Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran
Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran
Rintik hujan membasahi sebuah pemakaman tua Tionghoadi Salatiga. Makam itu dihiasi oleh bangunan kuno yang telah lumutan dan berkarat dimakan usia.
Diyakini pemakaman tua itu sudah berdiri sejak zaman VOC.
Salah satu tokoh yang dimakamkan di sana adalah Tan Gee Tjhiang.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, Tan Gee Tjhiang adalah seorang kolongmerat Salatiga yang hidup pada era VOC. Pada eranya, dia adalah pedagang yang dekat dengan VOC.
Makam Tan Gee Tjhiang adalah makam yang paling besar di kompleks pemakaman tersebut. Di makamnya, terdapat sebuah keramik buatan VOC.
Di salah satu keramik terdapat sebuah ornamen berupa lambang VOC, serta di keramik lain ada lambang Kerajaan Belanda.
Selain Tan Gee Tjhiang sendiri, di sana pula dimakamkan keluarga besar sang kolongmerat mulai dari anak, cucu, hingga keturunan-keturunannya. Makam tersebut dijaga oleh sebuah keluarga yang menempati rumah bernuansa bangunan Tionghoa.
Poniyem, sang penjaga makam Tionghoa tersebut, sudah menempati rumah itu selama hampir 30 tahun.
“Saya meneruskan kakek saya. Dia kenal baik sama pemilik Toko Oen. Makamnya ada di sebelah sana,” kata Poniyem sambil menunjuk makam pemilik toko Oen.
Selama menjaga tempat itu, Poniyem sempat memiliki pengalaman gaib seperti mendengar suara-suara, melihat ular misterius, dan lainnya.
Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe
Poniyem mengatakan, orang-orang yang dimakamkan di makam kuno itu adalah mereka yang masih satu keturunan dengan anak pertama atau cucu pertama Tan Gee Tjhiang.
Selama menjaga makam itu, Poniyem mengaku tidak dibayar. Ia hanya menerima uang dari para peziarah.
“Kalau ada yang datang, Rp10 ribu, saya terima, 5 ribu saya terima, 20 ribu saya terima,” kata Poniyem.
Poniyem mengatakan makam itu sempat diperbaiki oleh keluarga Oen. Tapi itu sudah lama, yaitu waktu ia masih hamil anak terakhirnya. Kini anaknya sudah besar dan sudah punya anak.
“Sekarang cucu saya sudah empat. Makanya sekarang saya pusingnya gini, saya mau tinggalkan tempat ini tapi kasihan nggak ada yang ngerawat, kasihan kakek nenek saya dulu,” kata Poniyem dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Kaesang Pangarep meminta masyarakat Kota Batam, Kepulauan Riau, tidak lagi salah memanggil namanya.
Baca SelengkapnyaPomal Lantamal VI Makassar masih menahan Koptu SB yang terjerat kasus penembakan dua remaja. Sementara keluarga korban berharap tersangka pelaku dihukum berat.
Baca SelengkapnyaKodam XII Tanjungpura memberi sambutan meriah ke Kasad Jenderal TNI Maruli Simanjuntak.
Baca SelengkapnyaGanjar minta kepala daerah ingin berkampanye segera ajukan cuti
Baca SelengkapnyaAnggota TNI AL Koptu SB diamankan Pomal Lantamal VI Makassar karena menembak dua warga, SR (19) dan FL (16).
Baca SelengkapnyaPenilaian terhadap kesan warteg kotor dan kumuh sudah dianggap ketinggalan zaman.
Baca SelengkapnyaKim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.
Baca SelengkapnyaPuluhan anggota BEM Korwil Jateng DIY berunjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Solo sekaligus Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, Senin (18/12) sore.
Baca SelengkapnyaKetua MK Suhartoyo menanyakan penyebab pembagian Bansos 2023 mundur
Baca Selengkapnya