Mengenal Ugamo Malim, Keyakinan Pertama Masyarakat Suku Batak
Kepercayaan ini sudah mulai dianut pada masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang juga menganut Ugamo Malim.
Kepercayaan ini sudah mulai dianut pada masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang juga menganut Ugamo Malim.
Mengenal Ugamo Malim, Keyakinan Pertama Masyarakat Suku Batak
Para pemuka Ugamo Malim ini biasa disebut dengan Parmalim yang sebagian besar tersebar di Sumatra Utara khususnya kawasan Danau Toba. Parmalim meyakini keberadaan Tuhan mereka sebagai pencipta alam semesta atau yang disebut 'Mulajadi Nabolon' atau Sang Awal Penjadi Yang Agung.
Ugamo Malim secara umum bukanlah agama, melainkan sebuah kelanjutan sistem religi kuno yang sudah dianut masyarakat Suku Batak sejak dulu.
Kepercayaan ini sudah mulai dianut pada masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang juga menganut Ugamo Malim. Melansir dari beberapa sumber, ia pun berpesan sebelum akhir hayatnya jika Ugamo Malim tetap disebarkan dan dilestarikan.
-
Bagaimana orang Batak menentukan penanggalan? Dalam praktiknya, orang Batak menghitung hari dengan cara melihat pola-pola benda langit seperti bulan, matahari, dan bintang. Pemantauan yang mereka lakukan ini akhirnya diubah menjadi pemetaan numerik yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
-
Apa itu Surat Batak? Aksara Batak ini biasa disebut dengan Surat Batak atau Surat na Sampulu Sia yang artinya kesembilan belas huruf atau bisa juga disebut Si Sia-sia.
-
Di mana tempat persidangan bagi orang Batak di masa lampau? Dahulu, jika ada persoalan-persoalan di wilayah Huta Siallagan, maka disidang di batu itu. Saat ini, seluruh bebatuan yang konon menjadi tempat persidangan bagi orang yang melakukan tindak kejahatan itu menjadi situs sejarah.
-
Apa itu umpasa dalam budaya Batak? Umpasa adalah seni lisan puisi lama berupa pantun dalam masyarakat Batak Toba.
-
Bagaimana orang Batak mempertahankan budaya kekeluargaan saat merantau? Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
-
Mengapa orang Batak banyak menjadi pengacara? Di samping faktor karakteristik orang Batak yang dikenal galak, keras, dan berbicara keras. Ternyata tanda-tanda orang Batak handal dalam dunia hukum ini tak lepas dari keturunannya di masa lalu.
Jadi Sebuah Agama
Setelah wafatnya Si Singamangaraja XII, penerus takhta berikutnya yaitu Raja Nasiakbagi pun berinisiatif agar Ugamo Malim memiliki lembaga tersendiri sebagai sebuah agama.
Kemudian dicetuskanlah lembaga agama untuk Ugamo Malim. Maka dari sinilah kepercayaan tersebut menjadi ajaran yang dianut oleh orang-orang Batak yang sudah ditata dengan baik.
Secara umum, keyakinan ini tidak mengenal arti surga maupun neraka.
Mereka cenderung mendapatkan berkat dari Mulajadi Nabolon dan arwah leluhur atau dikutuk menjadi menjadi miskin serta tidak memiliki keturunan.
Pengertian Ugamo Malim
Melansir dari beberapa sumber, masyarakat Batak memperlakukan alam sebagai tumpuan hidup dan bagian dari anugerah dari Mulajadi Nabolon yang harus dijaga maupun sebagai penghidupan bagi keberlangsungan hidup.
Titik spiritualitas dalam memelihara ciptaan alam tersebut dipadukan dengan rasa syukur dan berserah diri kepada Mulajadi Simbolon. Di antara ritual Ugamo Malim, salah satunya adalah upacara persembahan atau Pelean kepada Mulajadi Nabolon.
Ritual dan Ibadah
Dalam keyakinan Ugamo Malim terdapat ajaran sujud dan berserah diri kepada Tuhan.
Poda Hamalimon dianggap sebagai panutan masyarakat Batak dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku terhadap sesama dan juga kekayaan alam.
- Tak Disangka, Suku Dayak Losarang Ini Miliki Sawah Hektaran Setiap Panen 7 Ton
- Uskup Agung Semarang dan Tokoh Lintas Agama Datangi Masjid Agung Jawa Tengah, Beri Ucapan Selamat Idulfitri ke Umat Muslim
- Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang
- Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Lazimnya, para penganut Ugamo Malim akan melaksanakan sebuah ibadah rutin setiap hari Sabtu sebagai bentuk rasa syukur mereka. Kemudian ada pemujaan dan memuliakan Mulajadi Nabolon sebagai sang pencipta langit dan bumi.
Adapun ritual yang biasa dilakukan oleh umat Ugamo Malim yaitu 'Mangan Napaet' atau pengampunan dosa yang dilakukan rutin setiap bulan ke-12 dengan tujuan memperingati lahirnya utusan tuhan.
Jumlah Pengikut Semakin Berkurang
Seiring dengan masuknya agama lain dan akulturasi yang sudah melekat di masyarakat Suku Batak, jumlah pengikut Ugamo Malim ini semakin sedikit. Per tahun 2010, pengikutnya sekitar 816 jiwa.
Seiring berjalannya waktu, jumlah pengikutnya semakin berkurang.
Pada peiode 2010-2015, pengikut agama ini hanya berkisar 300 jiwa di Sumatra Utara.