Apakah Donor Darah Bisa Menjadi Penyebab Anemia?
Kondisi anemia mungkin dialami oleh seseorang usai melakukan donor darah. Ketahui penyebabnya:
Donor darah adalah tindakan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa. Namun, bagi sebagian orang, ada kekhawatiran bahwa kebiasaan ini dapat memengaruhi kesehatan, terutama dalam hal risiko terkena anemia. Benarkah donor darah dapat menyebabkan anemia?
Menurut data dari National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), salah satu penyebab utama anemia defisiensi besi adalah kehilangan darah. "Saat Anda mendonorkan darah, Anda secara efektif kehilangan darah," jelas sumber tersebut. Karena itu, bagi mereka yang mendonorkan darah secara rutin, risiko terkena anemia, terutama anemia defisiensi besi, lebih tinggi. Bahkan, sekitar 35% pendonor rutin dilaporkan mengalami kekurangan zat besi.
-
Apa itu donor darah? Donor darah merupakan proses pengambilan darah secara sukarela pada seseorang untuk nantinya disimpan di bank darah sebagai stok darah. Di mana darah tersebut dapat digunakan untuk transfusi darah di kemudian hari.
-
Apa saja manfaat donor darah? Donor darah merupakan tindakan yang tidak hanya bermanfaat bagi penerima darah, tetapi juga bagi pendonor itu sendiri.
-
Bagaimana proses pengambilan darah saat donor? Selama proses donor, biasanya diambil kurang dari satu pint darah, sekitar 450 mL, untuk setiap donasi darah utuh.
-
Bagaimana cara mencegah terjadinya anemia akut? Secara umum, ada beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan, antara lain: • Konsumsi suplemen zat besi. Zat besi adalah salah satu bahan penting untuk pembentukan hemoglobin, yaitu protein yang mengikat oksigen pada sel darah merah. Kekurangan zat besi akan mengganggu produksi sel darah merah. Suplemen zat besi bisa membantu meningkatkan kadar hemoglobin dan mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi. • Konsumsi vitamin C. Vitamin C berperan membantu penyerapan zat besi lebih baik di dalam tubuh. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen, yaitu protein yang membentuk dinding pembuluh darah. Vitamin C bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran, seperti jeruk, kiwi, brokoli, dan paprika. • Konsumsi vitamin B12 dan asam folat. Vitamin B12 dan asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang sehat. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat bisa menyebabkan anemia megaloblastik, yaitu anemia yang ditandai dengan sel darah merah yang besar dan tidak matang. Vitamin B12 bisa didapatkan dari makanan hewani, seperti daging, telur, susu, dan keju. Asam folat bisa didapatkan dari sayuran hijau, kacang-kacangan, sereal gandum, dan buah-buahan.
-
Kapan penurunan jumlah sel darah merah pada anemia akut terjadi? Dalam kasus anemia akut, penurunan jumlah sel darah merah terjadi dengan cepat dan tiba-tiba, menyebabkan gejala yang mengganggu dan mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.
-
Siapa saja yang bisa menerima donor darah dari golongan darah AB negatif? Pemilik golongan darah ini dapat menerima darah dari semua golongan darah negatif, yaitu O negatif, A negatif, B negatif, dan AB negatif.
Mengapa Donor Darah Dapat Menyebabkan Anemia?
Zat besi memiliki peran penting dalam menjaga kadar hemoglobin yang cukup dalam darah. Hemoglobin sendiri adalah protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Ketika kadar hemoglobin dalam darah rendah, kondisi ini dikenal sebagai anemia. Anemia tidak hanya menyebabkan tubuh kekurangan oksigen, tetapi juga dapat memunculkan gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Bisakah Seseorang dengan Anemia Mendonorkan Darah?
Sebelum mendonorkan darah, setiap pendonor wajib menjalani pemeriksaan kadar hemoglobin. Berdasarkan standar dari National Institutes of Health (NIH), pendonor pria harus memiliki hemoglobin minimal 13,0 g/dL, sementara wanita 12,5 g/dL.
Jika kadar hemoglobin Anda berada di bawah ambang batas ini, Anda tidak diizinkan untuk mendonorkan darah. Sebagai gantinya, Anda disarankan menunggu setidaknya 30 hari untuk memulihkan kadar hemoglobin dan zat besi dalam tubuh.
Gejala Anemia Setelah Donor Darah
Meskipun pemeriksaan ketat dilakukan sebelum donor, beberapa orang tetap bisa mengalami gejala anemia setelah mendonorkan darah, terutama jika kadar zat besi mereka sudah rendah sebelumnya. Beberapa gejala umum anemia meliputi:
Pusing
Kelelahan
Kulit pucat
Tangan dan kaki terasa dingin
Jika Anda merasakan salah satu dari gejala ini setelah mendonorkan darah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Bagaimana Cara Mengatasi Anemia Akibat Donor Darah?
Pengobatan anemia sangat bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Dalam kebanyakan kasus, anemia yang muncul akibat donor darah adalah anemia defisiensi besi.
Pengobatan utama untuk anemia defisiensi besi adalah:
Suplemen Zat Besi
Dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi suplemen zat besi guna mempercepat pemulihan kadar zat besi dalam tubuh.
Mengonsumsi Makanan Kaya Zat Besi
Memperbanyak makanan kaya zat besi juga dapat membantu. Sumber zat besi hewani meliputi daging, ikan, hati, dan kalkun. Sementara sumber nabati mencakup kacang-kacangan, sayuran hijau gelap, dan beberapa jenis biji-bijian.
Menurut NHLBI, memulihkan kadar zat besi dalam tubuh biasanya memerlukan waktu 3 hingga 6 bulan. Sangat penting untuk tidak mendonorkan darah lagi hingga kadar zat besi dan hemoglobin Anda benar-benar pulih.
Untuk kasus anemia yang lebih parah, pengobatan lain mungkin diperlukan, seperti:
Infus zat besi intravena
Transfusi darah
Obat-obatan dan suplemen tambahan
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
Jika Anda merasa pusing, lelah, atau mengalami gejala lain setelah mendonorkan darah, segera temui dokter. Penanganan yang tepat dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebab gejala tersebut dan merancang rencana perawatan yang sesuai.
Donor darah tidak selalu menyebabkan anemia, tetapi bagi mereka yang rutin mendonorkan darah, risiko anemia defisiensi besi dapat meningkat. Hal ini bukan berarti Anda harus berhenti mendonorkan darah, tetapi penting untuk menjaga kesehatan dengan memantau kadar hemoglobin dan zat besi secara teratur.
Donor darah adalah tindakan yang sangat berarti, tetapi pastikan Anda melakukannya dengan aman. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang kondisi kesehatan Anda sebelum dan setelah mendonorkan darah. Dengan langkah yang tepat, Anda dapat tetap membantu sesama tanpa mengorbankan kesehatan diri sendiri.