Tim psikolog Mabes Polri turun tangan memeriksa kejiwaan Petrus
Polisi telah merampungkan prarekonstruksi sebanyak 27 adegan untuk melengkapi BAP.
Penyidik Ditreskrimum Polda Kalimantan Barat bersama dengan Polres Melawi, mengusut motif sebenarnya Brigadir Petrus Bakus membunuh dan memutilasi kedua anaknya. Terkait dugaan tersangka mengidap gangguan kejiwaan, tim psikologi mabes Polri ikut turun tangan memeriksa kejiwaan Petrus.
"Jadi tim psikolog Mabes Polri didampingi Polda Kalbar lagi di Polres Melawi, melakukan upaya pemeriksaan kejiwaan pelaku," kata Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Arianto saat dikonfirmasi merdeka.com, Senin (29/2) sore.
Diterangkan Arianto, Minggu (28/2) kemarin, 27 adegan prarekonstruksi memang telah digelar berdasarkan keterangan saksi-saksi untuk segera merampungkan berita acara pemeriksaan (BAP). Tujuh orang dilibatkan, termasuk istri tersangka, melakukan reka ulang dalam prarekonstruksi.
"Untuk memperkuat BAP, agar semakin dari aspek penanganan hukum," ujar Arianto.
Hari Senin (29/2) ini, lanjut Arianto, penyidik juga melakukan uji forensik barang bukti dalam kasus itu berupa parang yang digunakan tersangka, kain sprei, bantal dan guling yang diamankan dari kamar tidur korban, F (5) dan A (3).
"Diuji forensik di Puslabfor Mabes Polri," ungkap Arianto.
Proses hukum beserta uji kesehatan kejiwaan, memang berjalan bersamaan, agar berkas penyidikan segera rampung. Namun belakangan, beredar kabar, puncak perilaku pelaku ditengarai sebagai beban hidup dalam rumah tangganya, bersama sang istri, Windri. Dikonfirmasi itu, Arianto belum bisa memberi kepastian.
"Masih didalami. Hanya saja dari keterangan istri pelaku, beberapa hari sebelum kejadian, pelaku sering marah-marah sendiri," terangnya.
Sementara kepada wartawan di Melawi, Kapolsek Melawi AKBP Cornelis Simanjuntak menerangkan, pemeriksaan lanjutan terhadap tersangka, hari ini masih urung dilakukan lantaran kejiwaan tersangka masih belum stabil. Keterangannya pun seringkali masih berubah-ubah.
"Petrus Bakus belum memiliki kejiwaan yang stabil untuk diperiksa. Jadi, belum bisa disimpulkan motif pembunuhan yang diduga dia lakukan terhadap anak-anaknya," ungkap Cornelis saat dikonfirmasi.
"Kualifikasi latar belakang pendidikan kepolisiannya, memang di bidang intel. Selama menjadi anggota polri, dia memang tidak dilengkapi dengan senjata api," ujar Cornelis.
Diketahui, Brigadir Petrus Bakus (27), anggota satuan intelkam Polres Melawi, diduga membunuh dan memutilasi dua anak balitanya saat sedang tidur, Jumat (26/2) sekitar pukul 00.15 WIB dini hari lalu. Penyidik menetapkan Petrus sebagai tersangka, dan menjeratnya dengan pasal berlapis. Kariernya di kepolisian pun terancam tamat.
Baca juga:
Kasus mutilasi diduga berawal dari perselingkuhan Brigadir Petrus
Aksi yang dilakukan Brigadir Petrus sebelum mutilasi anaknya
Sebelum mutilasi, Brigadir Petrus sempat main sama dua anaknya
Brigadir Petrus mengumpulkan kayu untuk membakar keluarganya
Brigadir Petrus cetak nilai tertinggi saat tes masuk polisi
-
Bagaimana polisi menangani pria yang berpura-pura kesurupan? Iptu Anwar, Kepala Bagian Operasional (KBO) Lantas Polres Karawang mengatakan anggotanya memutuskan membawa motor pengendara tersebut ke Mapolres Karawang. "Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan," ucap dia.
-
Mengapa polisi mengancam akan menjerat keluarga para pelaku? Polisi mengancam keluarga dapat dijerat Pasal 221 KUHP karena dianggap menyembunyikan atau penghalang pelaku kejahatan.
-
Apa yang diminta Sahroni kepada polisi terkait kasus pelecehan anak? Ke depan polisi juga diminta bisa lebih memprioritaskan kasus-kasus pelecehan terhadap anak. Polisi Diminta Dampingi Psikologis Anak dan Istri korban Pencabulan Oknum Petugas Damkar Polisi menangkap SN, pria yang tega melakukan dugaan tindak pidana pencabulan terhadap anaknya sendiri yang berusia 5 tahun. Tidak hanya diminta menghukum berat pelaku, polisi diminta juga mendampingi psikologis korban dan ibunya. “Setelah ini, saya minta polisi langsung berikan pendampingan psikologis terhadap korban serta ibu korban. Juga pastikan agar pelaku menerima hukuman berat yang setimpal. Lihat pelaku murni sebagai seorang pelaku kejahatan, bukan sebagai seorang ayah korban. Karena tidak ada ayah yang tega melakukan itu kepada anaknya,” ujar Sahroni dalam keterangan, Kamis (4/4).
-
Apa yang dilakukan polisi kepada pemuda itu? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
-
Bagaimana Sahroni ingin polisi memprioritaskan kasus pelecehan anak? Ke depan Sahroni ingin polisi bisa lebih memprioritaskan kasus-kasus pelecehan terhadap anak. “Dari yang saya lihat, rentang pelaporan hingga pengungkapan masih memakan waktu yang cukup lama, ini harus menjadi catatan tersendiri bagi kepolisian. Ke depan harus bisa lebih dimaksimalkan lagi, diprioritaskan untuk kasus-kasus keji seperti ini. Karena korban tidak akan merasa aman selama pelaku masih berkeliaran,” tambah Sahroni.
-
Bagaimana polisi membantu pemuda tersebut? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya