Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat
Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat
Djamaluddin Adinegoro adalah seorang sastrawan dan wartawan di era perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan adik dari Mohammad Yamin, satu bapak tetapi lain ibu.
Selama hidupnya, Djamaluddin memperdalam ilmu pengetahuan di bidang jurnalistik, geografi, kartografi, hingga geopolitik di Jerman dan Belanda.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kenapa penampilan Menteri AHY dan Basuki Hadimuljono menjadi sorotan? Penampilan AHY dan Basuki Hadimuljono Disorot Selain kemeriahan acara, sorotan juga tertuju pada gaya berpakaian dari AHY yang tampak necis dan gagah dengan setelan jas dan peci hitam.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
Ia lebih dulu mengenyam karier sebagai wartawan. Namanya semakin terdengar berkat tekadnya yang begitu besar dalam menulis.
Berikut sosok Djamaluddin Adinegoro yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber.
Gunakan Nama Samaran
Djamaluddin Adinegoro lahir di Talawi, sebuah kecamatan di Sawahlunto, Sumatra Barat pada 14 Agustus 1904.
Ia mengenyam pendidikan di STOVIA di mana saat itu ia sudah hobi menulis. Sayangnya, selama pendidikan ia tidak diperbolehkan untuk menulis.
Untuk menyiasatinya, ia menggunakan nama samaran 'Adinegoro' hingga menjadi identitasnya yang baru. Dengan nama itu, dirinya berhasil menyalurkan bakatnya dalam menulis lalu dipublikasikan tanpa diketahui oleh siapapun.
Maka dari itu, nama Adinegoro dikenal sebagai seorang sastrawan dibandingkan nama aslinya yaitu Djamaluddin.
Karier Wartawan
Djamaluddin memulai kariernya sebagai seorang wartawan di majalah Caya Hindia. Rutinitasnya setiap minggu adalah menulis artikel tentang masalah luar negeri yang akan dimuat di majalah tersebut.
Saat mengenyam pendidikan di luar negeri, ia sempat menjadi wartawan bebas untuk surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka yang bermarkas di Batavia.
Ketika kembali ke tanah air, ia memimpin majalah Panji Pustaka pada tahun 1931 namun hanya bertahan sebentar saja. Kemudian, pindah ke Pewarta Deli Medan. Ia juga pernah memimpin surat kabar Sumatra Shimbun selama dua tahun.
Pada 1948, pria dengan gelar Datuak Maradjo Sutan bersama Dr. Supomo memimpin majalah Mimbar Indonesia. Lalu, memimpin Yayasan Pers Biro Indonesia tahun 1951, dan berkarier di kantor berita nasional hingga masa tua.
- Mengenal Sosok Achdiat Karta Mihardja, Sastrawan Sunda yang Menggabungkan Perspektif Budaya dan Filsafat di Karyanya
- Sosok Merari Siregar, Sastrawan Asal Tapanuli yang Hidup dalam Ketatnya Adat dan Kawin Paksa
- Sosok Albert Manumpak Sipahutar, Jurnalis di Balik Berdirinya Kantor Berita Antara
- Mengenal Lebih Dekat Sosok Sitor Situmorang, Penulis dan Wartawan Indonesia Asal Samosir
Dedikasinya terhadap jurnalistik semakin besar ketika ia ikut mendirikan Perguruan Tinggi Jurnalistik di Jakarta serta Fakultas Publisistik dan Jurnalistik di Universitas Padjadjaran.
Lahirkan Novel
Setelah malang melintang di dunia jurnalistik, Djamaluddin akhirnya melahirkan karya tulisnya ke dalam sebuah novel berjudul Adinegoro yang sangat populer di masanya.
Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda. Ia mengarang soal menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan. Bahkan, secara gamblang dan berani untuk mendukung kaum pria agar menentang adat kuno.
Karya lainnya yang tak kalah populer yaitu Melawat ke Barat. Proses penulisannya ini berlangsung ketika dirinya sedang melakukan perjalanan ke Eropa.
Pada 1974 Adinegoro dianugerahi gelar Perintis Press Indonesia.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lantas menyediakan tanda penghargaan tertinggi bagi karya jurnalistik terbaik setiap tahunnya, yaitu Hadiah Adinegoro.