Bukan Lubang yang Tepat, Ini Bahaya Melakukan Hubungan Anal
Melakukan hubungan seksual dari lubang yang salah seperti seks anal bisa menimbulkan sejumlah bahaya kesehatan bagi tubuh kita.
Dalam beberapa dekade terakhir, diskusi tentang hubungan seksual semakin terbuka, termasuk topik yang sering dianggap tabu, yaitu hubungan anal. Meskipun ada anggapan bahwa praktik ini aman jika dilakukan dengan benar, risikonya tetap nyata dan sering kali diremehkan.
Berbagai penelitian dan panduan medis menekankan pentingnya memahami potensi bahaya dari hubungan anal, terutama jika tidak dilakukan dengan tindakan pencegahan yang tepat.
-
Apa saja bentuk kekerasan seksual yang bisa dialami anak? Bentuk kekerasan seksualnya pun bermacam-macam. Korban dapat mengalami tiga jenis kekerasan yang berbeda yakni melalui dilakukannya kekerasan fisik, secara ucapan (verbal) dan non-verbal.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan seksual? Korban penyandang disabilitas tidak bisa berteriak atau menolak. Dia merasa takut dan ketergantungan," katanya.
-
Bagaimana rangsangan payudara memengaruhi gairah seksual wanita? Sebuah penelitian oleh Roy Levin dari University of Sheffield dan Cindy Meston dari University of Texas menemukan bahwa merangsang payudara atau puting payudara meningkatkan gairah seksual sekitar 82 persen dari wanita yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
-
Apa saja titik-titik rangsangan yang bisa memicu gairah seksual? Dalam hubungan intim, ada banyak cara untuk meningkatkan gairah dan kenikmatan, salah satunya adalah dengan menyentuh area tertentu di tubuh yang dikenal sebagai zona erogen. Zona erogen adalah area tubuh yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual dan dapat menimbulkan sensasi kenikmatan atau rangsangan ketika disentuh. Mengetahui titik-titik ini tidak hanya akan membuat pengalaman bercinta menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga membantu kita lebih mengenal tubuh pasangan dengan lebih baik.
-
Dimana kekerasan seksual itu terjadi? Tersangka melakukan kekerasan seksual di sekitar rumah dan di kebun.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan seksual? Video itu berisikan pengakuan dan permintaan maaf seorang pria atas pelecehan seksual yang dilakukannya.
Salah satu masalah utama yang perlu diperhatikan dalam hubungan anal adalah peningkatan risiko infeksi bakteri. Tidak seperti vagina yang memiliki sistem pelumasan alami, anus tidak memiliki kemampuan tersebut.
Ini menyebabkan peningkatan gesekan yang dapat merusak jaringan kulit halus di sekitar anus. Luka-luka kecil ini, meskipun sering tidak terasa, dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri yang terdapat di dalam feses. Infeksi kulit yang mendalam, atau abses anus, dapat berkembang sebagai akibat dari bakteri yang masuk melalui robekan tersebut. Infeksi ini biasanya memerlukan perawatan medis serius, seperti antibiotik.
Dilansir dari Medical News Today, bakteri bukan satu-satunya ancaman. Hubungan anal juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual (PMS). CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyebut bahwa "hubungan anal merupakan perilaku seksual berisiko tertinggi untuk penularan HIV" dibandingkan dengan jenis hubungan seksual lainnya, seperti vaginal atau oral.
Risiko ini terutama tinggi pada pasangan yang menerima penetrasi, yang disebut sebagai "bottom partner," karena jaringan anus lebih rentan robek, membuka peluang bagi virus untuk masuk ke tubuh. Infeksi lain seperti klamidia, gonore, hepatitis, herpes, dan HIV juga lebih mudah menyebar melalui praktik ini.
Meskipun mungkin tidak sepopuler risiko PMS dan infeksi bakteri, hubungan anal juga dapat memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada, seperti wasir. Wasir, yaitu pembengkakan pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus, dapat menjadi lebih teriritasi akibat tekanan selama hubungan anal. Ini dapat menyebabkan rasa gatal, perdarahan, dan nyeri. Sementara hubungan anal biasanya tidak menyebabkan wasir, ia dapat memperburuk kondisi yang sudah ada, sehingga membuat penderita merasa lebih tidak nyaman.
Hubungan Anal Miliki Risiko Kehamilan
Sebuah mitos yang perlu diungkapkan adalah anggapan bahwa kehamilan tidak mungkin terjadi akibat hubungan anal. Faktanya, meskipun kecil kemungkinannya, sperma dapat masuk ke vagina setelah hubungan anal jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan. Oleh karena itu, tetap penting untuk menggunakan kondom tidak hanya untuk mencegah PMS, tetapi juga sebagai cara untuk mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan.
Lebih serius lagi, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, hubungan anal dapat menyebabkan komplikasi serius seperti fistula. Fistula adalah kondisi ketika robekan di anus atau rektum semakin membesar, menyebabkan koneksi yang tidak normal antara rektum dengan bagian tubuh lain. Ini memungkinkan feses, yang kaya akan bakteri, untuk masuk ke bagian tubuh yang seharusnya steril, sehingga berpotensi menyebabkan infeksi berbahaya yang memerlukan tindakan bedah.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2016 dalam American Journal of Gastroenterology menemukan bahwa ada potensi hubungan antara hubungan anal dan inkontinensia fekal. Studi ini meneliti lebih dari 4.000 orang dewasa dan menemukan bahwa mereka yang melaporkan pernah melakukan hubungan anal memiliki tingkat inkontinensia fekal yang sedikit lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah melakukannya. Namun, para ahli masih memperdebatkan kesimpulan ini, mengingat banyak faktor lain yang mungkin memengaruhi kondisi tersebut.
Dengan begitu banyak risiko yang terkait dengan hubungan anal, penting untuk memahami bahwa tindakan pencegahan sangat diperlukan. Penggunaan pelumas berbasis air, sangat dianjurkan untuk mengurangi gesekan dan risiko robekan kulit.
Menghindari pelumas berbasis minyak seperti petroleum jelly juga penting, karena dapat merusak kondom lateks dan meningkatkan risiko penularan PMS. Menggunakan kondom, serta berhenti segera jika ada rasa sakit atau ketidaknyamanan, adalah langkah-langkah penting lainnya dalam mengurangi risiko.
Meskipun bagi beberapa orang, hubungan anal bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan, risikonya tidak boleh diabaikan. "Hubungan anal bukanlah tindakan tanpa bahaya," sebagaimana dinyatakan oleh berbagai penelitian medis.
Komunikasi yang baik dengan pasangan dan pengertian tentang batasan tubuh masing-masing adalah kunci untuk memastikan bahwa hubungan seksual tetap aman dan menyenangkan. Pada akhirnya, setiap individu harus mempertimbangkan risiko ini dengan serius sebelum memutuskan untuk terlibat dalam praktik ini.