Tawuran yang tewaskan pelajar SMP di Bogor mirip kasus Gladiator tahun 2017
Tawuran melibatkan salah satu SMP di wilayah Dramaga dan Cibungbulang. Polanya, alumni menyiapkan adik kelas yang akan diadu sekolah lawan, dengan format tiga lawan tiga. Ada yang menyiapkan senjata tajam, ada juga sebagai promotor dan ada yang memvideokan kejadian.
Polresta Bogor Kota mengungkap kasus tawuran di belakang Terminal Bubulak, Bogor, yang menewaskan seorang pelajar SMP merupakan kejadian terencana.
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna Jawa menyebutkan, kasus tawuran ini bukan kejadian biasa, tetapi disiapkan dan direncanakan layaknya gladiator yang sempat heboh tahun lalu.
-
Kapan apel pengarahan untuk pelajar yang terlibat tawuran dilakukan? Diketahui, belakangan viral di media sosial (medsos) pelajar konvoi dengan dalih berbagi takjil di wilayah Jakarta Pusat. Pada apel pengarahan ini hadir Polda Metro Jaya, Kapolres Jakarta Pusat, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta, hingga Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Bagaimana cara para pelaku tawuran saling menyerang? "Mereka saling tantang dan akhirnya bertemu. Mereka saling serang pakai senjata tajam jenis celurit panjang," kata Untung, Minggu (5/11).
-
Dimana Kulat Pelawan tumbuh? Kelompok jamur dengan nama lokal Kulat Pelawan ini tumbuh liar di lantai hutan kawasan Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.
-
Kapan Pangeran Antasari wafat? Saat menjadi Sultan Banjar, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Di tengah perlawanan tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit terserang penyakit cacar dan paru-paru hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.
"Kasus ini adanya tawuran tidak seperti yang biasa terjadi pertemuan dua kelompok saling serang, tetapi kejadian ini memang sengaja diadakan, seperti kasus gladiator," kata Ulung kepada wartawan di Bogor, Kamis (2/8). Dikutip dari Antara.
Dia mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak ini melibatkan dua SMP yang berada di wilayah Kabupaten Bogor.
Tawuran atau aksi saling serang yang mereka lakukan sudah menjadi tradisi antarsekolah.
"Mereka menamakannya 'Acara' yang mengadakan alumni dari masing-masing SMP ini," katanya.
Tawuran ala 'Acara' ini melibatkan salah satu SMP di wilayah Dramaga dan Cibungbulang. Polanya, alumni menyiapkan adik kelas atau siapa saja yang akan diadu sekolah lawan, dengan format tiga lawan tiga. Dalam Acara tersebut, ada tiga orang yang saling berkelahi, ada yang menyiapkan senjata tajam, ada juga sebagai promotor dan ada yang merekam atau memvideokan kejadian.
"Ini sudah jadi tradisi, bedanya, dulu mereka tidak menggunakan senjata tajam. Kali ini, mereka pakai senjata tajam dengan kode (kata sandi) ada barang," ungkapnya.
Ulung mengatakan, selain menggunakan barang berupa senjata tajam, tradisi buruk ini juga direkam oleh kakak kelas yang rencananya akan dipublikasi di jaringan sosial YouTube sebagai ajang pamer kekuatan dengan tanda pagar tawuran.
Kasus tawuran ini melibatkan sembilan anak di bawah umur, korban meninggal dunia dengan inisial MIS usia 13 tahun, satu korban koma masih dirawat di rumah sakit, dua pelaku DPO, lima diamankan.
"Dari lima yang diamankan, dua dititipkan di panti rehabilitasi karena usianya masih kurang dari 14 tahun," kata Ulung.
Baca juga:
Gubernur Banten marah lihat pelajar tawuran pakai senjata tajam
Buru penusuk siswa SMK saat tawuran di Puspiptek Tangsel, 16 pelajar diperiksa polisi
KPAI nilai pelajar bawa sajam saat tawuran dampak sering main game online
Usai operasi pencabutan pedang, kondisi pelajar korban tawuran di Tangsel membaik
1 Pelajar SMP tewas saat tawuran di belakang Terminal Bubulak Bogor
Pascatawuran, salah satu sekolah di Tangerang dapat pesan ancaman serangan balasan