Profesor UMM Bagikan Cara Penanganan Bangkai Hewan Kasus Antraks
Wabah antraks di Gunungkidul, Yogyakarta menjadi sorotan. Sekurangnya tiga orang meninggal dan 93 lainnya positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi.
Wabah antraks di Gunungkidul, Yogyakarta menjadi sorotan. Sekurangnya tiga orang meninggal dunia dan 93 lainnya dilaporkan positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi.
Profesor UMM Bagikan Cara Penanganan Bangkai Hewan Kasus Antraks
Pakar dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Dr drh Lili Zalizar MS mengatakan bahwa penyakit antraks sulit diberantas karena ditularkan melalui spora yang bertahan di tanah selama bertahun-tahun. Karena itu, wabah ini bukan yang pertama terjadi di Yogyakarta.
"Karena tahan sampai puluhan tahun di tanah, kemungkinan ternak bisa terinfeksi karena makan rumput yang tercemar spora antraks. Oleh karena itu, ternak yang mati diduga karena antraks, harus dikubur dengan kedalaman minimal dua meter."
Guru besar UMM, Prof Dr drh Lili Zalizar MS, Rabu (12/7).
- UNDIP Anugerahi Bambang Susantono Gelar Profesor Kehormatan Bidang Keahlian Kota Layak Huni dan Berkelanjutan
- Kukuhkan 42 Guru Besar Baru, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Jumlah Profesor Terbanyak
- Gelar Profesor Dicabut, 2 Guru Besar UNS Melawan Nadiem
- Tak Terima Gelar Guru Besar Dicabut, Dua Profesor UNS Kirim Surat Keberatan ke Mendikbud Nadiem
Lili menjelaskan, antraks merupakan penyakit menular ke manusia (zoonosis) yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Penularan terjadi melalui spora anthrax yang bisa masuk melalui tiga jalur.
"Pertama spora antraks bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran napas (terhirup) yang dapat menyebabkan sesak napas hingga berujung pada kematian," jelasnya.
Selain itu, spora antraks bisa masuk melalui luka pada kulit yang bisa menyebabkan bisul atau pembengkakan di tempat yang terinfeksi. Ketiga, spora antraks masuk ke saluran pencernaan dari daging hewan yang tidak dimasak dengan baik atau dengan suhu tinggi.
Lili juga menambahkan gejala klinis pada hewan yang terserang antraks yaitu berupa kejang-kejang dan tiba-tiba jatuh. Selain itu juga ditemukan keluarnya darah dari mulut, hidung, anus dan vagina pada ternak betina.
Para peternak diimbau segera melapor ke dinas peternakan atau mantri hewan jika hewan ternaknya menunjukkan gejala-gejala itu.
"Para peternak juga dilarang keras untuk menyembelih hewan yang diduga terkena antraks karena darah yang keluar pada waktu penyembelihan berisi bakteri antraks. Selain itu, di daerah endemik antraks seharusnya dilakukan vaksinasi secara reguler."
Prof Dr drh Lili Zalizar MS.
Dosen asli Subang, Jawa Barat, ini juga memberikan beberapa tips untuk masyarakat yang ingin mengonsumsi daging agar tetap aman, di antaranya membeli daging yang ternaknya disembelih di rumah potong hewan (RPH). Daging juga harus dimasak dengan suhu tinggi agar spora yang ada di daging mati.
"Daging sebaiknya dimasak menggunakan presto atau autoclave dengan suhu 121 derajat celcius selama 15 menit. Kemudian, direbus kembali dengan suhu 100 derajat Celsius selama satu sampai dua jam," papar lili.
Ia juga menegaskan, selain menyerang sapi, penyakit antraks juga bisa menyerang hewan lainnya seperti kambing, domba, kerbau, dan juga babi. Penyebaran antraks antarhewan biasanya terjadi karena hewan ternak memakan rumput yang dekat dengan tempat di mana hewan tertular antraks dikubur.