Profil Sultan Hamid II, Putra Sulung Sultan Pontianak Perancang Lambang Garuda Pancasila
Putra asal Pontianak ini memiliki keturunan Arab-Indonesia yang semasa hidupnya dihabiskan berkarier di dunia militer dan politik.
Putra asal Pontianak ini memiliki keturunan Arab-Indonesia yang semasa hidupnya dihabiskan berkarier di dunia militer dan politik.
Profil Sultan Hamid II, Putra Sulung Sultan Pontianak Perancang Lambang Garuda Pancasila
Sultan Hamid II yang memiliki nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 12 Juli 1913. Ia lahir dari kalangan keluarga berada dan merupakan putra sulung Sultan Pontianak ke-6, yaitu Syarif Muhammad Alkadrie.
Mengutip berbagai sumber, Sultan Hamid II dibesarkan oleh ibu angkat asal Skotlandia bernama Salome Catherine Fox dan juga Edith Maud Curteis. Berkat asuhannya, Hamid mampu berbahasa Inggris dengan fasih.
(Foto: WIkipedia)
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Bagaimana Sultan Hamid II memimpin DIKB? Dalam deklarasi tersebut, Sultan Hamid II dipilih sebagai kedua dewan serta dibantu oleh badan pemerintahan harian yang berjumlah lima orang. Selanjutnya, gabungan kesultanan dan kerajaan sepakat untuk mewujudkan pemerintahan federasi yang lebih kuat dengan menaikkan kedudukan Dewan Kalimantan Barat menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB).
-
Siapa yang menunjuk Sultan Syarif Kasim II sebagai Sultan Siak? Ia ditunjuk menjadi Sultan di Kerajaan Siak di usianya yang masih 16 tahun, menggantikan sang ayah, Sultan Syarif Hasyim I.
-
Siapa yang memberikan inspirasi untuk menerapkan Pancasila? Teruskan cita-cita luhur pendiri bangsa, jangan sampai Pancasila hanya menjadi legenda semata.
-
Kapan Sultan Syarif Kasim II resmi menjadi Sultan Siak? Karena usianya yang masih cukup muda dan sedang menempuh pendidikan di Batavia, Syarif Kasim II resmi menjadi Sultan Kerajaan Siak pada 13 Maret 1915 dengan gelar Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin.
-
Kenapa menurut Hendropriyono, masyarakat Arab di Indonesia ingin mengusung Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie II sebagai pahlawan nasional? Para oknum dari masyarakat Arab telah memendam fakta sejarah kelam Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie II itu, dan mengusungnya dengan data sebagai perancang lambang negara Bhinneka Tunggal Ika.
Syarif Abdul Hamid menempuh pendidikan di ELS atau Sekolah Dasar Belanda di Sukabumi. Lalu ia melanjutkan di THS Bandung tetapi tidak selesai. Hingga pada akhirnya sekolah di KMA, Breda, Belanda dan meraih pangkat letnan di Kesatuan Tentara Hindia Belanda.
Pada tahun 1937, Hamid dilantik menjadi perwira KNIL dengan pangkat Letnan Dua. Selama berkarier di bidang militer, ia pernah ditugaskan di beberapa daerah seperti Malang, Bandung, Balikpapan, dan sebagainya.
Terjun di Bidang Politik
Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, Hamid perdana terjun ke dunia politik berkat diangkatnya sebagai Sultan Pontianak menggantikan sang ayah pada 29 Oktober 1945. Selama menjadi Sultan, ia menghadiri Konferensi Malino serta Konferensi Denpasar.
Kemudian ia juga tidak ketinggalan untuk hadir di konferensi satuan-satuan kenegaraan atau konferensi kenegaraan Staatkundige Enheden Conferentie. Dalam konferensi tersebut, Sultan Hamid diangkat menjadi Ketua BFO atau Bijeenkomst voor Federale Overleg.
Mendukung Negara Federal
Dalam pandangan politiknya, sudah jelas jika Sultan Hamid cenderung ingin terbentuknya sebuah negara federal. Maka dari itu, pandangannya cukup bertolak belakang dengan ideologi negara Indonesia yang paham negara kesatuan.
Dengan jabatan sebagai Ketua BFO, Belanda memanfaatkannya untuk dibenturkan soal pemahaman. Posisinya yang berada di KNIL juga memperlihatkan hubungan erat dengan Belanda. Oleh karena itu, ia kurang setuju jika ibukota sementara dipindahkan ke Yogyakarta.
Ditugaskan Merancang Lambang Negara
Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), membuat nama Sultan Hamid masuk dalam format kabinet RIS. Kemudian Sultan Hamid ditunjuk oleh Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan lambang negara.
Pada 10 Januari 1950 akhirnya terbentuk panitia teknis bernama Panitia Lencana Negara. Kemudian, rancangan lambang negara milik Sultan Hamid-lah yang menjadi salah satu calonnya.
Setelah melakukan seleksi, rancangan milik Sultan Hamid pun ditetapkan oleh Soekarno dan Moh. Hatta pada 8 Februari 1950. Lambang negara ini pun pertama kali dipamerkan pada Sidang Kabinet RIS.
Presiden Sukarno untuk pertama kalinya memperkenalkan lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.