Rektor Unika Mengaku Ditekan Polisi, Komjen Fadil Imran Angkat Bicara
Kabarhakam memastikan apa yang dilakukan pihaknya sesuai dengan ketentuan dan aturan.
Kabarhakam memastikan apa yang dilakukan pihaknya sesuai dengan ketentuan dan aturan.
- BEM Fisip Unair Sempat Dibekukan, Mendiktisaintek Sentil Rektor soal Kebebasan Akademik
- Rektor Tanggapi Kabar Guru Besar Unja Diduga Terlibat TPPO Mahasiswa Magang ke Jerman
- Sudah 2 Melapor, Polisi Buka Pengaduan untuk Korban Dugaan Pelecehan Rektor Universitas Pancasila
- Taruna Akpol Punya Nama Bermakna 'Pemuda Paling Ganteng', Jenderal Polisi Sampai Bilang 'Menang Banyak Kau'
Rektor Unika Mengaku Ditekan Polisi, Komjen Fadil Imran Angkat Bicara
Polri buka suara perihal cerita rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang yang mengaku ditekan oleh orang yang mengaku polisi untuk membuat video apresiasi kinerja Presiden Joko Widodo.
Kabaharkam Polri Komjen Fadil Imran menepis perihal adanya operasi senyap kepolisian akan hal tersebut. Ia mengatakan kepolisian hampir setiap hari bertemu tokoh masyarakat hingga tokoh agama dan bukan hanya rektor saja
Kegiatan tersebut pun merupakan bagian dari Operasi Nusantara Cooling System dalam rangka Pemilu 2024.
"Polisi hampir setiap hari mendatangi orang, bukan hanya rektor. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda," ucap Fadil kepada wartawan, Rabu (7/2).
Menurut Fadil, perihal isu sejumlah rektor yang ditekan untuk mendukung Jokowi berhubungan dengan isu para civitas akademisi mengkritik pemerintahan Jokowi.
"Ini barangkali karena yang didatangkan rektor saja kemudian ada momentum-momentum seperti itu kemudian menjadi sebuah perbincangan," ungkapnya.
Mantan Kapolda Metro Jaya itu pun memastikan apa yang dilakukan pihaknya sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.
"Yang pasti kita pasti akan mengambil langkah yang objektif sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Ferdinandus Hindarto menceritakan dihubungi orang mengaku polisi untuk membuat video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) lima hari yang lalu.
Ferdinan akhirnya menolak permintaan itu.
"Oknum tersebut meminta saya agar membuat video pernyataan. Lantas saya tolak, saya katakan mohon maaf bapak kami memilih untuk tidak membuat itu," kata Ferdinandus Hindarto saat ditemui di Kampus Unika, Selasa (6/2).
Permintaan itu ketika dia berangkat ke Surabaya pada Jumat (2/2). Keesokan harinya, saat Ferdinand bersama rekannya membuat pernyataan di Surabaya, polisi yang mengaku dari Polrestabes Semarang mencoba menghubunginya lagi lewat whatsapp.
"Beliau WA lagi kan dengan memberi contoh video-video dari perguruan tinggi lain ada Unsoed, ada Undip, ada UIN, dan beberapa PTS di Semarang. Ya jawaban saya sama," jelasnya.
Hingga pukul 11.00 WIB, Ferdinan mengaku masih dihubungi oleh orang tersebut. Orang itu meminta dirinya membuat pernyataan baik video atau tertulis.
"Tawaran terakhir adalah tidak video tapi pernyataan lalu diberi contoh juga dari salah satu rektor di Semarang. Ya saya katakan tidak karena kami memilih sikap itu," ujarnya
Video yang dimaksud ialah pernyataan terkait prestasi Presiden Jokowi. Ferdinan menilai video yang diminta sama dengan video pernyataan rektor berbagai universitas yang beredar akhir-akhir ini.
"Jadi nomor satu mengapresiasi prestasi Pak Jokowi selama sembilan tahun terakhir, yang kedua bahwa Pemilu 2024 itu kan intinya mencari penerus Pak Jokowi. Intinya itu hal yang sama seperti juga muncul di video-video tentang rektor itu," tegas Ferdinand
"Kami membenci tidak tapi ketika itu hal baik tentu harus kami katakan baik, dan itu kebenaran tetapi jika ada sesuatu yang tidak pas ya kami harus mengatakan itu tidak pas, dan mari kembali ke hal hal yang sesuai dengan prinsip prinsip demokrasi dan konstitusi," ujarnya lagi.