Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien, Mengenang Perjuangan Sang Pertiwi untuk Aceh
Rumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Rumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien, Mengenang Perjuangan Sang Pertiwi untuk Aceh
Setiap jasa dan pengorbanan para pahlawan nasional tentu akan dikenang sepanjang masa, baik itu dalam bentuk tulisan atau benda peninggalan. Berbicara soal benda peninggalan pasti tidak lepas dari museum, salah satunya Rumah Cut Nyak Dien ini. (Foto: Wikipedia)
-
Apa ciri khas halaman rumah Belanda? Halaman yang Luas dan Asri Pekarangan rumah yang luas menjadi salah satu ciri khas model rumah ala zaman kolonial. Walaupun model halaman rumah seperti ini mengingatkan kamu pada film film horor, namun apabila kamu menyukai suasana vintage, kamu dapat memasukan ini ke dalam list model rumah masa depan.
-
Di mana Gedung Cerutu terletak di Kota Tua Surabaya? Mengutip Liputan6.com, ada dua bangunan cagar budaya di Kota Tua Surabaya kawasan Jalan Rajawali.Pertama, Gedung Cerutu.
-
Kapan Rumah Singgah Sultan Siak Sri Indrapura dibangun? Dikabarkan bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1895, bisa diperkirakan bangunan ini sudah lebih dari ratusan tahun.
-
Bagaimana Cut Nyak Meutia dan Teuku Chik Tunong melawan penjajah Belanda? Cut Meutia dan Teuku Chik Tunong bergerilya bersama-sama melawan penjajah Belanda mulai tahun 1901 di daerah Meunasah Meurandeh Paya.
-
Kapan museum Rumah Kelahiran Buya Hamka diresmikan? Rumah Buya Hamka ini resmi dibangun kembali pada tahun 2000 dan diresmikan oleh Gubernur Sumatra Barat saat itu, Zainal Bakar setahun sesudahnya.
-
Siapa yang memimpin pasukan Aceh bersama Teuku Umar melawan Belanda? Panglima Polem bersama dengan 400 pasukannya memutuskan untuk bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan tentara Belanda.
Rumoh Cut Nyak Dien atau Museum Cut Nyak Dien ini terletak di Gampong, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Bangunan ditujukan untuk mengenang jasa-jasa sang pertiwi dalam melawan penjajah Belanda demi mempertahankan tanah kelahirannya.
Cut Nyak Dien dikenal sebagai sosok yang gigih dan tidak gentar menghadapi para tentara Belanda. Tak heran jika wanita yang satu ini begitu dihormati dan diidolakan oleh masyarakat Aceh bahkan seluruh Indonesia.
Jadi Tempat Tinggal
Bangunan ini dulunya menjadi tempat tinggal Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Maka sulit dipungkiri jika bangunan museum ini menjadi simbol perjuangan dalam melawan pemerintah kolonial di Tanah Rencong.
Teuku Umar secara tiba-tiba menyerah terhadap Belanda, ia menyerahkan diri kepada Gubernur Sipil dan Militer Kolonel C. Deijkerhooff di Kutaraja. Penyerahan dirinya ini sangat direspons baik oleh Belanda, bahkan Teuku Umar diangkat menjadi salah satu pimpinan perang melawan rakyat Aceh sendiri.
Selain itu, Teuku Umar juga dimanjakan dengan jabatan Panglima Perang Besar, mendapatkan gaji setiap bulannya, serta mendapatkan sebuah tempat tinggal yang dibangun Belanda khusus untuknya, bentuknya sangat khas budaya Aceh yang nyaman serta layak huni pada saat itu.
Sempat Dibom Belanda
Melansir dari repositori.kemdikbud.ac.id, sang suami yaitu Teuku Umar membuat geram pihak Belanda lantaran ia keluar dari dinas militer lalu membawa pasukan, senjata, ribuan butir peluru, ratusan kilogram amunisi, beserta sejumlah uang.
- Kisah Pilu Keluarga di Aceh Utara Bertahan Hidup di Gubuk Rapuh, Atapnya dari Daun dan Dindingnya Berlubang
- Pesta Kembang Api Meriahkan Pembukaan PON XXI di Aceh, Jokowi: Teurimong Geunaseh
- Pemerintah Aceh Tetapkan ASN Bekerja dari Rumah Selama PON XXI 2024
- Tampang Pemuda Aceh Nekat Pasang Bendera Bulan Bintang di Kantor Polisi, Kini Minta Maaf
Belanda yang merasa sangat dikhianati oleh Teuku Umar pun geram. Mereka langsung mencari keberadaan Teuku Umar. Namun, sebelum berhasil ditangkap para tentara Belanda lebih dulu membumihanguskan tempat tinggal Teuku Umar.
Rumah yang menjadi incaran tentara Belanda itu adalah hadiah dari pihaknya sendiri. Tanpa pikir panjang para tentara melontarkan bom dan granat sehingga rumah tersebut rata dengan tanah.
Pasca kemerdekaan tepatnya tahun 1981, rumah tersebut dibangun kembali dengan arsitektur yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Rumah ini pun sudah diresmikan pada tahun 1987 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (Foto: Kemdikbud)
Koleksi Peninggalan Sejarah
Dirangkum dari beberapa sumber, dalam rumah ini terdapat koleksi artefak serta benda-benda kuno miliki Cut Nyak Dien. Beberapa detail koleksinya ini seperti pakaian, senjata, sampai peralatan rumah tangga masih terjaga dengan baik.
Selain itu di rumah ini terdapat koleksi surat-surat dan dokumen asli yang ditulis langsung oleh Cut Nyak Dien lengkap dengan cetakan foto wajahnya saat sedang berada di pengasingan.
Di luar bangunan ini, ada sebuah sumur setinggi 2 meter yang bentuknya masih orisinil dan menjadi satu-satunya benda yang masih bertahan setelah rumah tersebut dibom dan dibakar oleh tentara Belanda.
Arsitektur Bangunan
Rumah ini mirip seperti rumah tradisional Aceh yang berbentuk panggung dengan ukuran 25 x 17 meter yang ditopang oleh pilar bermaterialkan kayu sebanyak 65 buah. Kayu yang digunakan pun tidak sembarangan, menggunakan jenis ulin merah dengan kualitas tinggi.
Jenis kayu yang dikenal oleh masyarakat Aceh dengan nama Seumantok ini memang kerap dijadikan bahan utama dalam membuat rumah panggung atau rumah tradisional Aceh.
Rumah ini didesain untuk tahan terhadap cuaca, bencana alam, serta melindungi dari serangan hewan buas. Nyatanya, Rumoh Cut Nyak Dien sendiri masih berdiri kokoh saat diterpa Tsunami pada tahun 2004 silam.