Waspada, 4 bahaya mengancam pasca-letusan Gunung Kelud
Kepulan abu vulkanik yang berterbangan pun sudah mulai memadati beberapa kota di Pulau Jawa.
Setiap ada bencana alam pasti menyisakan cerita mendalam. Meletusnya Demikian pula dengan meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur pada Kamis (13/2) malam.
Untuk itu, masyarakat yang berada di sekitar Gunung Kelud diminta tetap mengungsi. Sebab, letusan pada gunung merapi memang tidak bisa ditebak.
Selain itu, pasca-letusan, warga juga dikhawatirkan dengan adanya lahar dingin. Sebab, bila hujan deras hal tersebut membahayakan bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, kepulan abu vulkanik yang berterbangan pun sudah mulai memadati beberapa kota di Pulau Jawa. Akibatnya, warga banyak yang mengalami gangguan kesehatan, terutama pada pernapasannya.
Merdeka.com merangkum beberapa bahaya yang mengancam pasca-letusan Gunung kelud. Berikut empat ancaman pasca letusan tersebut.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Kapan Gunung Dempo meletus? Gunung Dempo Pagaralam, Sumatera Selatan, mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak, Selasa (25/7) pukul 21.15 WIB.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Apa itu Gunungan Ketupat? Salah satu bukti kekompakan warga Dusun Kepuhbener, Desa Kedungrejo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk tampak dalam pelaksanaan tradisi Gunungan Ketupat.
Awan panas
Pasca-letusan Gunung Kelud masyarakat masih harus terus waspada. Pasalnya ancaman seperti awan panas masih bisa membahayakan keselamatan masyarakat.
"Kawasan rawan bencana (KRB) dibagi tiga ring. Yang paling berisiko tinggi kawasan 2 km dari gunung (KRB III), kedua kawasan 5 km dari gunung (KRB II) dan ketiga kawasan 10 km dari gunung (KRB I)," kata Sekretaris Utama BNPB Fatchul Hadi di kantornya, Jakarta, Jumat (14/2).
Fatchul menambahkan, dari tiga ring tersebut ada pemukiman dan sawah yang diperkirakan akan terkena dampak pasca-letusan. Beruntung tidak ada pemukiman di kawasan 2 km dari gunung Kelud. Tetapi ada dua desa yang ada di KRB II yaitu Desa Kebonrejo dan Desa Pandan Sari. Di kedua desa tersebutlah diketemukan tiga orang tewas hari ini.
"Untuk pemukiman di KRB II sebesar 1 hektare dan sawah ladang 44 hektare. Untuk? KRB I ada pemukiman seluas 5.180 hektar dan sawah ladang 12.821 hektare," jelasnya.
Sedangkan menurut data BNPB untuk kawasan paling rawan yakni KRB III yang terletak di 2 km dari gunung hanya terdiri dari badan air, hutan, semak belukar, tanah kosong dan tegalan.
Lahar dingin
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyiapkan alat berat di beberapa lokasi, untuk mengantisipasi lahar dingin akibat erupsi Gunung Kelud, Kamis malam (13/2).
Menurut Djoko, pihaknya bertugas menyediakan tangki air untuk lokasi yang membutuhkan. Namun, pasir dan debu yang ditimbulkan akibat erupsi, apabila terjadi hujan deras dapat mengakibatkan lahar dingin yang membahayakan.
"Oleh karena itu saya meminta jajaran PU khususnya BBWS Brantas agar menyiapkan alat berat, bahkan tempat yang diperkirakan dilewati lahar dingin supaya dipasang bronjong agar tidak menghantam permukiman," katanya.
Dampak padatan debu
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengimbau masyarakat untuk dapat mewaspadai dampak letusan gunung berapi yang bisa berbahaya bagi kesehatan. Sebab, debu tebal yang menyelimuti kota-kota tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernapasan dan iritasi mata dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius jika mengandung beberapa unsur logam.
"Unsur-unsur logam yang perlu diwaspadai terutama adalah Silica, yang secara fisik berupa butiran kecil dan sangat tajam, sehingga bila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Akibat lebih serius bisa batuk batuk bahkan bisa iritasi berat pada saluran pernapasan," papar Tjandra.
Logam lainnya yang ada pada debu vulkanik umumnya berupa natrium, calsium, kalium yang apabila tercampur debu dan terhirup maka juga mengakibatkan iritasi. Sedangkan komponen logam yang lain seperti timbal, seng, cadmium tembaga biasanya kadarnya cukup rendah, berdasarkan pengamatan dari letusan gunung berapi sebelumnya.
Kandungan gas
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama? mengatakan kandungan gas yang dikeluarkan letusan gunung berapi juga diminta untuk diwaspadai karena dapat membentuk gas SO2 dan dengan reaksi alam dapat membentuk unsur sulfat yang sangat iritatif baik pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
Kandungan gas lain yang meningkat pasca letusan gunung berapi adalah karbon monoksida (CO) yang bersifat mengikat oksigen, sehingga bila terhirup maka orang bisa meninggal karena kekurangan oksigen serta NO2 yang berpotensi mengakibatkan iritasi pada mata dan pernafasan.
Sedangkan untuk langkah pencegahan, Tjandra mengimbau masyarakat untuk menghindari keluar rumah bila tidak perlu, menghindari berkendara terutama dengan sepeda motor untuk sementara, menggunakan masker jika harus keluar rumah, menutup sarana air seperti sumur gali terbuka dan penampungan air terbuka jangan terkena debu, mencuci dengan bersih semua makanan, buah, sayur serta segera berobat ke sarana pelayanan Kesehatan bila dirasakan ada yg sakit seperti batuk, sesak nafasnya, iritasi mata dan kulit.
"Bila memang sudah punya penyakit kronik maka pastikan obat rutin yang biasa dimakan harus selalu dikonsumsi dan selalu lakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat," demikian Tjandra.