Dari COVID-19 Hingga Nipah, Mengapa Kelelawar Bisa Menjadi Penyebar Munculnya Virus?
Kelelawar merupakan hewan yang menjadi penyebab dari peredaran sejumlah virus yang berbahaya.
Dari COVID-19 Hingga Nipah, Mengapa Kelelawar Bisa Menjadi Penyebar Munculnya Virus?
Beberapa waktu lalu, negara bagian Kerala di India mengalami lockdown. Namun kali ini penyebabnya bukanlah persebaran COVID-19, melainkan karena virus Nipah.
Pada persebaran ini, kelelawar dicurigai sebagai penyebab dari persebaran penyakit ini. Sebagai salah satu mamalia, kelelawar merupakan salah satu hewan yang dikerahui bisa menjadi penyebab penyebaran virus dan infeksi yang ganas, seperti virus Ebola, Marburg, dan Nipah.Dilansir dari Kemenkes, dijelaskan bahwa virus Nipah ini bisa menjadi penyebab munculnya penyakit emerging zoonotik. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik, dengan kelelawar buah sebagai host alamiahnya.
Ada beberapa alasan ilmiah yang menjelaskan mengapa kelelawar bisa menjadi reservoir alami bagi berbagai virus yang berpotensi mematikan bagi manusia. Dilansir dari Science.org, Mengapa kelelawar memiliki reputasi buruk ini dalam penyebaran penyakit berbahaya?
-
Apa saja gejala awal dari virus Nipah? Penyakit ini awalnya muncul sebagai demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, dan sering kali disertai tanda-tanda penyakit pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.
-
Apa saja gejala awal infeksi virus Nipah? Penyakit ini awalnya ditandai dengan demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, dan seringkali disertai dengan gejala pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.
-
Bagaimana cara virus Nipah ditularkan antar manusia? Virus Nipah adalah jenis virus yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis). Virus ini berbahaya karena bisa ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.
-
Kapan gejala virus Nipah biasanya muncul? Ciri-ciri atau gejala infeksi biasanya muncul dalam 4-14 hari setelah terpapar virus.
-
Apa yang menjadi sumber asli penyebaran virus Nipah? Kemudian para peneliti menentukan bahwa kelelawar adalah sumber aslinya, yang menularkan virus tersebut ke babi.
-
Siapa yang berisiko tertular virus Nipah? Pada wabah NiV pertama yang diketahui, manusia bisa tertular melalui kontak dekat dengan babi yang terinfeksi.
Keanekaragaman Spesies Kelelawar
Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
Sistem Kekebalan yang Unik
Salah satu teka-teki yang belum terpecahkan adalah mengapa sistem kekebalan kelelawar tampaknya memungkinkan mereka bertahan dari serangan virus yang mematikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelelawar memiliki respons imun yang berbeda dari mamalia lainnya, yang mungkin memungkinkan mereka menjadi tuan rumah bagi virus-virus ini tanpa menjadi sakit.
Perilaku Sosial
Kelelawar sering hidup dalam koloni besar, yang menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran virus. Ketika banyak individu berkumpul dalam ruang yang sempit, seperti gua kelelawar, virus dapat dengan mudah ditularkan dari satu individu ke individu lainnya melalui kontak fisik atau saluran pernapasan. Seiring dengan itu, dalam beberapa kasus, feses dan air liur kelelawar juga dapat mengandung virus yang dapat menyebabkan infeksi jika terpapar oleh manusia.
Perpindahan yang Cepat
Kelelawar adalah hewan yang dapat berpindah tempat dengan cepat. Mereka dapat menempuh jarak jauh dalam waktu singkat, yang memungkinkan penyebaran virus dari satu wilayah ke wilayah lain dengan relatif mudah. Ini adalah faktor penting dalam penyebaran penyakit seperti virus Nipah, yang telah menyebabkan wabah di berbagai negara di Asia Tenggara.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature memberikan dukungan lebih lanjut untuk hipotesis bahwa kelelawar adalah penyebab penyebaran virus dan infeksi yang ganas. Penelitian tersebut melibatkan analisis data dari 586 virus yang diketahui menginfeksi mamalia, yang ditemukan pada 754 spesies mamalia. Dalam analisis ini, para peneliti memperhitungkan faktor-faktor seperti ukuran tubuh, area geografis yang ditempati, dan jumlah publikasi ilmiah yang terkait dengan setiap spesies mamalia.
Hasilnya mengungkapkan bahwa kelelawar memiliki proporsi yang signifikan lebih tinggi dalam membawa virus zoonosis (virus yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia) daripada mamalia lainnya. Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah virus zoonosis dalam populasi, kelelawar tetap menjadi hewan yang paling rentan membawa virus-virus berbahaya.
Studi ini juga memperkirakan bahwa setiap spesies kelelawar memiliki sekitar 17 virus zoonosis yang belum ditemukan, sementara spesies mamalia lainnya seperti hewan pengerat dan primata memiliki sekitar 10 virus zoonosis yang belum teridentifikasi.
Kelelawar Tak Harus Dimusnahkan
Meskipun peran kelelawar dalam penyebaran virus patogen menjadi sorotan, penting untuk diingat bahwa mereka juga memberikan kontribusi positif yang signifikan dalam ekosistem kita.
Kelelawar adalah pemangsa serangga yang efisien, membantu mengendalikan populasi serangga yang dapat merusak tanaman pertanian. Selain itu, mereka berperan sebagai penyerbuk bagi berbagai jenis tumbuhan, membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada kondisi persebaran virus Nipah ini, penting bagi kita untuk menjaga jarak dari kelelawar dan habitat alam mereka untuk mencegah penyebaran virus-virus berbahaya ke populasi manusia.