Mengenal Mandok Hata, Tradisi Ucapan Ala Orang Batak
Mandok Hata merupakan bagian dari upacara adat, biasanya tradisi ini ada pada saat upacara orang meninggal, pesta tugu, dan upacara-upacara besar lainnya.
Dalam tradisi adat masyarakat Batak terdapat berbagai macam istilah dan mengandung makna yang mendalam. Pada praktiknya, beberapa tradisi yang dilaksanakan masyarakat Batak tanpa disadari juga dilakukan oleh masyarakat suku lain.
Salah satu tradisi tersebut bernama Mandok Hata. Istilah itu terdengar asing di telinga masyarakat umum, selain suku Batak.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Bagaimana tradisi upah-upah dilakukan? Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
-
Mengapa tradisi Kupatan Jolosutro disebut unik? Kupatan Jolosutro adalah tradisi yang unik, dilihat dari asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Apa itu tradisi upah-upah? Upah-upah merupakan tradisi yang berasal dari Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatra Utara.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Mandok Hata merupakan bagian dari upacara adat, biasanya tradisi ini ada pada saat upacara orang meninggal, pesta tugu, dan upacara-upacara besar lainnya. Simak makna dari Mandok Hata yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Makna dan Arti
Youtube/Anak Pakkat ©2023 Merdeka.com
Mandok Hata tidak hanya sekadar mengatakan atau berkata-kata. Namun, tradisi ini sudah termasuk bagian dari seni dan budaya Batak Toba. Bahkan, ucapan atau kata orang Batak Toba tidak bisa disandingkan dengan kata sambutan dalam peristiwa penting lainnya.
Biasanya, seseorang memberi sambutan pada suatu acara besar sekalipun, masih menggunakan teks tertulis ketika dibacakan. Berbeda dengan Mandok Hata. Ucapan dalam tradisi ini harus disertai dengan bahasa sastra (umpama/umpasa) dan diucapkan dengan lisan tanpa adanya teks.
Hanya Bisa Dilakukan oleh Orang Terhormat
Youtube/Anak Pakkat ©2023 Merdeka.com
Melansir dari budaya-indonesia.org, pelaksanaan Mandok Hata ternyata tidak bisa dilakukan sembarang orang. Tradisi unik ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang terhormat dan dianggap mempunyai Sahala Hatuaon (yang bertuah).
Tidak hanya itu, sebelum pelaksanaan Mandok Hata, mereka harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan memperlihatkan perhatian serta kewibawaannya. Dengan mempersiapkan diri, efek dari Mandok Hata bisa berdampak besar.
Tata Cara Mandok Hata
Banyak yang menilai jika orang Batak itu terkenal banyak bicara, atau bermulut besar. Namun, orang Batak cukup kesulitan apabila dihadapkan dengan Mandok Hata.
Saat ini, banyak orang Batak yang mengakui bahwa Mandok Hata itu cukup sulit karena harus dilakukan di depan banyak orang. Butuh keberanian untuk menjalani tradisi ini.
Mengutip dari budaya-indonesia.org, ada beberapa langkah sederhana dalam menyampaikan Mandok Hata. Pertama, mengucapkan marsantabi atau permisi kepada Si Tuan Natorop (orang banyak) dan mengucapkan terima kasih.
Kedua, inti ucapan, di momen ini, orang Mandok Hata harus lancar dalam berbicara dan menggunakan bahasa sastra yang baik dan benar. Agar inti ucapan bisa berjalan lancar, sebelumnya sudah dipersiapkan lebih dulu di dalam hati bukan dengan teks. Ketiga yaitu bagian penutup, pada bagian ini biasanya diisi dengan umpasa/umpama.