Patung Bung Karno di Banyuasin Mendapat Kritikan dari Dewan Kesenian Sumsel, Ini Alasannya
Perubahan bentuk patung Bung Karno di Banyuasin belum lama selesai, namun sudah mendapatkan kritikan dari seniman dan dewan kesenian.
Perubahan bentuk patung Bung Karno di Banyuasin belum lama selesai, namun sudah mendapatkan kritikan dari seniman dan dewan kesenian.
Patung Bung Karno di Banyuasin Mendapat Kritikan dari Dewan Kesenian Sumsel, Ini Alasannya
Pembuatan patung Bung Karno yang sempat viral di media sosial lantaran bentuknya tembam dan gemuk ini sudah dilakukan perubahan total beberapa waktu lalu oleh seorang pemahat dari Kota Solo.
Patung yang berdiri di kawasan Jalan Lingkar Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan itu sudah mendapatkan kritikan lagi. Akan tetapi bukan dari warganet, melainkan dari para seniman perupa dan Dewan Kesenian Sumatra Selatan (DKSS).
Hasil dari pembangunan kedua patung Bung Karno ini dianggap para seniman tidak cocok. Mengutip Liputan6.com, seniman asal Sumsel bernama Wawan mengatakan hasil pembangunan patung ini merupakan bentuk ketidakmampuan dalam bidang seni patung.
"Insan seniman Sumsel tersinggung. Kalau hasilnya bagus tidak tersinggung. Ini sudah jadi sejarah buruk dunia patung di Sumsel," ujarnya, mengutip Liputan6.com (25/1).
Mempertanyakan Pemahat
Pada pembangunan kedua patung Bung Karno ini melibatkan sosok Darmawan dan Karjo. Seniman Sumsel maupun anggota Asosiasi Pemahat Indonesia (API) pun menanyakan kedua sosok tersebut. Rupanya, mereka tidak mengenal kedua pematung tersebut.
"Seniman pertama dan kedua, tidak kenal semua. Apakah mereka belajar memahat secara autodidak murni atau akademik. Bicara kemiripan, anak kecil saja pasti menyebutnya (patung Bung Karno) tidak mirip," lanjut Wawan.
Ketika pembangunan ini diresmikan untuk pertama kalinya, bentuknya sangat jauh dari kata mirip. Kabar ini pun tersebar luas di media sosial dan berujung viral. Pihak PUTR Banyuasin berjanji akan mengubah patung Bung Karno dengan perupa asal Jawa.
Singgung Masalah Biaya
Selain menyindir soal kemiripan sosok Bung Karno, seniman dan Dewan Kesenian Sumsel juga menyinggung soal dana yang hanya Rp500 juta saja. Menurut mereka dana tersebut jauh dari kata cukup untuk membangun patung setinggi 6 meter.
"Standar teknik plestering patung setinggi 6 meter itu hanya Rp850 jutaan dan Rp1,3 miliar untuk patung dengan bahan logam. Itu harga nasional," tandasnya.
Libatkan Saksi Hidup
Sementara itu, pematung senior Sumsel bernama Samsul membeberkan bahwa pada masa Presiden Soeharto, banyak dijumpai patung-patung di berbagai daerah Indonesia.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pemerintah sekarang justru tidak menyukai pembangunan patung sehingga tidak banyak pematung yang menghasilkan karya. Munculnya patung Bung Karno yang tidak mirip ini justru menambah fenomena di kalangan seniman.
"Pembuatan patung mirip itu memang sulit, seniman ahli saja bisa sulit. Tapi, Bung Karno ada saksi hidupnya. Seharusnya penggarap bisa melibatkan saksi hidup untuk melihat tingkat kemiripannya. Kecuali saksi hidupnya sudah tidak ada," ujar Samsul.