Balap Kuda Tradisional Jeneponto, Hiburan Rakyat Sejak Zaman Kerajaan Gowa
Kuda berpacu sekencang-kencangnya melintasi arena lintasan balap kuda. Sederhana dan seadanya, inilah kata yang dapat menggambarkan pacuan kuda tradisional di Jeneponto yang menjadi ciri khas warganya. Uniknya kuda menjadi jati diri masyarakat Jeneponto sejak zaman Kerajaan Gowa
Melaju bersama angin, kuda-kuda Jeneponto ini melintas di jalur berpasir dan becek bekas hujan semalam. Bukan sebuah turnamen kejuaraan, namun hanya sebatas hiburan rakyat. Keseruan balap kuda tradisional ini sudah menjadi tradisi bagi warga masyarakat Desa Kampala, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Tradisi balap kuda bermula dari zaman kerajaan Gowa yang sudah akrab dengan hewan kuda sebagai moda transportasinya. Keakraban masyarakat kerajaan Gowa juga terbukti bahwa kuda dijadikan sebagai hewan peliharaan. Yang pada waktu luang menjadi hiburan mereka di arena pacuan kuda.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan tradisi Mubeng Beteng dimulai? Prosesi topo bisu mubeng beteng biasanya dimulai pada malam satu Suro pukul 21.00 WIB.
-
Di mana tradisi Tabuik berkembang? Tradisi Tabuik ini mulai berkembang hingga ke berbagai daerah mulai dari Bengkulu, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil.
-
Bagaimana proses pelaksanaan tradisi Tabot di Bengkulu? Upacara Tabot dimulai dengan pengambilan tanah sebelum 1 Muharram. Kemudian dilanjutkan dengan ritual Duduk Penja, yang melibatkan proses penyucian benda yang disebut Penja. Proses ketiga adalah Menjara, merupakan salah satu tahapan yang menghadirkan elemen persaudaraan dan kebersamaan dalam perayaan. Bagian penting dari tradisi Tabot adalah Malam Arak Jari-jari dan Arak Sorban pada tanggal 7 Muharram. Dilanjut tanggal 9 Muharram pelaksanaan Tabot mencapai Hari Gam, yaitu momen ketika keheningan mencakup seluruh perayaan, menandakan keseriusan dan penghormatan kepada tradisi Tabot. Lalu masih banyak proses lainnya yang dilangsungkan hingga tanggal 10 Muharram.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Biasanya, tradisi ini digelar pada Hari Jumat Kliwon di bulan Agustus.
Kearifan lokal ini kemudian secara turun temurun dipertahankan sebagai bukti kebiasaan atau budaya masyarakat Jeneponto.
©2021 Merdeka.com/Saldarsahrim
Tak heran Jeneponto dijuluki sebagai Kota Kuda. Di Kabupaten ini sangat mudah dijumpai hewan kuda serta perlombaan pacuan kuda. Bermula dari perlombaan tradisional hingga diangkat oleh pemerintah setempat dalam ajang pacuan kuda yang terbuka untuk umum.
Meski begitu, tak dapat mengalihkan bahwa memacu kuda untuk berlari sudah menjadi tradisi masyarakat Jeneponto sedari kecil. Anak-anak turut andil dalam seluk beluk perlombaan pacuan kuda tradisional Jeneponto.
Tak jarang, anak-anak dipilih para pemilik kuda sebagai joki mereka. Anak-anak dilibatkan karena memiliki bobot yang ringan sehingga laju kuda semakin kencang.
©2021 Merdeka.com/Saldarsahrim
Terlepas dari bakat anak-anak Jeneponto yang mahir berkuda, di baliknya ada risiko yang harus ditanggung. Tak heran dalam perlombaan anak kerap jatuh dari kuda bahkan terpental. Kondisi yang sama juga berlaku para joki dewasa. Minimnya peralatan keselamatan membuat risiko cedera seperti memar hingga patah tulang merupakan hal yang biasa.
Faktor perlengkapan seolah bukanlah suatu kewajiban. Bahkan para joki balap kuda tak menggunakan pelana. Bak penunggang handal, mereka dengan mudah mengendalikan kuda hanya dengan seutas tali pada kepala kuda.
Sebuah keunikan yang memperlihatkan kuda sebagai hewan yang lekat dengan masyarakat Jeneponto, di saat berbagai pacuan kuda menerapkan keamanan dengan level yang tinggi.
©2021 Merdeka.com/Saldarsahrim
Masyarakat yang menonton juga turut memeriahkan keseruan pacuan kuda tradisional di Jeneponto. Tak ada tribun sebagai tempat duduk untuk memantau laju kuda di kejauhan. Mengatasinya, tua muda, hingga anak-anak rela memanjat pohon untuk mendapatkan view yang lebih jelas.
Budaya tradisi pacuan kuda ini seolah sudah menjadi hiburan masyarakat. Pacuan kuda seperti ini biasa dijumpai pada akhir pekan sebagai sarana rekreasi.
©2021 Merdeka.com/Saldarsahrim
Meskipun para joki menggunakan alat seadanya dalam pacuan kuda ini, mereka terlihat sangat terampil dan semangat melintasi arena pacuan sederhana dengan panjang lintasan sekitar 600 meter yang dibangun oleh warga.
Layaknya sebagai arena berlatih, lapangan pacuan kuda ini sering dipakai penunggang kuda lokal di Jeneponto. Pasalnya, pemerintah setempat telah mengadakan rutinitas pacuan kuda Jeneponto yang digelar satu tahun sekali.
Tentu ada hadiah yang diperebutkan untuk menyabet gelar juara pacuan kuda tradisional di Jeneponto, Sulawesi Selatan.