Polisi gandeng kampus di Malang pantau penyebaran faham terlarang
Asfuri menyebut, semua wilayah wajib diantisipasi terkait faham radikalisme tersebut, termasuk Kota Malang juga diantisipasi. Apalagi dengan jumlah kampusnya yang hampir ratusan.
Polisi mengandeng Perguruan Tinggi (PT) guna bersama-sama memantau sinyal kegiatan berbau faham radikalisme di lingkungan kampus. Karena tidak dibantah, mahasiswa khususnya di Kota Malang menjadi sasaran penyebaran faham terlarang tersebut.
"Kita sudah mengumpulkan rektor se-Kota Malang, menjaga agar kampusnya ini tidak disusupi paham radikalisme. Memang ada beberapa informasi, ada tapi masih kita dalami," kata AKBP Asfuri, Kapolres Malang Kota, Minggu (3/6).
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Apa yang terjadi dengan keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Di mana Arema Malang dibentuk? Tepatnya pada 11 Agustus 1987, Arema didirikan oleh beberapa orang yang memiliki tujuan sama, yaitu ingin mengembangkan persepakbolaan Kota Malang menjadi lebih maju dan berprestasi.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Kapan Teras Malioboro diresmikan? Mengutip Jogjaprov.go.id, kawasan Teras Malioboro diresmikan pada 26 Januari 2021 oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
-
Kapan AMA Malang melakukan silaturahmi dengan PJ Walikota Malang? Pada tanggal 11 Januari 2024, jajaran pengurus AMA Malang melakukan silaturahmi ke kantor Walikota Malang untuk bertemu dengan Pejabat Juru Bicara (PJ) Walikota yang baru, yaitu Bapak Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M.
Kata Asfuri, kedua pihak sepakat saling memberikan informasi kegiatan-kegiatan atau apapun berkaitan dengan aktifitas seperti yang dimaksud di atas. Begitupun sebaliknya, polisi akan memberikan informasi yang diperlukan pihak kampus.
"Kalau ada sesuatu diinformasikan kepada kita, kita pun tetap melakukan penyelidikan. Dari kampus memonitor kegiatan-kegiatan mahasiswanya yang indikasi ke sana, dilaporkan ke kita. Kita pun sama melakukan penyelidikan. Ada informasi-informasi kita dalami, baru kemudian bersama-sama untuk melakukan langkah-langkah," jelasnya.
Asfuri menyebut, semua wilayah wajib diantisipasi terkait faham radikalisme tersebut, termasuk Kota Malang juga diantisipasi. Apalagi dengan jumlah kampusnya yang hampir ratusan.
Polisi sendiri juga berkoordinasi dengan Forkopinda untuk bersama-sama menangkal faham radikalisme. Secara khusus juga memiliki program Polisi Cinta Tempat Ibadah dengan kegiatan berupa menjalankan ibadah dan kunjungan ke tempat-tempat ibadah.
Saat memberikan tausiah di masjid-masjid disampaikan himbauan bersifat menangkal radikalisme, termasuk faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila.
"Pesan itu kita tekanan pada tokoh agama untuk bersama-sama menangkal hal itu. Kalau ada kegiatan yang bersifat memecah belah di masyarakat itu wajib dilaporkan ke kepolisian. Ada beberapa masjid yang tidak bisa disebutkan," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang tidak menampilkan adanya aktivitas di kampus yang terdapat faham radikalisme, kendati jumlahnya tidak banyak. Namun demikian, sikap waspada dan koordinasi dengan lembaga lain termasuk kepolisian terus dilakukan.
"Sebagian kecil ya lah, wong sejak saya mahasiswa sudah ada. Saya jadi mahasiswa 1979, teman saya Facthur dan teman-temannya yang ngebom Gereja Sukun. Ya memang ada. Artinya, menurut saya tidak banyak, kalau ada ya ada lah," ungkapnya di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jumat (1/5).
UB, kata Bisri, mempunyai dua langkah yang ditempuh yakni internal dan eksternal. Langkah internal berupa penguatan karakter moralnya lewat kegiatan-kegiatan di masjid dan lain-lain.
"Kemudian melalui mata kuliah sudah kita lakukan, sama kita petakan. Sementara kalau yang di luar, kita minta bantuan intelejen untuk melakukan pantauan gerakan mereka. Setiap pergerakan saya tahu dari intel," katanya.
Bisri juga mengungkapkan, pola rekrutmen yang dilakukan para penyebar faham radikalisme ini biasanya berlangsung secara tertutup dan tidak diketahui. Berbeda dengan kegiatan organisasi intra atau ekstra kampus kebanyakan.
"Mereka hebatnya perekrutannya tidak diketahui, kalau kegiatan mahasiswa kayak PMII dan HMI yang memang ada kelomok-kelompok, mereka merekrut melalui kegiatan sudah kelihatan. Yang mereka ini sulit dideteksi, mereka bergerak di bawah. Itu harus dilakukan oleh intelejen, kalau internal kita kesulitan," urainya.
(mdk/ded)