Rekam Jejak Firli Bahuri, dari Danton Sabhara Polda Metro Jaya hingga Kontroversi saat Jabat Ketua KPK
Firli tercatat pernah menjabat sebagai Ajudan Wakil Presiden RI ke-11 Boediono.
Nama Firli mencuat usai kasus korupsi di Kementan.
Rekam Jejak Firli Bahuri, dari Danton Sabhara Polda Metro Jaya hingga Kontroversi saat Jabat Ketua KPK
Firli sudah berlabuh di lembaga antikorupsi itu sejak lima tahun lalu.
Sebelum menjadi ketua KPK, pria kelahiran Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, tahun 1963 itu mengenyam pendidikan kepolisiannya di Seba Polri (1986) dan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1990.
Setahun setelah lulus, ia dimandatkan untuk menjadi Komandan Peleton II Sabhara Direktorat Samapta Polda Metro Jaya.
Saat itu kariernya cemerlang naik, berbagai jabatan serupa pernah diisi Firli dalam waktu yang cenderung cepat. Hanya dalam waktu lima tahun, Firli berhasil menempati posisi strategis sebagai Perwira Pertama Kepolisian Daerah Timor Timur yang sekarang Timor Leste.
- Sidang Praperadilan, Firli Bahuri Minta Hakim Batalkan Status Tersangka Pemerasan
- Jadi Ketua KPK Gantikan Firli, Nawawi Pomolango Miliki Harta Rp3,71 Miliar
- Tak Hanya Firli Bahuri, Deretan Ketua KPK Ini Pernah Ditetapkan Tersangka Kasus
- Eks Pimpinan KPK Desak Polisi Tetapkan Firli Bahuri Tersangka: Kalau Enggak, Sia-Sia ke Sini
Di tahun 2004, Firli kembali dipercaya sebagai Perwira Menengah Polda Metro Jaya. Selang enam tahun, Firli dimintai kontribusinya untuk mengisi jabatan Penyidik Utama Tingkat III Keamanan dan Transnasional Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri (2010).
Menurut Firli Bahuri, masa muda lebih dari sekadar fase memulai perjalanan hidup, namun sebagai ajang pembentukan karakter, prinsip hidup sederhana dan pantang menyerah adalah pesan sang kedua orang tua Firli.
"Karakter saya sangat ditempa oleh keluarga yang miskin, keluarga yang penuh keberprihatinan, keluarga yang penuh kesusahan, tetapi karena dia ditempa seperti itu semangatnya lebih sambil dia berusaha keras meraih mimpinya," kata Firli Bahuri kepada media (27/6/2020), dikutip (13/10).
Firli Ajudan Wapres Boediono
Singkat kisah, Firli tercatat pernah menjabat sebagai Ajudan Wakil Presiden RI ke-11 Boediono, dia kemudian menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Banten, Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga sampai akhirnya bermuara ke lembaga antirasuah di negeri ini sebagai Deputi Penindakan KPK (2018).
Tahun 2019, Firli Bahuri dicalonkan menjadi salah satu pimpinan KPK periode 2019-2023, ia bersama sembilan nama lainnya yang tentu berbeda latar belakang memperebutkan kursi 'nahkoda' komisi antirasuah.
Kontroversi Firli
Namun, sosok Firli sendiri bukan tanpa rekam jejak. Sebagai capim KPK ia sempat tersandung kontroversi, pasalnya muncul dugaan pelanggaran etik yang dilakukan kala menjabat sebagai mantan deputi.
Dugaan pelanggaran etik yang menyeret namanya itu terkait pertemuannya dengan Gubernur NTB saat itu, TGH Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB), Wakil Ketua BPK, Bahrullah, dan salah satu Ketum partai politik.
Takdir berkata lain, terlepas dari semua kontroversinya, Firli Bahuri berhasil dipilih untuk memimpin KPK periode 2019-2023. Firli dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal (20/12/2019) lalu.
Di tahun 2023, KPK menjadi bulan-bulanan warganet, sebab terdapat dugaan yang kembali menyeret nama Firli Bahuri. Firli dan kawan-kawannya telah beberapa kali dilaporkan ke Dewan Pengawas (Dewas) KPK akibat kasus dugaan pemerasan kepada mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, terkait penanganan kasus dugaan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian.
Menjadi viral sebab terdapat foto pertemuan akrab Firli dengan Syahrul Yasin Limpo di sebuah lapangan bulutangkis, sejak itu laporan dilayangkan oleh Komite Mahasiswa Peduli Hukum.
Sebelum kontroversi paling anyarnya ini, Firli juga telah dilaporkan terkait dugaan kebocoran penyelidikan dugaan korupsi di Kementerian ESDM.