Diambil dari Nama "Pohon Langkat", Ini 4 Fakta Sejarah Kesultanan Langkat
Di Sumatra Utara, berdiri beberapa kerajaan-kerajaan kuno yang menguasai daerah masing-masing, salah satunya adalah Kesultanan Langkat.
Dahulu, Pulau Sumatra terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Hal ini tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang membentuk kabupaten yang saat ini berdiri di wilayah Sumatra Utara.
Di Sumatra Utara, juga berdiri beberapa kerajaan-kerajaan kuno yang menguasai daerah masing-masing, salah satunya adalah Kesultanan Langkat. Kesultanan yang terletak di wilayah pesisir timur Pulau Sumatra ini merupakan kerajaan Melayu dan menjadi kerajaan terkaya di Sumatra Timur, di samping Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Di mana warugan lemah tercatat dalam sejarah? Dalam catatan sejarah, naskah itu sudah ada sejak 1846 dan dikenalkan oleh Bupati Bandung, Wiranatakusumah IV kepada Masyarakat Batavia. Namun diduga pembuatannya sebelum runtuhnya Kerajaan Padjajaran, sekitar tahun 1400-an masehi.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
Kesultanan Langkat memiliki sejarah dengan corak keislamannya yang begitu kuat. Berdasarkan masyarakat Melayu, kesultanan ini cukup terpandang dan termahsyur kala itu.
Asal Usul Nama Langkat
Diketahui bahwa Kesultanan Langkat berdiri pada 12 Rabiul Awal 1153 Hijriah atau tepatnya pada 17 Januari 1750 yang kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya Kabupaten Langkat.
Mengutip dari jurnal "Sejarah Sosial Kesultanan Langkat" karya Pagar dkk Tahun 2020, penamaan "Langkat" diambil dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon langsat.
Pada zaman dahulu, pohon langsat ini biasa dijumpai di pinggiran Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri Kota Tanjung Pura dan menjadi jalur kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk dengan luar negeri, Malaysia.
Sayangnya, pohon legendaris ini sudah sulit dijumpai lantaran dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidup maupun tradisi budaya yang mengharuskan menggunakan kayu tersebut sebagai medianya.
Masa Kejayaan
Dalam jurnal "Kesultanan Langkat di Sumatra Utara Pada Masa Sultan Abdul Aziz (1827-1927 M)" karya Sri Windari, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz inilah Kesultanan Langkat mengalami kejayaan.
Pada masa pemerintahannya, banyak masyarakat dari Pulau Jawa maupun dari luar wilayah kekuasaannya yang bermukim dan belajar di sana. Keberhasilan ini dicapai berkat kecakapan dalam memimpin diiringi dengan kebijakan pemerintahan.
Kebijakan politik masa Sultan Abdul Aziz sendiri menjalin kerja sama internal maupun eksternal. Dalam kerja sama internal, Kerajaan Langkat akan berhubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayah kekuasaannya. Sedangkan hubungan eksternal, Kesultanan ini menjalin hubungan baik dengan pihak Belanda.
Masa Kemunduran
Masa kemunduran dari kerajaan terkaya di Sumatra ini terjadi pada tahun 1926 pada masa pemerintahan Sultan Mahmud yang merupakan putra dari pemimpin sebelumnya, Sultan Abdul Aziz.
Tidak bijak dalam memimpin, Sultan Mahmud dikenal tidak mampu mengayomi masyarakat, manajemen kerajaan berjalan monoton. Kurangnya inovasi dan kecakapannya dalam memimpin, hal ini memicu perkembangan kerajaan menjadi tersendat dan berakibat kemunduran.
Pada masa pemerintahan Jepang, puncak kemunduran Kesultanan Langkat, mulai dari hak-hak istimewa yang ditangguhkan, tanah mulai dikuasai Jepang hingga lokasi perkebunan mulai ditanami dengan padi dan jagung.
Revolusi Sosial
Munculnya revolusi sosial ini ketika seluruh kerajaan di Nusantara harus bergabung dan berada di bawah satu kekuasaan negara yang baru, sebagian dari mereka menyatakan membantah atau tidak setuju. Di Langkat, pasca kemerdekaan, peristiwa revolusi sosial ini bergejolak.
Masa Revolusi Sosial di Langkat jarang diketahui oleh masyarakat. Dulu, banyak raja-raja yang diturunkan dari jabatannya lalu dibunuh. Akibatnya, sebanyak 34 keluarga Kesultanan Langkat harus meregang nyawa.
Akhirnya, Kesultanan Langkat berakhir di tangan revolusi sosial dalam kondisi yang sangat memilukan. Hal ini tidak lepas dari kekacauan yang dialami oleh semua kerajaan di Sumatera pada tahun 1946.
Saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Langkat mendukung sepenuhnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia dan menyerahkan seluruh kekuasaannya kepada Pemerintah Pusat.