4 Bahaya kesehatan akibat kebanyakan makan pepaya, sudah tahu?
Kebanyakan makan pepaya ternyata bisa bikin kulit menguning, sakit perut, hingga berujung pada pembentukan batu ginjal.
Pepaya termasuk dalam jajaran buah sehat kaya nutrisi. Sebuah pepaya ukuran sedang mengandung sekitar 120 kalori, vitamin C yang tinggi, serta serat yang mampu memenuhi kebutuhan harian sebanyak 20%. Oleh karena itu tak mengherankan jika pepaya disebut sebagai buah yang begitu sehat.
Karena sehat inilah, apakah kamu diperbolehkan untuk banyak mengonsumsi pepaya? well, dilansir dari livestrong.com ternyata makan banyak pepaya juga bisa membahayakan kesehatan, lho. Berikut adalah buktinya.
Perubahan warna kulit jadi lebih kuning
Pepaya berwarna oranye karena kandungan beta karoten di dalamnya. Makan terlalu banyak pepaya ternyata mampu menyebabkan perubahan warna kulit dalam kadar yang rendah yang disebut dengan karotenemia. Telapak tangan dan telapak kaki adalah bagian tubuh yang paling terlihat akibat perubahan warna ini. Meski tidak berbahaya, namun kamu harus mengurangi konsumsi pepaya jika hal ini terjadi pada kulitmu.
Gangguan pernapasan
Pepaya mengandung enzim yang disebut dengan papain. Enzim ini bermanfaat untuk menangani gangguan pencernaan dan melawan peradangan di tenggorokan.
Bagi mereka yang mudah alergi, enzim papain bisa menyebabkan demam, asma, sesak napas, hingga hidung tersumbat.
Pembentukan batu ginjal
Pepaya mengandung vitamin C. Zat ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari beragam gangguan penyakit, mencegah kanker, serta menurunkan tekanan darah. Mengonsumsi pepaya berlebihan bisa berarti kamu juga akan berlebihan dalam mengonsumsi vitamin C yang mengakibatkan keracunan serta pembentukan asam oksalat yang bisa berujung dengan pembentukan batu ginjal.
Gangguan pencernaan
Meski pepaya tinggi serat dan bisa mencegah sembelit, namun terlalu banyak makan pepaya juga bisa menyebabkan sakit perut akibat kandungan enzim papain di dalamnya.
Meski sehat, bukan berarti kamu diperbolehkan terlalu banyak mengonsumsi pepaya. Konsumsi dalam porsi secukupnya agar kamu terhindar dari bahaya di atas.
Baca juga:
5 Makanan sehat yang seringkali diolah dengan cara salah
5 Menu sarapan yang dijamin bikin tubuhmu tambah gemuk
5 Alasan untuk mulai menjauhi roti tawar
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Makanan apa yang baik buat menjaga kesehatan usus? Makanan fermentasi mengandung probiotik, yaitu bakteri baik yang memang dibutuhkan di dalam saluran cerna untuk membantu proses mencerna makanan. Jika ingin menjaga kesehatan pencernaan, jangan lupa juga untuk selalu mengonsumsi makanan tinggi serat. Bukan rahasia lagi kalau jenis makanan yang satu ini sangat penting untuk membantu kelancaran sistem pencernaan manusia.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ingatan menjijikkan? Mengutip Indy100 & Newsweek, Senin (25/3), para peneliti di Macquarie University di Australia dan Karolinska Universitet di Swedia telah mengungkap bahwa sensasi-sensasi sensorik ini memicu rasa jijik yang kuat.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian tentang hubungan antara teh dan sakit kepala dilakukan? Namun, hasil data yang dipublikasikan pada tahun sebelumnya dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi keterkaitan antara konsumsi teh dan risiko migrain pada populasi di Eropa.