Junjung 3 Filosofi Hidup, Ini Alasan Orang Batak Pergi Merantau
Menjunjung tinggi 3 filosofi hidup, ini alasan orang Batak sangat terkenal sebagai perantau sejati dan juga tangguh
Tak hanya terkenal dengan sifatnya yang keras, Suku Batak pun juga dipandang sebagai perantau sejati.
Junjung 3 Filosofi Hidup, Ini Alasan Orang Batak Pergi Merantau
Perantau Tangguh
Orang Batak sudah sangat melekat dengan yang namanya dunia perantauan. Tak sedikit dari mereka rela jauh dengan keluarga untuk menempuh pendidikan Sarjana bahkan hingga mencari pekerjaan tetap.
-
Apa itu Surat Batak? Aksara Batak ini biasa disebut dengan Surat Batak atau Surat na Sampulu Sia yang artinya kesembilan belas huruf atau bisa juga disebut Si Sia-sia.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Di mana Suku Batak berada? Suku Batak berada di Pulau Sumatra Utara.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Di mana lokasi Patung Perawan Sunti? Gua Sunyaragi jadi salah satu ikon sejarah tersohor di Cirebon. Lokasinya persis di jalur bypass menuju perbatasan Jawa Tengah.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
Tak hanya itu, orang Batak pun juga memutuskan untuk menetap di perantauan. Sehingga potensi persebaran suku Batak di daerah lain sangatlah tinggi. Maka dari itu, orang Batak kerap disebut sebagai perantau tangguh dan sejati.
Keinginan Mencari Rezeki
Melansir dari liputan6.com, tujuan orang Batak memilih untuk merantau ke luar daerah karena menginginkan mencari rezeki di kota lain. Hal tersebut atas dasar keinginan untuk mengubah nasib karena di kampung halaman tidak berpotensi menghasilkan uang yang lebih. Selain itu, orang Batak juga dikenal dengan sikap yang tidak memilih-milih pekerjaan saat merantau. Hal ini berkaca dari sulitnya hidup di tanah orang, karena keinginan pribadi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga.
Junjung Filosofi Hidup
Melansir dari situs pmb.brin.go.id, orang Batak sangat menjunjung tinggi 3 filosofi hidup yaitu Hamoraon (kekayaan), hagabeon (memiliki keturunan sukses) dan Hasangapon (kehormatan dalam status sosial). Dari ketiga filosofi itu, banyak dari orangtua yang mendorong anaknya dalam dunia pendidikan karena akan sulit mencapai cita-cita apabila pendidikannya biasa saja.
Pada akhirnya, orang-orang Batak akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi pendidikan anaknya. Kemudian, anak paling tua akan sadar dan membantu orang tuanya dalam segi ekonomi. Mulai dari membiayai pendidikan saudaranya sampai selesai. Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
Kekerabatan Suku Batak
Dalam konteks saling tolong menolong, hal tersebut juga berhubungan dengan kekerabatan dan relasi marga yaitu Dalihan Na Tolu atau Tungku Nan Tiga. Dalihan Na Tolu sendiri diibaratkan seperti tungku berkaki tiga, apabila salah satunya tak seimbang, maka akan mempengaruhi yang lain. Dalihan Na Tolu terdiri dari Hula-Hula (pihak keluarga dari perempuan), dongan tobu (orang semarga dengan kita) dan boru (keluarga dari pihak laki-laki).
- Pidato Ganjar: Filosofi Persatuan Indonesia dan Singgung Air Tak Bisa Dibendung
- 50 Filosofi Jawa Bijak Berbagai Topik Beserta Artinya, Penuh Makna Mendalam Bagi Kehidupan
- Tari Muang Sangkal, Seni Penolak Bala asal Sumenep Penari Tak Boleh Sembarang Orang
- Dikenal Kokoh dan Tahan Gempa, Ini Keunikan Rumah Adat Batak yang Penuh Filosofi
Benahi Kampung Halaman
Selain 3 filosofi hidup, orang Batak juga memegang teguh prinsip 'Marsipature Hutana Be' yang dipopulerkan oleh Alm Raja Inal Siregar, mantan Gubernur Sumut. Arti dari Marsipature Hutana Be yaitu membenahi kampung halaman masing-masing. Prinsip ini sebagai pemanggil orang Batak diperantauan yang sukses untuk kembali dan membenahi kampung halamannya.