Mengenal Kalabubu, Aksesoris Gelang Leher dari Nias Selatan
Mengenal Kalabubu dari Nias Selatan, aksesoris penuh kekuatan magis berbentuk gelang yang digunakan di leher.
Setiap pakaian adat tradisional dilengkapi dengan aksesoris yang bermacam-macam. Begitu juga dengan wilayah Nias Selatan yang memiliki aksesoris unik.
Mengenal Kalabubu, Aksesoris Gelang Leher dari Nias Selatan
Kalung Berbentuk Gelang
Salah satu aksesoris yang lazim dikenakan masyarakat Nias Selatan bernama Kalabubu. Aksesoris ini unik lantaran bentuknya seperti gelang namun dipakai pada bagian leher seseorang. (Foto: wikipedia
-
Apa yang dianggap sebagai bukti keperjakaan secara tradisional? Keperjakaan dan keperawanan telah lama menjadi konstruksi sosial dan budaya yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap kesehatan seksual. Namun, apakah benar ada cara ilmiah untuk membuktikan keperjakaan seorang pria? Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang mitos dan realitas seputar hal ini. Mitos Seputar Keperjakaan Laki-Laki, Apakah Bisa Dibuktikan Secara Ilmiah? Apa Itu Keperjakaan? Sebelum membahas mitos seputar keperjakaan, kita perlu memahami apa itu keperjakaan. Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
-
Apa itu Tradisi Nengget? Tradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam. HAl ini bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
-
Mengapa tari tradisional disebut sebagai wujud budaya daerah? Tari tradisional adalah wujud sebuah budaya di suatu daerah.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Apa yang dipelajari dari Tradisi Panah Kasumedangan? Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati. Kabupaten Sumedang memiliki julukan sebagai pusat budaya Sunda. Ini karena di kota kecil nan sejuk itu berbagai tradisi buhun atau lama lahir, salah satunya Panah Kasumedangan yang mengajarkan berbagai makna kehidupan.
-
Mengapa tradisi Nyawalan di Ciamis melibatkan berbagai kesenian tradisional? Dalam bahasa Sunda, nyawalan artinya merayakan bulan Syawal atau bulan kemenangan di Hari Raya Idulfitri. Sisi menarik dari nyawalan adalah seluruh pengisi acaranya berasal dari warga setempat dengan memakai dandanan ala masyarakat tradisional Sunda.
Tepat di bagian belakang, ada pertemuan antar ujung Kalabubu, kemudian diikat menggunakan pengikat seperti koin yang terbuat dari bahan kuningan.
Pembuatan Kalabubu
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kalabubu terbuat dari bahan batok kelapa atau Sole, kemudian disusun dengan rapi dan presisi sehingga mengikat satu sama lain. Untuk membuat satu Kalabubu ukuran orang dewasa membutuhkan lebih kurang 120-150 koin.
Bahan lain yang digunakan untuk membuat Kalabubu yaitu Kapur Sirih (Betua), Kuningan (Life), Kayu Beras (Berua), dan Besi Tulangan (Kawe).
Setiap pembuatan Kalabubu memiliki ukuran keping yang berbeda-beda dengan ketebalatan yang asimetris. Tujuannya agar koin tersebut membentuk lingkaran ketika sudah disusun rapat.
Setelah semua tersusun rapat, Kalabubu masih harus dihaluskan menggunakan kikir. Barulah ujungnya diruncingkan menggunakan Berua agar pasangan koin bisa presisi.
Menunjukkan Status Sosial
Bagi masyarakat Nias Selatan, menggunakan Kalabubu menunjukkan status sosial. Untuk golongan prajurit lazimnya menggunakan Kalabubu polos. Sementara golongan bangsawan atau Si'ulu ada corak yang lebih kompleks dan diikat menggunakan bahan berlapis emas di bagian ujungnya.
Aksesoris Dengan Nilai Budaya Tinggi
Tak hanya unik, Kalabubu juga mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah yang tinggi. Pada zaman dahulu, aksesoris leher ini biasa digunakan untuk berperang oleh kaum laki-laki di Nias Selatan.
Fungsi utama dari Kalabubu ini untuk melindungi leher dari tebasan golok dari para Emali atau pemburu kepala. Biasanya, leher yang ditebas bentuk diagonal dari leher sebelah kiri menuju bagian ketiak sebelah kanan.
Jimat Khusus
Kalabubu rupanya tak hanya melindungi leher prajurit Nias Selatan saja. Berdasarkan tradisi lisan, Kalabubu juga memiliki jimat yang kuat untuk membalas serangan yang mematikan. Hal ini untuk mendapatkan rasa hormat dan segan apabila bisa menang bertarung (seperti tarian perang Faluaya).
Apabila jimat Golok milik lawan lebih kuat, maka Kalabubu akan pecah, begitu juga sebaliknya. Untuk menghalau lawan, biasanya akan menangkis tebasan itu menggunakan bagian tubuh yang terlindungi Kalabubu.