Sejarah Asal-Asul Malang, Bukan dari Malangkucecwara
Kata Malang yang merujuk pada nama Kota Malang berasal dari nama sebuah desa kuno yakni Desa Malang. Malang bukan berasal dari kata Malangkucecwara atau Malakucecwara seperti dipahami banyak orang.
Kata Malang yang merujuk pada nama Kota Malang berasal dari nama sebuah desa kuno yakni Desa Malang. Malang bukan berasal dari kata Malangkucecwara atau Malakucecwara seperti dipahami banyak orang.
Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono mengatakan pendapat tentang Malang berasal dari Kata Malangkucecwara telah gugur ketika ditemukan Prasasti Ukirnegara atau Prasasti Pamotoh bertarikh Saka 1120 (1198 M).
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
"Prasasti Ukinegara menyebut ada tempat di sebalah timur (Gunung Kawi), di tepian hutan yang banyak hewan buruan yang bernama Malang. Wilayah itu berada di wilayah yang bernama Watak Pamotoh di bawah kekuasaan Dyah Limpa. Itu jelas," tegas Dwi Cahyono kepada merdeka.com.
Prasasti Ukirnegara juga menyebut desa kuno lain, di antaranya Gasek sebagai tempat tinggal atau rumah Dyah Limpa. Hingga kini, Desa Gasek masih bisa ditemukan yakni berada di wilayah Kelurahan Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
"Dyah Limpa itu tinggalnya di Gasek. Gasek itu di Karang Besuki. Berarti Malang dengan Gasek itu tidak terlalu jauh. Hanya disebutkan daerah sekitar hutan," tegasnya.
Prasasti berbentuk lempeng tembaga itu ditemukan di Desa Sirah Kencong, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar pada akhir 1974. Prasasti itu secara tegas menyebut Malang sebagai nama sebuah tempat.
Desa Malang yang digambarkan dalam prasasti itu tentu jauh berbeda dengan kondisi, baik di era Hindia Belanda apalagi sekarang ini. Tetapi berdasarkan prasasti tersebut pusat Kota Malang memang digambarkan belantara hutan.
"Di mana hutan itu? Hutan ya tengah kota sekarang. Tengah kota itu hutan dulu, wong Kayutangan itu hutan Patang Tangan. Jadi di mana tempat yang banyak hewan buruannya itu? Ya sekarang ini pusat kota Malang itu adalah area hutan yang banyak binatang buruannya," tegasnya.
Semakin menegaskan bahwa Malang nama sebuah tempat atau desa ditandai dengan adanya Gunung Malang atau yang sekarang dikenal Gunung Buring. Sehingga dalam kawasan atau tidak jauh dari gunung tersebut terdapat desa Malang.
Selain itu juga dikenal Demang Malang yang berarti ada Kademangan Malang dan zaman Belanda dikenal Distrik Malang yang berarti nama sebuah tempat.
"Demang Malang itu ada makamnya. Kademangan itu semacam desa tapi luas. Di mana Demang Malang itu? Di daerah sekitar Kota Lama situ makamnya. Berarti desa Malang itu pada masa lampau itu di mana? Ya sekitar Kota Lama," urainya.
Dwi menegaskan, paling tidak abad ke-12 akhir ada sebuah tempat yang namanya Malang. Desa kecil itulah kemudian menjadi cikal bakal dari daerah yang kemudian kita sebut Malang.
"Jadi Malang dari nama desa yang berkembang menjadi nama deerah. Tidak usah dicari-cari (dicocok-cocokan) dari Malangkucecwara. Malangkucecwara itu nama, tapi nama bangunan suci," tegasnya.
Dikatakan Dwi, Malangkucecwara bukan hanya nama bangunan suci di Malang, tetapi juga ditemukan di beberapa tempat di Jawa Tengah yakni Prambanan, Magelang dan Kedu Selatan.
Selama ini kata Malang dianggap berasal dari Malangkucecwara, apalagi Malangkucecwara disebut-sebut dalam lambang Pemerintah Daerah Kota Malang. Beberapa pejabat juga sering menyebutkan bahwa Malang berasal dari Malangkucecwara. Sehingga pendapat itu perlu ditinjau ulang atau diluruskan.
"Bahwa ada nama Malangkucecwara itu iya, tapi Malangkucecwara bukan nama tempat. Malangkucecwara itu nama bangunan suci, seperti candi Singosari, Candi Kidal, Candi Badut, Candi Jago, Candi Songgoriti. Malangkucecwara itu. Tapi kan bukan nama tempat," terangnya.
Malang dari Malangkucecwara?
Pendapat tentang Malang berasal dari Malangkucewara disampaikan oleh Woyo Wasito, Dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM). Namun pendapat itu disampaikan jauh sebelum ditemukan Prasasti Ukirnegara.
"Ketika Pak Woyo Wasito berpendapat Malang dari Malangkucecwara, prasasti Ukinegara belum diketemukan," tegas Dwi Cahyono.
Saat itu memang dalam proses mencari penjelasan tentang Malang. Hingga Woyo Wasito menggali berbagai sumber dan salah satu yang digunakan adalah Prasasti Balitung tahun 1905. Pada Prasasti Balitung atau Prasasti Mantyasih ditemukan kata Malangkucecwara.
