Mengunjungi Sapo Jojong, Seni Bangunan Peninggalan Masyarakat Suku Pakpak
Setiap suku di Indonesia memiliki berbagai peninggalan dari nenek moyang yang hingga detik ini masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah peninggalan berupa seni bangunan dan arsitektur sebagai salah satu tempat tinggal sejak zaman dahulu.
Setiap suku di Indonesia memiliki berbagai peninggalan dari nenek moyang yang hingga detik ini masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah peninggalan berupa seni bangunan dan arsitektur sebagai salah satu tempat tinggal sejak zaman dahulu.
Peninggalan seni bangunan ini juga ada di masyarakat Suku Pakpak, Sumatra Utara yang bernama Rumah Jojong atau Sapo Jojong. Rumah adat ini secara umum masih memiliki kemiripan dengan rumah adat Batak, mulai dari fungsi hingga ornamen-ornamen pada bangunannya.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Bagaimana Suwardi memulai budidaya belut? Waktu itu Suwardi tak punya lahan lain selain lahan rumahnya. Maka dari itu ia memulai beternak belut menggunakan gentong plastik.
-
Kenapa Suwardi memulai budidaya belut? Pada awalnya, Suwardi ingin memiliki usaha sampingan karena banyak tetangganya yang memiliki usaha sampingan selain pekerjaan tetapnya. Kebanyakan dari mereka punya usaha sampingan sebagai peternak.
-
Kapan Suwardi memulai budidaya belut? Ia sudah menjalankan usaha itu sejak 3 tahun lalu.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa yang ditampilkan di Imah Saba Budaya Baduy? Imah Saba Budaya Baduy merupakan mini museum yang menampilkan kekayaan tradisi warga adat Baduy. Di sana ditampilkan berbagai arsip tentang kesenian, kehidupan dan berbagai hal lainnya seputar warisan leluhur masyarakat adat secara turun temurun.
Penasaran dengan Rumah Jojong milik masyarakat Suku Pakpak? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Berbentuk Rumah Panggung
pariwisatasumut.net ©2023 Merdeka.com
Melansir dari Kementerian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Rumah Jojong merupakan sebuah rumah berbentuk panggung beratapkan ijuk yang bertingkat.
Rumah Jojong sendiri memiliki dua ornamen utama yaitu lukisan yang mirip dengan rumah adat Batak Karo dan Toba. Di atas pintu terdapat gambar cicak dan payudara wanita sebagai salah satu simbol kesuburan.
Ada Beberapa Jenis Rumah
Meskipun rumah adat masyarakat Pakpak ini mirip dengan rumah adat Karo dan Toba, rupanya terdapat beberapa jenis Rumah Jojong berdasarkan dengan fungsinya. Pertama, bernama Sopo Juma. Rumah ini didirikan di daerah perladangan sebagai tempat tinggal sementara bagi keluarga yang sedang menjaga padinya.
Kedua ada rumah Pajek-pajek Tanggiang. Rumah ini dibangun di daerah perkampungan sebagai tempat tinggal keluarga untuk jangka waktu yang panjang. Ketiga, ada Rumah Kalang. Rumah ini termasuk dalam jenis rumah yang seakan-akan belum jadi.
Terakhir ada Rumah Jojong atau Sapo Jojong. Nama "Jojong" memiliki arti rumah yang memakai menara. Rumah jenis inilah yang sudah termasuk dalam kategori rumah adat. Adapun yang berhak menempati Sapo Jojong ini adalah raja dan keluarga dekatnya saja.
Terdapat Banyak Ruangan
Masih dari sumber Kementerian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Rumah Jojong rupanya memiliki beberapa ruangan tersendiri, seperti dapur yang setiap kelompok memiliki tungku api sendiri-sendiri. Kemudian terdapat para-para sebagai tempat mengeringkan padi atau benda basah lainnya.
Dalam satu Rumah Jojong terdapat beberapa kelompok keluarga yang diberi pembatas berupa dinding tikar yang disebut Dabuhan. Pada waktu siang hari, pembatas tersebut dinaikkan, apabila sudah menjelang malam baru diturunkan kembali.
Bagian bawah rumah biasa digunakan untuk hewan ternak seperti ayam dan babi dan untuk menyimpan beberapa alat pertanian. Lalu loteng rumah yang disebut Honggar, biasanya digunakan untuk menyimpan mayat-mayat para raja. Hal ini sesuai dengan tradisi Suku Pakpak yang tidak mengubur raja melainkan disimpan baik-baik.