Peringati Idul Adha, Keraton Yogyakarta bagikan 7 gunungan
Memperingati Idul Adha, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar Dal 1951 pada Rabu (22/8). Dalam acara garebeg tersebut tujuh buah gunungan dibuat oleh Keraton dan dibagikan kepada masyarakat.
Memperingati Idul Adha, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar Dal 1951 pada Rabu (22/8). Dalam acara garebeg tersebut tujuh buah gunungan dibuat oleh Keraton dan dibagikan kepada masyarakat.
Ketujuh gunungan yang terdiri dari gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan darat, gunungan gepak dan pawuhan ini keluar dari Keraton sekitar pukul 10.00 WIB. Dengan dikawal empat ekor gajah dan ratusan bregada turut mengawal ketujuh gunungan tersebut.
-
Apa yang dilakukan saat Idul Adha? Idul Adha termasuk salah satu hari raya besar yang diperingati oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia. Ini disebut juga dengan hari raya haji atau hari raya kurban. Sebab, Idul Adha bertepatan dengan momentum ibadah haji dan ritual penyembelihan kurban yang dilakukan umat Muslim.
-
Kapan Idul Adha dirayakan? Idul Adha yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban adalah salah satu hari besar dalam kalender Islam yang dirayakan dengan penuh makna oleh umat Muslim di seluruh dunia.
-
Kapan sidang isbat Idul Adha dilaksanakan? Sidang isbat dilakukan dengan merujuk pada hasil rukyatul hilal, di mana pelaksanaannya berada pada titik di seluruh Indonesia.
-
Kapan sholat Idul Adha dilaksanakan? Sholat Idul Adha merupakan salah satu momen penting dalam kalender umat Islam yang dirayakan setiap 10 Dzulhijjah.
-
Apa yang dimaksud dengan sidang isbat Idul Adha? Sidang isbat Idul Adha adalah proses menentukan atau menetapkan awal bulan Zulhijah dalam kalender Hijriyah.
-
Kapan sholat Idul Adha dilakukan? Sholat Idul Adha dilakukan pada pagi hari, biasanya setelah matahari terbit dan sebelum waktu masuk waktu Dhuhur.
Ketujuh gunungan ini kemudian dibawa ketiga lokasi. Lima gunungan dibawa ke Masjid Gede Kauman, satu gunungan dibawa ke Puro Pakualaman, dan satu gunungan diberikan ke komplek kantor gubernur atau kepatihan.
Hadirnya lima gunungan di Masjid Gede Kauman sudah ditunggu oleh ribuan warga. Melihat gunungan melintasi gerbang masuk ke Masjid Gede Kauman, ribuan warga pun bersiap untuk merayah gunungan yang terbuat dari hasil bumi ini.
Manggalayudha Kraton Yogyakarta, Yudhaningrat menyampaikan tradisi garebeg sudah ada sejak Islam masuk ke Pulau Jawa. Garebeg sendiri, lanjut Yudhaningrat adalah bentuk sedekah dari raja kepada rakyatnya.
"Tradisi grebeg sejak ada sejak Islam masuk Jawa, khususnya Demak. Dilakukan di Kraton Kota Gede, Kasunanan Surakarta, dan Kraton Yogyakarta. Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X) juga berkurban sapi dan kambing yang disebar di berbagai masjid," tutup Yudhaningrat.