeruk purut mengandung senyawa naringenin dan hespirirdin sebagai antioksidan untuk meningkatkan sistem imun dan pendamping kemoterapi kanker.
Putri bersama dua orang rekannya, Stendi Nagaji dan Ifani Amaliah ternyata tidak serta merta langsung menemukan pada jeruk perut. Putri dan rekannya telah melakukan penelitian terhadap berbagai jenis jeruk, seperti jeruk keprok, jeruk nipis, hingga jeruk bali. Pilihannya jatuh kepada jeruk purut karena mengandung dua senyawa yang efektif mencegah penurunan kekebalan tubuh.
Hasil penemuan ini telah diujicobakan pada tikus yang terkena kemoterapi dan ternyata mampu mencegah penurunan jumlah sel darah putih yang merupakan imbas kemoterapi. Hasilnya cukup bagus karena jika tikus ditambah ekstrak, penurunan jumlah sel darah putihnya tidak sebanyak ketika tanpa ekstrak kulit jeruk purut.
Putri yang menerima dana bantuan Rp6 juta dari Dikti untuk penelitian tersebut, berharap agar ke depan nanti, ekstrak kulit jeruk purut akan bisa dikonsumsi berupa obat bagi mereka yang menjalani kemoterapi kanker.