Begini Cara Diet yang Murah dan Sederhana Menurut Ahli Gizi
Khoirul Anwar SGz, Msi, yang merupakan Ketua Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), menyatakan bahwa penting untuk memperjelas pemahaman mengenai diet.
Diet atau cara mengatur pola makan saat ini tersedia dalam berbagai jenis, terutama yang bertujuan untuk menurunkan berat badan. Beberapa jenis diet mengatur waktu makan, sementara yang lain berbasis pada sayuran dan buah-buahan tanpa daging, ada pula yang membatasi asupan lemak, dan beberapa yang memberikan fleksibilitas dalam mengatur komposisi nutrisi. Pertanyaannya, diet mana yang paling cocok untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
Menanggapi hal tersebut, Ketua Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), Khoirul Anwar SGz, Msi, menjelaskan bahwa penting untuk meluruskan pemahaman tentang diet. "Orang berpikir bahwa diet berarti mengurangi berat badan. Padahal, sebenarnya diet berarti mengatur pola makan. Secara ilmiah, pola makan yang baik itu yang menerapkan gizi seimbang, seperti yang diusung SELARAS," ungkap Khoirul.
-
Apa yang dimaksud dengan makan sehat? Menurut Davis pada dasarnya, makan sehat adalah mengisi tubuh dengan makanan bergizi dan utuh.
-
Kenapa minuman sehat penting saat diet? Ketika Anda sedang menurunkan berat badan, konsumsi makanan dan minuman sehari-hari merupakan hal yang perlu diperhatikan.
-
Bagaimana cara mendapatkan lemak sehat? Namun, penting untuk memilih lemak yang sehat seperti lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda yang ditemukan dalam alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan berlemak, dan minyak zaitun.
-
Bagaimana cara membentuk pola makan sehat yang ideal? Pola makan sehat adalah cara mengatur jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan tujuan tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
-
Kenapa pola makan sehat penting selama liburan? Banyak godaan dan godaan yang bisa menggoda selera, baik dari kuliner lokal, camilan, atau makanan cepat saji. Belum lagi, liburan juga bisa mengganggu rutinitas olahraga dan istirahat yang biasa dilakukan.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan jantung melalui pola makan? Pola makan berperan besar dalam kesehatan jantung Anda. Fokuslah pada konsumsi makanan seimbang yang mengandung buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein rendah lemak, dan lemak sehat.
Nutrisionis tersebut juga menambahkan bahwa SELARAS (Seimbang, Lokal, Alami, Beragam, dan Sadar) merupakan panduan untuk makan sehat dan berkelanjutan yang diciptakan oleh platform yang berfokus pada keberlanjutan pangan, Eathink. "Seimbang dalam hal komposisi zat gizi, menggunakan bahan pangan lokal, meminimalkan zat kimia dalam bahan pangan, mengedepankan keragaman bahan pangan dalam satu piring, dan menerapkan mindful eating," jelas CEO dan Co-founder Eathink, Jaqualine Wijaya, dalam keterangan yang sama.
"Tak perlu dibuat rumit, pola makan sehat dan ramah lingkungan bisa diadopsi dengan mudah tanpa harus mengeluarkan banyak uang," tambahnya. Dengan demikian, masyarakat dapat menerapkan pola makan yang lebih baik dan berkelanjutan tanpa harus merasa terbebani secara finansial.
Pandangan Generasi Muda terhadap Makanan Sehat
Di kalangan sebagian generasi muda, makanan sehat sering kali identik dengan sayuran. Beberapa orang beranggapan bahwa sayuran tidak enak, sehingga mereka cenderung menghindari untuk mengonsumsinya. Hal ini diungkapkan oleh Jaqualine dalam sebuah jurnal. "Ini memperlihatkan bahwa persepsi soal makan sehat belum tentu sama pada setiap orang." Selain itu, Jaqualine juga melakukan survei mengenai gaya hidup berkelanjutan di kalangan anak muda. Survei tersebut mencakup pilihan makanan yang lebih sehat. "Jika ditelusuri, masalahnya lebih pada sistem. Ketika akan memulai kebiasaan sehat yang baru, ada pengaruh dari banyak faktor, misalnya preferensi, lingkungan, dan sistem. Contohnya, di rumah ada orang yang punya pengaruh lebih besar. Orangtua, misalnya, hobi makan gorengan."
Menurut penelitian yang dirangkum oleh Khoirul, tingkat kesadaran Generasi Z mengenai kesehatan makanan cukup tinggi. Mereka cenderung memilih makanan yang tidak hanya sehat tetapi juga ramah terhadap lingkungan. "Namun, dalam praktiknya, hal ini tidak selalu terwujud. Dari segi sikap, mereka lebih memilih makanan yang memberikan dampak positif bagi lingkungan. Beberapa dari mereka sudah menerapkan pola tersebut, sementara yang lain masih belum," jelas Khoirul.
Khoirul juga menjelaskan bahwa meskipun seseorang telah memilih makanan yang sehat, jika konsumsi tidak dilakukan secara optimal, hal tersebut justru dapat mengakibatkan pemborosan zat gizi. "Contohnya, jika porsi protein di piring sudah sesuai dengan kebutuhan, namun hanya setengahnya yang dimakan, maka sisanya akan menjadi limbah makanan. Ini perlu dihindari agar tidak terjadi. Zat gizi yang sudah ada justru terbuang dengan sia-sia," tambah Khoirul.
Diet Tidak Selalu Berarti Harus Menjauhi Makanan yang Sedang Viral
Khoirul menjelaskan bahwa menjalani diet tidak berarti kita harus menghindari makanan yang sedang viral. Dengan adanya media sosial, jenis makanan atau minuman baru dapat dengan mudah menjadi terkenal. Penampilan yang menarik dan antrean yang panjang sering kali menarik perhatian generasi Z untuk mencoba membeli makanan tersebut.
“Kesadaran untuk mengonsumsi makanan sehat tidak berarti kita harus menolak untuk mencoba makanan viral. Rasa ingin tahu untuk mencicipi makanan baru adalah hal yang wajar. Dengan mencobanya, kita akan lebih memahami dan tidak lagi merasa penasaran. Hal positif dari pengalaman ini adalah kita tidak akan menyalahkan makanan tertentu setelah mencobanya,” ujarnya. “Seringkali kita cenderung menyalahkan makanan yang tidak kita ketahui. Namun, ada juga sisi negatifnya, yaitu jika kita terlalu banyak mencoba dan menjadi berlebihan,” tambahnya. Sebagai dosen Program Studi Gizi di Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan Universitas Sahid Jakarta, ia menyarankan agar kita membuat jadwal khusus untuk mencicipi makanan baru, misalnya satu atau dua kali dalam seminggu. Tujuannya adalah untuk sekadar mengenal berbagai jenis makanan.
“Setelah kita melihat dan mencicipi, kita dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari makanan tersebut. Dengan demikian, kita bisa menentukan apakah makanan itu baik untuk kesehatan tubuh kita,” jelasnya.