"Pada prasasti itu terdapat kata Malangkucecwara. Karena mengandung unsur kata Malang itu kemudian oleh Pak Woyo Wasito dipendapati asal kata Malang itu dari Malangkucecwara," jelasnya.
Tetapi adaikata waktu itu sudah diketemukan Prasasti Ukirnegara maka penjelasannya tidak demikian. Ditemukannya Prasasti Ukirnegara menjadi data baru bagi sejarah Malang saat itu.
"Karena itu dengan diketemukan sumber data baru, yaitu prasasti Ukirnegara maka Malang dari Malangkucecwara itu perlu ditinjau ulang," tegasnya.
"Selama ini masih dipakai. Orang masih menganggap bahwa Malang berasal dari Malangkucecwara. Itu pendapat yang disampaikan Pak Woyo pada 1950-an, sebelum prasasti Ukirnegara ketemu," jelasnya.
Ketika prasasti Ukirnegara ditemukan dengan sebuah data baru maka pendapat yang salah tersebut perlu ditinjau ulang. Karena itu sudah menjadi pendapat kedaluwarsa.
"Pendapat itu mestinya direview, ditinjau ulang, kalau sudah tidak akurat ditinggalkan. Tapi sekarang kan tetap dipakai. Pejabat ngomongnya masih begitu, Malang dari Malangkucecwara. Warga juga begitu karena pejabatnya juga begitu. Ikut menganggap bahwa Malang dari Malangkucecwara," terangnya.
Malangkucecwara dan Konteks
Malangkucecwara adalah bangunan suci untuk meniadakan penyakit. Mala dalam Malangkucecwara adalah Mala yang berarti penyakit.
Kata Dwi, dalam prasasti bangunan suci biasa ditulis 'titik-titik + ichwara. Dicontohkan Putecwara yang disebut dalam prasasti Kanjuruhan, berasal dari Kutika + Iswara.
Kutika + Iswara di situ menunjuk bangunan suci atau menunjuk benda yang diupacarai. Misalkan kalau di Putecwara itu sinar Siwa yang ada di balik lingga.
"Malangkucecwara itu adalah bangunan suci. Itu adalah bangunan suci untuk memuji Iswara. Iswara adalah sebutan untuk Siwa," tegasnya.
Bangunan suci dalam konteks sebutan Malang Kucecwara adalah candi dan bangunan suci tersebut bukan nama sebuah tempat.
Tentu berbeda dengan nama Malang, nama sebuah tempat yang kemudian berkembang dari nama desa berkembang jadi kademangan. Sehingga muncul Demang Malang. Kemudian muncul Distrik Malang, mekar lagi menjadi Kabupaten Malang, dipecah lagi menjadi Kota Praja Malang.
Sehingga dalam konteks Kota Malang merujuknya bukan bangunan suci tetapi nama tempat, yakni desa Malang. Karena nama tempat, berpotensi berkembang menjadi nama daerah.
Dwi menjelaskan Prasasti Mantyasih atau Prasasti Balitung menceritakan adanya bangunan suci Malangkucecwara. Bangunan suci itu juga ada di Kedu Selatan, Magelang utara. Di Prambanan juga ada Candi Perwara juga ada inskripsi Malangkucecwara, yang berarti candi Perwara itu digunakan secara khusus untuk memuja Malangkucecwara.
"Malangkucecwara nama dewata, dewa Siwa penyembuh penyakit. Kalau ada orang sakit Malangkucecwara itu dipuja agar memperoleh kesembuhan," jelasnya.
Tentang penyakit seperti apa, Dwi menduga sejenis lepra. Nampaknya pada waktu itu lepra mewabah dan dianggap bahaya. Sampai masa kolonial, lepra dikenal dan banyak tempat tertentu digunakan sebagai tempat perawatan penyandang lepra.
Penyakit lepra dianggap bahaya hingga masyarakat ketakutan. Orang mau dekat takut tertular. Maka dibuatkan bangunan suci yang khusus untuk memuja Dewa Siwa Iswara, supaya terhindar atau sembuh dari penyakit lepra.
Dwi menegaskan, Malangkucecwara bukan cikal bakal dari satu nama, tetapi bangunan suci yakni candi.
"Andaikata Pak Woyo saat mencari kata asal usul Malang, sudah ketemu Prasasti Ukirnegara, pendapatnya belum tentu seperti itu. Belum tentu Malang berasal dari Malangkucewwara," tegasnya.
Dwi mencontohkan pendapat Habib Mustopo dalam buku dari Pura Kanjuruhan Menuju Kabupaten Malang yang ditulis 1977. Buku tentang hari jadi Kabupaten Malang.
Habib Mustopo mengatakan bahwa nama Malang dari Malang, bukan dari Malangkucecwara. Karena Pak Habib menulis buku itu, prasasti Ukirnegara sudah ketemu. Itu ditemukan 1974 dan Pak Habib menulis 1977. Maka pendapatnya Malang berasal dari Malang, bukan Malangkucecwara. Kenapa Pak Woyo tidak mengatakan demikian, karena prasasti Ukirnegara belum ketemu.
Sehingga atau pendapat yang dipakai Pemkot Malang atau siapapun tentang Malang berasal dari Malangkucecwara sudah kedaluwarsa dan harusnya sudah ditinggalkan. Karena kerap di acara resmi disampaikan oleh para pejabat bahwa Malang berasal dari Malangkucecwara.
(mdk/cob)