Faktor Gaya Hidup dan Malas Gerak Buat Diabetes Semakin Rentan Dialami Pasien Usia Muda
Perubahan gaya hidup yang terjadi pada masyarakat saat ini menyebabkan diabetes mulai dialami seseorang sejak muda.
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, dengan 19,5 juta penderita pada tahun 2021. Angka ini diprediksi akan mencapai 30 juta pada tahun 2030.
Yang lebih mengkhawatirkan, peningkatan kasus diabetes di Indonesia kini tidak hanya dialami oleh kalangan lanjut usia, tetapi juga oleh generasi muda. Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat menjadi penyebab utama fenomena ini.
-
Apa saja gejala diabetes di usia muda? Mulai dari sering merasa haus saat cuaca tidak panas atau tidak berkeringat, mudah lelah meskipun sudah mendapatkan tidur dan istirahat cukup, hingga berat badan yang berkurang secara tiba-tiba.
-
Bagaimana cara mencegah diabetes di usia muda? Jaga Berat Badan Tetap Ideal: hal ini penting karena obesitas menjadi pemicu remaja terkena diabetes tipe 2.
-
Kenapa diabetes bisa menyerang di usia muda? Kondisi kelebihan berat badan hingga pola hidup yang kurang sehat seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food, sering mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula tinggi, hingga kurang gerak karena terlalu banyak rebahan bisa jadi pemicu kondisi tersebut.
-
Kenapa anak dengan diabetes tipe 2 cenderung gemuk? Hampir 80 persen anak-anak diabetes tipe 2 adalah obesitas.
-
Mengapa gigi goyang bisa jadi tanda awal diabetes? "Karena pada pasien yang gulanya tinggi terjadi perubahan dari gusi, seperti terangkat, membengkak sehingga giginya goyang," terang Soebagijo dilansir dari Antara.
Penyebab dan Gejala Diabetes
Pada Juncto Lite Podcast, dr. Richard Suwandi, Sp.D dari RS EMC Pekayon menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit yang telah ada sejak lama. Namun, meskipun kemajuan dunia kedokteran terus berkembang, jumlah kasus diabetes justru semakin meningkat.
“Diabetes ini sebenarnya penyakit dari zaman dulu ya, sudah lama banget yang seiring dengan kemajuan dunia kedokteran itu, bukannya berhasil kita tangani malah makin nambah kasusnya,” terang dr. Richard pada Merdeka.com.
Penyakit diabetes sangat erat kaitannya dengan pola hidup dan pola makan. Menurut dr. Richard, diabetes terbagi dalam beberapa stadium dan yang berbahaya adalah stadium awal yang sering kali tidak menunjukkan gejala.
“Gejala-gejala awal ini yang menjadi bahaya memang tidak ada gejala. Pasien yang mengalami diabetes-diabetes stadium awal itu biasa enggak punya keluhan, enggak punya apa-apa ya, dan kadang-kadang ada yang tidak sadar kalau mereka ini menderita diabetes,” tambahnya.
Ini sangat berbahaya karena proses komplikasi atau kerusakan akibat kadar gula darah yang tinggi sudah mulai terjadi meskipun tidak ada gejala yang jelas. Jika tidak dikendalikan dengan tepat, dalam waktu 5 sampai 10 tahun, diabetes dapat menyebabkan komplikasi serius.
Perubahan Tren Usia Penderita Diabetes
Dr. Richard juga mengungkapkan bahwa di masa lalu, diabetes biasanya dialami oleh orang yang berusia di atas 45 tahun. Namun, saat ini semakin banyak pasien yang berusia di bawah 30 tahun yang didiagnosis dengan diabetes.
“Sekarang ini kita ini sebagai praktisi lapangan itu udah biasa kalau menemukan pasien usia di bawah 30 tahun dengan diabetes udah biasa. Sudah cukup sering. Yang paling muda sebagai pengalaman saya sendiri ya, saya pernah dapat anak-anak usia 14 tahun kena diabetes,” ujarnya.
Kasus diabetes pada usia muda ini seringkali didiagnosis sebagai diabetes tipe 2, yang biasanya disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, bukan karena faktor genetik seperti diabetes tipe 1.
“Tidak ada istilah tiba-tiba diabetes itu. Tidak ada. Pasti ada fase prediabetes yang biasa enggak disadarin karena enggak ada gejalanya, makanya bahaya sekali penyakit ini,” jelas dr. Richard.
Faktor Gaya Hidup sebagai Penyebab Diabetes
Faktor gaya hidup memegang peranan penting dalam meningkatnya kasus diabetes. Dr. Richard menjelaskan bahwa perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari sangat berpengaruh.
“Kalau zaman dulu kita mau makan kita mesti jalan kaki ke warteg. Kita mesti beli dari warteg, setelah makan kita mesti jalan kaki balik ke rumah. Zaman sekarang enggak, semua dengan online,” ungkapnya.
Aktivitas fisik yang minim, seperti menggunakan kendaraan pribadi atau umum, duduk sepanjang hari di kantor, dan gaya hidup yang sedentari lainnya, membuat asupan gula yang tinggi tidak terpakai dengan baik oleh tubuh.
“Asupan gulanya makin tinggi, penggunaannya enggak ada. Gap-nya ini nih yang lama-lama akan jadi penyakit karena kita punya surplus karbohidrat yang tidak dipakai tidak ada, tidak digunakan. Nah ini lama-lama akan menjadi penyakit,” tambah dr. Richard.
Selain itu, jenis karbohidrat yang dikonsumsi juga berperan penting. Karbohidrat sederhana yang mudah diserap tubuh dapat meningkatkan risiko diabetes lebih tinggi dibandingkan karbohidrat kompleks.
“Karena semua yang kita makan akan langsung masuk ke dalam darah. Semua langsung dalam sekejap gula darah kita itu akan langsung tinggi sekali,” jelasnya.
Menghadapi Ancaman Diabetes pada Usia Muda
Untuk mengatasi masalah ini, perubahan gaya hidup menjadi kunci utama. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, serta meningkatkan aktivitas fisik adalah langkah penting untuk mencegah diabetes. Dr. Richard menekankan pentingnya kontrol dalam konsumsi makanan.
“Yang menjadi masalah selain makanan kita yang sudah kelewatan manisnya adalah jumlah makanan yang kita makan memang sudah kebanyakan. Jadi jangan. Sebaiknya kalau misalnya yang tidak perlu ya jangan. Kalau bisa minum air, kenapa kita harus minum air gula?” ujarnya.
Diabetes bukanlah penyakit yang datang secara tiba-tiba, melainkan hasil dari gaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan makan yang buruk. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mulai menerapkan gaya hidup sehat sejak dini. Dengan begitu, kita bisa mengurangi risiko terkena diabetes dan komplikasi yang menyertainya.