Coba Konsumsi Makanan Pemicu Alergi Harus Dilakukan dengan Ekstra Hati-hati
Dalam mencoba konsumsi manyak pemicu alergi, seseorang perlu sangat berhati-hati.
Sebagian penderita alergi makanan, kadang mencoba melawan atau mengatasi alerginya dengan konsumsi makanan pemicunya. Hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Coba Konsumsi Makanan Pemicu Alergi Harus Dilakukan dengan Ekstra Hati-hati
Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, SpPD-KAI, menekankan pentingnya hati-hati dalam mencoba desensitisasi makanan bagi individu dengan alergi. Desensitisasi makanan adalah tindakan mengonsumsi zat pemicu alergi dengan jumlah sedikit dan terkendali secara berangsur untuk mengurangi potensi munculnya reaksi alergi.
-
Apa yang dimaksud dengan alergi makanan? Alergi makanan merupakan alergi ketika sistem imun tubuh mengira bahwa protein dari beberapa makanan dianggap sebagai suatu ancaman yang berbahaya.
-
Apa saja bahan makanan yang termasuk kategori alergen? Berikut ini sejumlah bahan makanan yang dikategorikan sebagai alergen oleh Badan POM. -Bahan mengandung gluten seperti sereal, rye, barley -Kerang-kerangan dan hasil olahannya -Telur dan hasil olahannya -Ikan dan hasil olahannya -Kacang tanah, kedelai, dan hasil olahannya -Susu dan hasil olahannya (termasuk laktosa) -Tree nuts dan hasil olah kacang -Sulfit (>10 ppm)
-
Bagaimana alergi makanan bisa terjadi? Alergi makanan merupakan sebuah reaksi yang muncul ketika sistem imun tubuh bereaksi secara berlebihan karena protein makanan. Hal ini menyebabkan tubuh menganggap makanan jenis ini sebagai substansi yang berbahaya bagi tubuh.
-
Apa saja gejala alergi makanan yang umum dialami? Secara umum, ada beberapa gejala alergi makanan yang sering dialami penderita, di antaranya: Biduran Salah satu gejala alergi makanan yang paling umum adalah biduran atau urtikaria. Reaksi alergi ini ditandai dengan munculnya benjolan berwarna merah atau bercak di kulit.
-
Kapan gejala alergi makanan biasanya muncul? Gejala alergi makanan biasanya muncul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan alergen.
-
Siapa saja yang bisa mengalami alergi makanan? Menurut data dari [Badan Kesehatan Dunia (WHO)], sekitar 3-4% orang dewasa dan 6-8% anak-anak di seluruh dunia mengalami alergi makanan.
Anshari menyoroti bahwa prosedur ini harus dilakukan dengan memperhatikan nasihat dokter.
"Hal itu ada tekniknya sendiri dan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Misalnya, diatur berapa diberikan makanannya dan berapa lama intervalnya," ujar Anshari beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Meskipun cara pencegahan utama alergi adalah menghindari pemicunya, banyak individu dengan alergi yang masih ingin menikmati makanan yang mungkin memicu reaksi alergi. Anshari menegaskan, jika reaksi alergi yang muncul masih ringan, desensitisasi makanan bisa dipertimbangkan, tetapi dengan sangat hati-hati. Konsultasi dengan dokter diperlukan sebelum mencoba langkah tersebut.
"Kalau reaksi alerginya berat, sebaiknya jangan lakukan, dan di kasus tertentu bahkan tidak boleh," tambah Anshari.
Ia menekankan bahwa zat alergen harus tetap dihindari oleh individu dengan reaksi alergi berat. Konsumsi pemicu alergi oleh mereka dapat menyebabkan anafilaksis, yang dapat menimbulkan sesak napas atau syok yang mengancam nyawa.
Meskipun alergi mungkin tidak bisa sembuh total, Anshari menyatakan bahwa kondisinya bisa dikontrol dengan menjaga pola hidup, seperti menghindari pemicunya, dan mengonsumsi obat-obatan yang meredam reaksi alergi.
- Ciri-ciri Alergi Makanan dan Komplikasinya, Jangan Dianggap Remeh
- Efek Samping Makan Mangga Terlalu Banyak, Bisa Picu Alergi hingga Gangguan Lambung
- Kenali Gejala Alergi yang Bisa Muncul dari Karmin dan Pewarna Makanan Lainnya
- Apa Arti 'Mungkin Mengandung' dan 'Mengandung' dalam Tabel Komposisi Bahan Makanan Kemasan?
"Alergi mungkin tidak bisa dibilang bisa sembuh total, tapi bisa dikendalikan dengan pola hidup atau obat-obatan," kata Anshari.
Selain itu, Anshari menyarankan menjaga kebersihan lingkungan rumah, terutama dari polusi, untuk mencegah penghuninya, khususnya anak-anak, dari mengidap alergi. Tetap menjaga lingkungan bersih dapat menjadi langkah preventif yang efektif untuk mendukung kesehatan individu dengan sensitivitas alergi.