Persembahan pada Wong Samar, anak-anak Gianyar ikuti ritual Ngerebeg
Ritual ini merupakan simbol kehadiran Bhutakala atau Wong Samar
Ribuan anak-anak berumur 10 tahun hingga 16 tahun, mengikuti ritual upacara Ngerebeg di Desa Pakraman Tegallalang, Gianyar, Bali, Rabu (21/1).
Anak-anak ini di make up menyerupai dedemit atau Wong Samar yang dipercaya masyarakat setempat telah bersahabat menjaga alam dan lingkungan desa. Karenanya sebelum digelarnya upacara Piodalan di Pura Agung di desa setempat, terlebih dahulu digelar prosesi Ngerebeg.
"Ngerebeg ini dilakukan untuk menyenangkan para wong samar penjaga desa. Agar saat upacara Piodalan berlangsung, para wong samar atau dedemit ini ikut menjaga desa dan tidak mengganggu," terang Bendesa Pakrman Tagallalang, Pande Wayan Karsa, Rabu (21/1) sore di Gianyar Bali.
Upacara Ngerebeg ini kata Pande diawali dengan acara makan bersama oleh para peserta ngerebeg. Pada saat ini, peserta ngerebeg dilayani sangat terhormat dengan menyediakan berbagai makanan.
"Kita meyakini saat proses awal makan bersama peserta Ngerebeg sudah kerasukan. Itu dapat dilihat dari cara anak-anak itu makan dan banyak sekali makannya," aku Pande.
Usai peserta santap bersama, barulah mereka mengelilingi desa sambil berteriak-teriak menirukan suara setan atau sebangsa wong samar.
"Ritual ini merupakan simbol kehadiran Bhutakala atau Wong Samar. Hingga puncak upacara di pura setempat, kehadirannya dinetralisir untuk menghilangkan sifat buruk," jelas Pande.
Sisi menariknya dari ritual ini, ketika salah seorang bocah yang meminta makan lagi. Mau tidak mau pihak panitia harus melayaninya sampai sepuas-sepuasnya.
"Anak umur 10 tahun bisa makan lebih dari sebakul nasi. Bahkan makan buah-buahan banyak sekali, tapi tidak kenyang-kenyang," ceritanya.
Baca juga:
Setelah sampah, kini Kuta Bali diserang banjir
Pegawai tiba-tiba mogok, diskotek favorit bule di Kuta geger
Warga 3 desa ngamuk karena jalan ditutup Bandara Ngurah Rai
Reklamasi Teluk Benoa sudah dikaji, tak perlu khawatir
Baru saja masuk 2015 sudah 5 orang gantung diri di Bali
Tak ada tiket pesawat murah, bikin pariwisata di Bali lesu
-
Bagaimana tradisi Ngejot dilakukan di Bali? Tradisi Ngejot merupakan bentuk jalinan silaturahmi antara umat Islam dan Hindu di Bali. Tradisi ini berwujud dalam bentuk mengantarkan makanan kepada sanak saudara maupun tetangga yang berbeda agama, terutama saat hari besar keagamaan seperti Galungan dan Iduladha. "Tradisi ini sudah tumbuh dan berkembang dalam keberagamaan masyarakat Bali. Saling memberi makanan, kue-kue, buah-buahan antar tetangga terdekat di setiap desa atau lingkungan. Selain bentuk persaudaraan, ini juga bentuk kerukunan, yang sudah terbangun sejak lama sampai sekarang,"
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan tradisi Binarundak di Sulawesi Utara dilakukan? Tradisi ini dilakukan dengan memasak nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Bagaimana Rizky Febian mengikuti tradisi Pengerupukan di Bali? Rizky Febian, yang telah akrab dengan budaya dan kesenian Jawa Barat, mencoba gamelan dari Pulau Dewata, termasuk kendang dan reong Bali. Prosesi Mengarak Ogoh-ogoh Selain itu, Rizky Febian juga mengikuti prosesi mengarak ogoh-ogoh bersama pemuda setempat dengan dukungan penuh dari Mahalini.
-
Di mana tradisi Ulur-Ulur dilakukan? Prosesi upacara dilakukan di Telaga Buret, Dusun Buret, Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat.