Jam Tidur Bayi yang Tak Konsisten Sebaiknya Tidak Jadi Kekhawatiran Orangtua
Penelitian yang dilakukan Professor Marie-Helene Pennestri dari McGill University, peneliti menyarankan orangtua untuk melihat tidur ini sebagai sebuah proses dan bukan tujuan di usia tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap 44 balita selama periode dua minggu.
Banyak orangtua terutama orangtua baru yang berharap bayi mereka bisa tetap terlelap sepanjang malam. Hal ini biasanya dialami ketika mereka mencapai usia enam bulan.
Dilansir dari Medical Xpress, penelitian yang dilakukan Professor Marie-Helene Pennestri dari McGill University, peneliti menyarankan orangtua untuk melihat tidur ini sebagai sebuah proses dan bukan tujuan di usia tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap 44 balita selama periode dua minggu.
-
Bagaimana bayi bisa mengalami kejang saat tidur? "Bayi memiliki sistem saraf yang tidak matang, dan gerakan mereka bahkan lebih tidak terkoordinasi selama tidur daripada saat mereka bangun. Gerakan gemetar ini tidak jauh berbeda dengan yang kita alami sebagai orang dewasa saat kita merem melek," terang Michael Zimbric, M.D., ahli saraf anak di Rumah Sakit Anak Rady di San Diego.
-
Bagaimana cara mengatasi regresi tidur pada bayi? Kesulitan tidur pada anak adalah masalah umum yang dihadapi oleh banyak orang tua. Beberapa langkah-langkah berikut dapat membantu Anda mengatasi masalah ini: 1. Menjaga rutinitas tidur yang konsisten: Bunda perlu mengatur jadwal tidur anak yang teratur, termasuk waktu tidur yang sama setiap malam. Hal ini akan membantu tubuh anak terbiasa untuk tidur pada waktu yang sama setiap hari. 2. Membuat suasana tidur yang nyaman: Pastikan bahwa tempat tidur anak nyaman dan gelap. Bunda juga bisa mencoba untuk menggunakan suara putaran kipas atau musik instrumental yang lembut sebagai latar belakang tidur. 3. Menjaga kegiatan fisik: Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu anak merasa lelah di malam hari. Bunda dapat mengajak anak bermain di luar rumah atau melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan seperti bersepeda atau bermain bola. 4. Menerapkan ritual tidur: Menjalankan rutinitas sebelum tidur seperti membaca buku bersama, menyanyikan lagu tidur, atau berbicara tentang hari yang telah berlalu dapat membantu menenangkan pikiran anak sebelum tidur. 5. Menghindari stimulasi sebelum tidur: Bunda sebaiknya menghindari memberikan makanan atau minuman yang mengandung kafein atau gula tinggi serta menghindari penggunaan layar gadget atau menonton TV sebelum tidur. 6. Membantu anak mengatasi kecemasan sebelum tidur: Jika anak cenderung cemas atau takut saat hendak tidur, Bunda dapat mempertimbangkan untuk membiarkan anak membawa benda kesayangan, seperti boneka, yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman.
-
Bagaimana cara mengatasi anak yang sering tidur larut malam? Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi kebiasaan anak tidur larut malam:Menerapkan kedisiplinan anak sejak dini. Anda dapat menetapkan jadwal tidur yang konsisten untuk anak dan mengajaknya untuk mematuhinya. Jika anak melanggar jadwal, berikan konsekuensi yang sesuai, seperti mengurangi waktu bermain atau menonton televisi.
-
Kenapa perut terasa sakit saat bangun tidur? Rasa sakit berupa mulas untuk buang air besar di pagi hari sebenarnya adalah hal normal. Kondisi perut bergemuruh juga normal karena pagi hari merupakan waktu saat perut kosong dan sarapan sehingga kerap muncul rasa kembung dan mual di pagi hari.
-
Apa saja penyebab utama insomnia pada anak? Penyebab insomnia pada anak bisa beragam, mulai dari faktor psikologis hingga faktor lingkungan.
-
Tidur larut malam bisa bikin anak gampang sakit, kenapa ya? Anak yang tidur larut malam bisa mengalami penurunan pada sistem kekebalan tubuh mereka, yang membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Diketahui bahwa pola tidur bisa sangat berbeda bukan saja pada setiap bayi. Hal ini juga bisa berbeda pada seorang bayi dari satu malam ke malam lainnya.
Peneliti meminta ibu untuk membuat buku harian tidur pada bayi mereka yang berusia enam bulan selama dua minggu. Secara rata-rata, ibu melaporkan buah hati mereka tidur selama enam jam terus-menerus selama lima malam dari empat belas hari yang ada. Selama tiga malam, ibu melaporkan bayi tidur selama delapan jam berturut-turut. Hampir setengah bayi tidak pernah tidur selama delapan jam berturut-turut.
"Walau penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa balita mulai tidur terus-menerus sepanjang malam pada tahapan perkembangan yang berbeda, hanya sedikit yang diektahui mengenai pola tidur individual dari malam ke malam," terang Pennestri.
Dampak Menyusui dan Tidur Bersama
Peneliti juga menemukan bahwa sejumlah praktik parental berhubungan dengan berbagai variabel pada pola tidur. Sebagai contoh, menyusui dan tidur bersama berhubungan dengan lebih banyak variabel pada pola tidur dari malam ke malam.
Walau temuan ini cukup konsisten dengan penelitian lain, peneliti mencatat bahwa faktor lain bisa menjelaskan kemunculannya. Sebagai contoh, seorang ibu menyusui dan tidur menemani bayi mereka cenderung lebih mudah mengenali saat bayi mereka tidur walau mereka tidak terbangun karena masalah atau gangguan.
"Orangtua sering terpapar informsi yang saling berkebalikan mengenai tidur balita. Mereka seharusnya tidak terlalu khawatir ketika bayi mereka tidak tidur sepanjang malam pada usia tertentu karena pola tidur bisa sangat berbeda pada saat balita," terang Pennestri.
(mdk/RWP)