Perwira aktif diusulkan lalui masa jeda sebelum berpolitik
Usul supaya para perwira tinggi itu diharuskan melalui masa jeda sebelum mencicipi dunia politik bertujuan supaya para jenderal tetap fokus di institusinya.
Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018, sejumlah perwira tinggi (Pati) aktif dari TNI dan Polri memutuskan ikut serta dalam kompetisi politik itu. Padahal, menurut pengamat militer, Salim Said, idealnya para perwira itu harus melewati masa jeda sebelum terjun ke politik praktis.
"Saya di DPR itu pernah mengatakan bahwa tentara Israel itu masa jedanya dua tahun. Sebab, Israel itu menarik karena sebagian besar politisinya itu jenderal," kata Salim dalam diskusi bertajuk 'Para Jenderal Berlaga di Pilkada', di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/1).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kapan wisuda anggota Polri di Turki? Acara tersebut diselenggarakan pada 26 Juli 2023 waktu setempat.
-
Kenapa Kapolri dan Panglima TNI meninjau SUGBK? “Kami ingin memastikan serangkaian kesiapan pengamanan khususnya terkait dengan kegiatan puncak yang dilaksanakan besok sore ini betul-betul bisa terselenggara dengan baik,” tutur Sigit.
-
Mengapa anggota Polri ini diwisuda di Turki? Dia bersama 86 peserta didik internasional menjalani wisuda usai mengikuti kegiatan Capacity Building “The First Level Police Chief Training and The Non Thesis Master Degree” selama dua tahun.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
Salim juga mengambil contoh Amerika Serikat. Menurut dia, jendral-jenderal di sana harus melalui masa jeda paling minim dua tahun sebelum terjun ke panggung politik. Namun, lanjut Salim, di AS kehadiran mantan tentara di dunia politik tidak terlalu mencolok.
Bagi Salim, usul supaya para perwira tinggi itu diharuskan melalui masa jeda sebelum mencicipi dunia politik punya tujuan. Yakni dimaksudkan agar para jenderal tetap fokus di institusinya dan tidak tergoda dengan rayuan terjun ke politik praktis, sebelum masa kerjanya berakhir.
"Itu perlu (masa tenggang) supaya mereka tidak tergoda di waktu-waktu terakhirnya di lembaga itu, untuk investasi popularitas supaya terpilih atau dapat dukungan parpol untuk pencalonan dia," ucap Salim.
Saat ini tercatat ada lima jenderal aktif yang bakal berlaga dalam Pilkada Serentak 2018. Mereka adalah Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi yang maju sebagai bakal Calon Gubernur Sumatera Utara.
Kemudian, dari Polri yakni Inspektur Jenderal Polisi Safaruddin yang digadang-gadang akan maju di Pilkada Kalimantan Timur. Lalu, Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan berniat maju di Pilkada Jawa Barat.
Setelah itu, Inspektur Jenderal Polisi Murad Ismail yang maju di Pilkada Maluku 2018. Yang terakhir Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw yang akan maju dalam pemilihan Gubernur Papua.
Baca juga:
Wajah-wajah pasangan cagub dan cawagub dari PDIP
Ini daftar Cagub dan Cawagub yang diusung PDIP di enam provinsi
PDIP resmi usung pasangan Karolin Margret-Suryadman Gidot di Pilgub Kalbar 2018
PDIP usung pasangan Djarot-Sihar Sitorus di Pilgub Sumut 2018
TB Hasanuddin sebut bagus, Anton bilang klop jika dipasangkan di Jabar