PSI Jelaskan Tuyul di Depok yang Mau Diberantas Kaesang
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai omongan Kaesang Pangarep yang ingin memberantas tuyul di Depok merupakan sebuah simbol. Tuyul yang dimaksud adalah hal yang dianggap meresahkan dan membuat sesuatu milik warga hilang begitu saja.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai omongan Kaesang Pangarep yang ingin memberantas tuyul di Depok merupakan sebuah simbol. Tuyul yang dimaksud adalah hal yang dianggap meresahkan dan membuat sesuatu milik warga hilang begitu saja.
"Itu juga masuk becandaan kemudian media-media mengatakan ini kaya tidak serius nih mau nangkap tuyul. Padahal kalau kita lihat kan, tuyul adalah simbol makhluk tidak kasat mata dan tiba-tiba datang terus barang kita hilang, itu kayaknya banyak di Depok," kata Ketua DPP PSI Sigit Widodo, Senin (3/7).
-
Mengapa Kaesang dianggap unggul dalam Pilkada Jateng? Mengapa Kaesang Pangarep unggul? Selain karena popularitasnya paling tinggi juga karena ada pengaruh Jokowi, di situ orang yang puas kepada presiden cenderung mendukung Kaesang," kata Djayadi, dalam paparannya secara daring.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Siapa Kadek Devi? Kadek Devi menunjukkan pesona yang memikat saat mendampingi Dewa Yoga yang baru saja menyelesaikan Sespimmen 63 Polri di Lembang, Bandung.
-
Apa yang dilakukan oleh kera ekor panjang di Desa Cikakak? Puluhan kera ekor panjang itu menyerbu pemukiman dan membuat warga resah. Mereka bertengger di atap-atap rumah warga untuk mencari makan. Selain merusak atap rumah, kawanan monyet ini juga menjarah makanan di warung-warung.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
Sigit mencontohkan salah satu 'tuyul' yang dimaksud itu adalah soal keberadaan situ di Depok yang hilang. Area tersebut kini sudah berubah jadi perumahan, tempat komersial, ruko bahkan jadi alun-alun.
"Ya kayak itu lah. Yang sebetulnya ini bisa dimaknai seperti itu, yang tadinya mungkin anggarannya ada, tiba-tiba tidak ada, yang fasilitas A harusnya ada ternyata tidak. Itu sebenarnya bisa dimaknai sebagai tuyul-tuyul juga," ujar Sigit.
Bela Kaesang
Terkait dengan fenomena Kaesang berbicara 'tuyul' Depok, Sigit memaknainya sebagai hal yang simbolik.
Dia pun mengaku optimis Kaesang bisa mengatasi permasalahan 'tuyul' yang ada di Depok. Sebab, putra bungsu Presiden Jokowi itu dianggap PSI sebagai pihak yang tidak memiliki kepentingan apapun sehingga akan bebas bergerak memberantas 'tuyul'.
"Tapi sebetulnya sudah tampak dari statement-statementnya Mas Kaesang, satu Depok yang bersih, menangkap tuyul-tuyul dan ada beberapa lah yang nanti bisa didiskusikan. Optimis bisa, selama tidak ada kepentingan. Dalam hal ini Mas Kaesang sebagai orang luar relatif tidak punya kepentingan apapun di Depok. Ketika masuk dia tidak ada beban, dia bisa masuk ke Depok tentunya harus didukung masyarakat sih,” tukasnya.
Bukan Cuma Kepentingan Politik
Dia menegaskan, untuk mengatasi persoalan 'tuyul' di Depok, lebih diperlukan pada kemauan politik ketimbang non politiknya. Misalnya, dalam hal mengatasi pelaku kekerasan seksual.
Menurut dia, yang harus diperhatikan adalah dari sisi korban dan tidak sebatas pada pelakunya. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Depok berkewajiban untuk menangani psikologis korban-korban kekerasan seksual.
"Itu kan sebenarnya kalau kita lihat banyak korban-korban kekerasan seksual di Depok yang tidak ditangani secara psikologis oleh pemkot. Kemudian prostitusi pada anak, kemarin teman-teman berdiskusi dan menemukan jaringan prostitusi anak dan memang bukan hanya ada di Depok, karena ketika ketahuan dia kabur ke Jakarta," kata dia.
Menurut dia, persoalan itu semua bisa ditangani jika Pemkot Depok bisa bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya membuat satuan tugas yang dapat menyelesaikan prostitusi anak.
"Karena ini kan mengerikan, Depok yang tagline-nya adalah 'kota religius' ternyata di dalamnya ada prostitusi anak, hal-hal seperti itu memang sebenarnya political will saja," pungkasnya.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/gil)