Pemilik rental PS ngeluh sepi pengunjung pasca bocah SD diculik
Padahal tempat itu sebelumnya selalu ramai didatangi anak-anak, terutama pada hari libur termasuk J.
Rental Play Station (PS) di Jalan Haji Asmawi, Beji, Depok, Jawa Barat, berubah sepi setelah kasus penculikan disertai pembunuhan terhadap J (7) siswa kelas I SD di Depok. Padahal tempat itu sebelumnya selalu ramai didatangi anak-anak, terutama pada hari libur termasuk J.
Maesaroh (42) pemilik rental mengatakan, sejak kemarin usahanya mendadak sepi. Walau tak tahu pasti, namun dia menduga sepinya itu bagian dari pengaruh kasus yang dilakukan Begeng.
"Ya sekarang nggak kayak kemarinan waktu belum kejadian," kata Maesaroh, Senin (8/2).
Dirinya mengaku tidak tahu kalau Begeng yang melakukan pembunuhan terhadap J. Dia justru baru tahu dari kabar-kabar tetangga dan televisi.
"Tahunya ya pas di Tv. Pas lihat saya kenal sama orangnya," akunya.
Akibat kejadian ini, anak-anak pun hari ini tidak memadati rentalnya. Mereka mengaku takut pasca kejadian yang menimpa J.
"Takut jadinya kalau ada orang yang mau bayarin atau kasih uang jajan. Kaget juga dengar beritanya," kata Amar (10).
Dia mengaku tidak kenal dengan J. Sekarang dia lebih hati-hati kepada orang asing. "Kalau ada orang asing yang suka kasih uang atau deketin kita, lebih waspada aja," tutupnya.
Kasus penculikan J (7), bocah yang masih duduk bangku kelas 1 SD di Depok, Jawa Barat, terbongkar karena SMS dari pelaku sendiri, JA alias Begeng (35) kepada penjual batu akik berinisial D yang tinggal di sekitar rumah korban. Dalam pesan yang dikirim, pelaku meminta tolong kepada D untuk memberi tahu keluarga J bahwa korban bersama pelaku.
J diculik Begeng sepulang sekolah, Sabtu, (6/2) sekitar pukul 12.00 WIB. Orangtua korban lantas melaporkan hilangnya J ke Polres Depok karena korban tidak kunjung pulang.
Setelah mendapat laporan, aparat Polres Depok melakukan pencarian terhadap korban. Begitu ditelusuri, pencarian mengerucut ke rumah yang dihuni pelaku di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Polisi bergerak ke lokasi, dan menemukan J sudah dalam kondisi meninggal di kamar mandi.
Di hadapan polisi, JA membantah telah membunuh J. Dia masih saja berkelit jika dirinya telah membunuh siswa kelas satu SD itu. "Bukan saya (yang nyulik dan bunuh). Saya hanya dititipin sama orang dan saya nggak kenal," aku JA, Minggu (7/2).
Baca juga:
Pelaku pembunuhan bocah SD di Depok mau nikah bulan depan
Penculik bocah SD mengaku membunuh karena panik didatangi polisi
Munculkan Mr X, skenario Begeng usai bunuh bocah SD di Depok
KPAI sebut Begeng pembunuh bocah di Depok banyak bohong
Penculik anak di Depok dikenal suka mesum dengan cewek-cewek ABG
Fakta-fakta kasus penculikan bocah SD di Depok
Tersangka pembunuh bocah SD dikenal akrab dengan anak-anak
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Apa yang ditemukan di kuburan anak-anak itu? Enam patung terakota dan pin perunggu berbentuk kaki kuda diletakkan di dalam kuburan ini. Patung-patung ini menggambarkan dua penari yang mengenakan hiasan kepala Frigia, salah satunya adalah seorang wanita yang memainkan alat musik petik kecapi, dan tiga wanita lainnya berdiri dengan kostum Timur yang dapat dikaitkan dengan pemujaan Dionysus, dewa anggur Yunani.
-
Apa yang dijual di Depok? Sebelumnya, polisi membongkar sindikat jual beli bayi melalui media sosial Facebook yang terjadi di wilayah Depok, Jawa Barat. Dalam kasus ini, polisi total menangkap delapan pelaku.
-
Di mana anak panah itu ditemukan? Pilo memimpin proyek Secrets of the Ice, yang beroperasi di Pegunungan Jotunheimen yang berada di wilayah Oppland, Norwegia.
-
Kapan THR PNS Depok dicairkan? Pemberian THR bagi ASN Depok direalisasikan pada Selasa (26/3). Pencairan dilakukan setelah adanya Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 15 tahun 2024 tentang Teknis Pemberian THR dan Gaji 13.
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.