Pemerintah dituding lamban tangani batu giok 20 Ton di Aceh
Abdullah Saleh lebih menekankan saat pemerintah mengambil keputusan agar lebih memperhatikan adat dan kebiasaan
Penemuan batu giok super seberat 20 ton di Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya telah menyita perhatian publik di Aceh. Pro kontra pun terjadi, terutama bila dikaitkan dengan kerusakan lingkungan hingga lambannya sikap pemerintah menyelesaikannya.
Lambannya penanganan kasus ini oleh pemerintah akhirnya membuat Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) bidang hukum dan politik angkat bicara. Komisi I DPRA kemudian menyelenggarakan Rapat Kerja dengan multistakeholder membicarakan perihal itu pada hari Selasa (17/2) di gedung serba guna DPRA.
Menurut Ketua Komisi I DPRA, Abdullah Saleh yang juga merupakan putra asli daerah Nagan Raya mengungkapkan, seharusnya bila pemerintah cepat bersikap, konflik dan ketegangan ini tidak terjadi. Akan tetapi, pemerintah, khusus di Dinas Pertambangan, Energi dan Mineral (Distamben) Aceh tidak bersikap tegas.
"Ini terjadi karena fenomena giok di Aceh saat ini hingga terjadi ketegangan karena pemerintah kurang pro aktif mengatasinya, seharusnya ini tidak perlu terjadi bila pemerintah muncul segera ke publik mengatasinya," kata Abdullah Saleh, Kamis (19/2) di Banda Aceh.
Katanya, dalam rapat kerja itu Abdullah Saleh lebih menekankan saat pemerintah mengambil keputusan agar lebih memperhatikan adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat setempat. Sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau konflik baru nantinya dengan pemerintah.
Selain itu, Abdullah Saleh juga menegaskan bahwa, konflik yang sempat terjadi di Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya penemuan giok seberat 20 ton ini tidak terjadi bila saling menghormati adat istiadat setempat. Pendatang semestinya menghargai apa kebiasaan yang ada di desa setempat.
"Harusnya konflik ini juga tidak perlu terjadi bila pendatang menghargai adat istiadat desa setempat, makanya pemerintah juga harus mencari solusi dengan memperhatikan adat setempat, karena jangan kan giok, semisal ada warga menangkap Rusa sendiri atau berdua, itu juga ada hak orang lain, karena itu barang yang tersedia di alam, begitulah adatnya," tukasnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) Aceh, Nasrul Sufi mengatakan, agar temuan giok ini tidak menimbulkan konflik, alangkah baiknya pemerintah membagikan batu giok idocrase super itu sama rata.
"Gampang cara selesaikannya, gampang saja caranya, yang menemukan diberikan, masyarakat diberikan dan jangan ribut-ribut, kalau begini pasti tidak ribut," harapnya.
Nasrul Sufi berharap giok tersebut tidak semuanya diambil oleh pemerintah. Karena giok yang diperkirakan idocrase itu memiliki hak-hak orang lain. "Karena kalau tidak ditemukan oleh masyarakat, pemerintah kan juga tidak tau," imbuhnya.
Baca juga:
Berburu batu Meling di sungai Klawing
Kisah Usman temukan batu giok super 20 ton bikin geger Aceh
Berharga puluhan juta, batu akik Kali Code gegerkan Yogya
Rawan longsor, Walhi Aceh ingatkan warga tidak buru giok di Geurutee
Pemerintah cuek petani alih profesi jadi penambang batu akik
Booming batu akik dan cerita sunah Rasulullah
-
Di mana letak Pulau Banyak, gugusan pulau yang mempesona di Aceh? Di ujung barat Indonesia tepatnya di Provinsi Aceh, banyak dijumpai gugusan-gugusan pulau kecil yang indah dengan hamparan pasir putih dibalut dengan deru ombak yang begitu memanjakan mata. Salah satu gugusan pulau itu bernama Pulau Banyak yang berada di Kabupaten Aceh Singkil.
-
Siapa yang menemukan bengkel kerja kerajinan batu giok ini? Arkeolog China menemukan bengkel kerja kerajinan batu giok berasal dari 3.400 tahun lalu.
-
Di mana lokasi batu lesung yang dipercaya membawa berkah di Lampung Barat? Salah satu yang terkenal adalah batu lesung di Desa Luas, Kecamatan Batu Ketulis.
-
Kapan batu itu ditemukan? Batu berwarna cokelat kemerah-merahan yang agak gelap ini ditemukan di Maroko pada 2018 lalu.
-
Kapan struktur batuan besar itu terbentuk? Struktur yang dijuluki Melanesian Border Plateau yang membentang di area seluas 1.000 kali 200 mil ini diduga terbentuk sekitar 100 juta tahun lalu.
-
Bagaimana batuan jumbo bisa sampai di Sungai Boyong? Beberapa batuan seukuran truk menggelinding dari puncak Gunung Merapi dan terdampar di tempat itu.